Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Nitalya Bakara
Abstrak :
Tingginya tingkat keluhan pelanggan terhadap layanan pusat panggilan (call center) 147 terutama pada proses aktivasi layanan tambahan menjadi sebuah masalah penyebab turunnya penjualan minipack sehingga target revenue tidak tercapai. Minimnya informasi paket tambahan dan proses aktivasi yang dinilai lama dan tidak efisien menjadi dasar penelitian ini. Sehingga dilakukan sebuah perancangan sistem yang disebut Multi-system On Screen Subscription (MOSS) agar pelanggan mampu melakukan aktivasi secara self provisioning dengan metode pembayaran prepaid (prabayar) dan postpaid (pascabayar) untuk mempermudah pelanggan serta menekan biaya yang harus dikeluarkan jika melakukan aktivasi melalui Inboud Call 147. Penelitian ini menggunakan metode fishbone analysis untuk melihat akar masalah dan menggunakan system thinking untuk mengevaluasi solusi yang akan dirancang. Perancangan sistem MOSS bertujuan sebagai inovasi, dinilai dari parameter Micro Thinking, Macro Thinking, dan Mega Thinking. ......The high level of customer complaints about call center services, especially in activating additional functions, is a problem that causes a decline in minipack sales so that revenue targets are not achieved. The lack of additional package information and the activation process that was considered long and inefficient was the basis of this study. So that all systems are designed called Multi-system On-Screen Subscription (MOSS) so that customers can activate as self-provisioning with prepaid and postpaid methods to facilitate customers and reduce costs to be incurred if activating via Inbound Call 147. This study uses a fishbone analysis method to look at the root of the problem and uses system thinking to evaluate the solution to be designed. MOSS system design aims as innovation, judged by the parameters of Micro Thinking, Macro Thinking, and Mega Thinking.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Ronald
Abstrak :
Internet Protocol Television (IPTV) merupakan suatu layanan multimedia seperti TV, video, audio, text, grafik, dan data yang dikirim melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP) yang membutuhkan suatu level quality of service (QoS). Internet Protocol Multimedia Subystem yang dikenal dengan IMS adalah suatu teknologi dimana layanan komunikasi multimedia multi akses pada jaringan IP dengan memberikan suatu Jaminan QoS. Dengan layanan IPTV melalui IMS diharapkan layanan IPTV dapat diakses dari jaringan akses yang berbeda. Dari hasil testbed IPTV melalui IMS, pelanggan yang melakukan roaming di visited network pada jaringan wireless ketika putus dari jaringan dan mendapatkan sinyal kembali tidak perlu melakukan register ulang. Dan dari hasil pengukuran semakin tinggi video bit rate dari server IPTV, throughput semakin tinggi sedangkan delay dan jitter semakin menurun. Nilai dari delay lebih kecil dari 32 ms dan jitter lebih kecil dari 20 ms, masih dalam range spesifikasi standard ITU-T Y.1541.
Internet Protocol Television (IPTV) is multimedia services such as TV, video, audio, text, graphics, and data that sent through the network based Internet Protocol (IP), which requires a level of quality of service (QoS). Internet Protocol Multimedia Subsystem known as IMS is a technology where multi-access multimedia communication services on IP networks by providing a QoS guarantee. With IMS based IPTV service is expected to be accessible from different access networks. From the results of testbed IMS based IPTV, user who is roaming in the visited network on wireless networks when disconnected from the network and get the signal back do not need to register again. And from the result of measurement the higher video bit rate of the server IPTV, the higher throughput while the lower delay and jitter. The value of delay is below 32 ms and jitter is below 20ms, still in range specification standard ITU-T Y.1541.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sumari
Abstrak :
IPTV (Internet Protocol Television) merupakan gabungan dari beberapa teknologi yang terkait untuk mengirimkan program TV dengan koneksi broadband melalui Internet. Teknologi tersebut seperti software dan hardware yang masih terus dikembangkan. IPTV menjamin dikembangkannya fleksibilitas & skalabilitas teknologi IP untuk mengubah televisi dengan menyediakan akses terhadap lebih banyak content dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan Broadcast TV tradisional yang dapat disesuaikan selera dan memungkinkan layanan interaktif [6]. Dengan IPTV tersebut memberikan peluang bagi TELKOM untuk mengembangkan jaringan internet broadband yang dimiliki yaitu Speedy menuju layanan IPTV dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan dan customer base Speedy. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana model bisnis IPTV di TELKOM DIVRE II Jakarta dengan membandingkan (benchmark) bisnis model IPTV yang sudah diimplementasikan di PCCW Hong Kong dan France Telecom. Analisa model bisnis IPTV ditekankan pada aspek teknologi, aspek konten, aspek pasar (segmentasi, target dan posisi pasar), aspek tarif dan aspek keuangan. IPTV layak diimplementasikan di Telkom DIVRE II Jakarta berdasarkan analisa model bisnis menggunakan proyeksi jumlah pelanggan optimis sesuai data benchmark PCCW Hong Kong dengan hasil NPV sebesar Rp. 61,5 milyar, IRR sebesar 42,46% dan PP selama 3 tahun.
IPTV (Internet Protocol Television) refers to a group of related technologies delivering television programming using a broadband connection over internet. These are technologies as software and hardware are still being developed. IPTV promises to leverage the flexibility and scalability of IP technology to transform the television experience by providing access to more content of a superior quality that can be more personalized and interactive than traditional broadcast TV [8]. The IPTV gives opportunity to develop Speedy broadband internet network into IPTV services utilizing network infrastructure and customer base of Speedy. The purpose of this study is to know the business model of TELKOM DIVRE II Jakarta IPTV by benchmarking to PCCW Hong Kong and France Telecom IPTV. Analysis of IPTV business model was focused on technological, content, market (market segmentation, target and position), tariff and financial aspects. Business model analysis based on the number of optimist customer projection as a data benchmark of PCCW Hong Kong results on NPV is Rp. 61.5 M, IRR is Rp. 42.46% and 3 years of Pay Back Periode. This business model enables IPTV feasible to be implented in Telkom DIVRE II Jakarta.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Widyatmoko
Abstrak :
Era hyper kompetisi bisnis telekomunikasi dan informasi membawa dampak yang signifikan bagi TELKOM yang ditandai dengan pertumbuhan negatif pendapatan dari sambungan lokal dan sambungan langsung jarak jauh domestik. Kurva pertumbuhan kedua coba diciptakan melalui penyediaan layanan akses internet baik dial up (TELKOMnet Instan) maupun broadband ADSL (Speedy) menggunakan jaringan kabel telpon yang ada. Konvergensi akses broadband, IP serta konten hiburan melahirkan satu teknologi baru yaitu IPTV. IPTV dapat disalurkan menggunakan jaringan ADSL. Jumlah pesawat TV di Indonesia diperkirakan sebesar 30 juta pada tahun 2005, dan hanya 1,3% yang berlangganan layanan TV berbayar. Kondisi tersebut merupakan sebuah potensi pasar yang besar bagi TELKOM untuk menyediakan layanan IPTV. Mengingat bahwa jaringan akses ADSL yang tersedia semula dirancang untuk menyediakan layanan akses broadband internet dengan kualitas best effort sedangkan IPTV adalah layanan yang membutuhkan kualitas yang terkendali (controlled QoS), maka perlu dikembangkan suatu analisa kesiapan penyediaan layanan IPTV berbasis ADSL dengan tanpa mengurangi fungsi semula yaitu sebagai jaringan akses broadband internet (Speedy). Berdasarkan hasil analisa kesiapan penyediaan layanan IPTV diperoleh satu kesimpulan bahwa perangkat IP-DSLAM dan BRAS yang telah diinstalasi saat ini, mendukung untuk layanan IPTV. Sejumlah 38,15% dari total kapasitas sebesar 2.249.030 jaringan akses tembaga yang ada di Divre 2 yang mendukung layanan IPTV. Untuk mendukung penyediaan layanan IPTV dan Speedy maka harus dilakukan peningkatan kapasitas jaringan metro akses regional, minimal menjadi 5,19 Gbps dan maksimal menjadi 14,33 Gbps untuk layanan Speedy ; ditambah dengan satu STM-1 jika layanan IPTV menggunakan teknik kompresi MPEG-4/AVC atau dua STM-1 jika menggunakan teknik kompresi MPEG-2. Disamping itu harus dibangun PE router tersendiri untuk layanan IPTV dan mengalihkan routing yang ada dari jalur akses BRAS Manajemen Lebar Pita PE router IP backbone GB menjadi BRAS PE router IPTV IP backbone GB.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyarudin
Abstrak :
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengarah kepada jaringan pita-lebar yang berbasis Internet Protocol (IP). Dengan jaringan berbasis IP pita-lebar ini, berbagai layanan dapat diantar ke pelanggan tidak terbatas pada layanan berbasis suara saja, namun juga mampu mencakup layanan data dan video dengan kualitas tinggi. Salah satu dari layanan yang menjadi pembicaraan hangat saat ini dan disebut-sebut sebagai sebuah hasil revolusi dari teknologi penyiaran dan konvergensinya dengan teknologi telekomunikasi adalah Internet Protocol Television atau disingkat dengan IPTV. Dengan layanan IPTV, pelanggan dapat menikmati lebih dari sekedar menonton siaran televisi, karena IPTV memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan siaran tersebut dengan berbagai fitur-fitur nya. Di Indonesia, layanan IPTV masih merupakan tahap awal dan masih memerlukan kajian mendalam dan peran serta dari berbagai pihak agar dapat diselenggarakan dalam kondisi yang cocok. Salah satu yang harus dipersiapkan segera oleh pemerintah adalah Regulasi yang dapat menjamin perkembangan bisnis IPTV secara sehat. Dalam penyusunan tesis ini penulis telah melakukan pengkajian terhadap regulasi yang ada terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan siaran dan telekomunikasi, melakukan studi terhadap regulasi IPTV di negara-negara lain, melakukan survey terhadap pemangku-kepentingan (stake holder), dan terakhir merumuskan usulan tentang regulasi yang dinilai penulis paling cocok untuk diterapkan di Indonesia.
The development of information and communication technology (ICT) is heading to Internet Protocol (IP) based broadband networks. With IP-based broadband networks, various services could be channeled to the customer not only limited to voice based services, but also capable to cover data and video services with high quality. One of new services hotly discussed at present is mentioned as created as a revolutionary result of broadcast technology and its convergence with mergering telecommunication technology is the Internet Protocol Television or abbreviated as IPTV. Through IPTV services, a customer could enjoy more than watching broadcast television, as IPTV would enable customers to interact with the broadcast with various features. In Indonesia IPTV service is still in its early stage and require indepth discussion and needs and the participation various parties in order that it could be operated in a suitable condition. One which has to be prepared immediately by the government is the Regulation that guarantee the healthy business IPTV growth. In this thesis the Author has analyzed the existing regulations especially those related to broadcasting and telecommunication, performed a study on IPTV regulation in other countries, performed a survey to the stakeholders and finally compose a proposal for a regulation that the author finds it is most suitable to be implemented in Indonesia.
2009
T26025
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Dwi Susanto
Abstrak :
Pada sistem internet protocol television (IPTV), kualitas video yang diterima oleh konsumen merupakan salah satu parameter quality of service (QoS) yang penting dan perlu mendapat perhatian. Selama proses pengiriman sinyal akan memungkinkan terjadinya penurunan kualitas sinyal video, sehingga kualitas video yang diterima tidak lagi sama dengan yang dikirim. Penurunan kualitas yang terjadi perlu diukur dan diketahui secara pasti sehingga dapat diusahakan menjadi sekecil mungkin. Selain itu perlu diketahui pula nilai kualitas video yang diterima, agar dapat ditetapkan batas minimum kualitas video dimana QoS layanan masih terjamin. Skripsi ini bertujuan untuk mensimulasikan proses pengiriman video secara end-to-end, pada jaringan IPTV yang telah disederhanakan. Proses transmisi melalui jaringan IP disimulasikan dengan mengambil sifat jaringan IP yang berpengaruh langsung terhadap kualitas video yaitu packet loss, dengan mengabaikan parameter lainnya. Simulasi dilakukan dengan menggunakan rangkaian Simulink pada Matlab 7.0.4. Pengukuran kualitas menggunakan metode moving picture quality metric (MPQM), dengan menggunakan beberapa parameter dari video yang diterima. Dari skor kualitas video yang diperoleh dari pengukuran, dapat diketahui apakah sistem pengiriman video tersebut sudah memenuhi syarat untuk digunakan pada sistem IPTV atau tidak.
In internet protocol television (IPTV) system, the quality of video accepted by the consumer is an important quality of service (QoS) parameter that needs special concern. During signal transmission process, quality impairments of video signal may happen, so that the quality of accepted video will be different with the quality of video source. The video quality impairments need to be assessed and to be known in order to make it as small as possible. Beside that, we need to know quality score of the accepted video to determine the minimum requirement of video quality where QoS is still assured. The purpose of this research is to make a simulation of end-to-end video transmission over simplified IPTV network. The transmission process over IP network is simulated by using one characteristic of IP network that has direct impact to the video quality, i.e. packet loss, and ignore other parameters. The simulation is made by using Simulink model in Matlab 7.0.4. The quality assessment is using moving picture quality metric (MPQM) method by making use of some parameters of accepted video. From the video quality scores, we can determine whether the video transmission system has met the requirement to be used in IPTV system or not.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Heru Martono
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang konvergensi regulasi telekomunikasi dan regulasi penyiaran terhadap penyelenggaraan IPTV serta korelasi kajian regulasi layanan IPTV terhadap peraturan perundang-undangan terkait lainnya yang berlaku di Indonesia yang bertujuan adanya kepastian hukum bagi pelaku bisnis dalam menyelenggarakan layanan IPTV, dan bagi konsumen/pelanggan untuk menikmati layanan IPTV secara aman, terlindungi dan berkualitas. Penelitian hukum dalam tesis ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan menganalisis kaedahkaedah hukum dalam aturan perundang-undangan yang terkait, penelitian eksploratoris dengan mengetahui sejumlah hal yang berkaitan dengan konvergensi IPTV baik dalam lingkungan nasional maupun internasional, penelitian deskriptif yang memaparkan hasil eksplorasi informasi yang menggambarkan hal-hal yang relevan dengan tujuan penelitian serta mengadakan Focus Group Discussion (FGD) secara bertahap yang melibatkan regulator, pelaku usaha, penyedia teknologi dan pengguna. Dalam penyelenggaraan IPTV di Indonesia harus mematuhi ketentuan Peraturan Menteri KOMINFO No. 30 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Layanan Televisi Protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) di Indonesia yang dilakukan tinjauan analisis dari sudut pandang hukum persaingan usaha, hukum perlindungan konsumen, hukum hak cipta dan hukum transaksi elektronik dengan kesimpulan penyelenggara IPTV di Indonesia dapat menyelenggarakan layanan IPTV apabila telah memiliki izin penyelenggaraan Jasa Akses Internet (ISP), Jaringan Tetap Lokal berbasis Packet Switched dan Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB) serta perlu dilakukan revisi terhadap beberapa ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri KOMINFO No. 30 tahun 2009 dengan memasukkan unsur-unsur sesuai ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU Perlindungan Konsumen, UU HAKI, UU Pornografi, UU Perfilman, UU ITE dan Cybercrime.
This thesis discusses the convergence of telecommunications regulation and the regulation of broadcasting of the implementation of IPTV and correlation study of the IPTV service regulation laws and regulations related applicable in Indonesia, which aims for legal certainty in the conduct of business IPTV services, and for consumers / customers to enjoy IPTV services are safe, protected and quality. Legal research in this thesis using normative legal research by analyzing the legal rules in laws and regulations related, research eksploratoris by knowing a number of things related to the convergence of IPTV in both national and international environment, descriptive study that describes the results of the exploration information that describes things that are relevant to the research objectives and a Focus Group Discussion (FGD) which involves gradually regulators, business, technology providers and users. In the implementation of IPTV in Indonesia must comply with the provisions of Regulation Minister KOMINFO No. 30 year 2009 about implementation o f IPTV Services (Internet Protocol Television / IPTV) in Indonesia is carried out a review of analysis from the perspective of competition law, consumer protection law, copyright law and the law of electronic transactions with the conclusion IPTV provider in Indonesia may carry IPTV services if the organization has licensed Internet Access Service (ISP), Network-based Local Fixed Packet Switched and Non-Subscription Broadcasting (LPB) and the necessary revisions to certain provisions contained in the Ministerial Regulation No. KOMINFO. 30 in 2009 to include appropriate elements of the provisions contained in the Act on the Prohibition of Unfair Business Competition, Consumer Protection Law, Intellectual Property Law, Law on Pornography, Film Act, ITE and Cybercrime Act.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26738
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelio Rahmadian
Abstrak :
Skripsi ini memberikan hasil-hasil percobaan dan analisa dari teknologi IPTV. IPTV adalah sistem yang digunakan untuk mengirimkan data multimedia melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP). Teknologi ini mengubah cara manusia berkomunikasi dengan televisi menjadi lebih interaktif. IPTV merupakan teknologi yang sedang dikembangkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang dikatakan akan segera mengimplementasikannya. Layanan IPTV ini berada pada Local Community Network (LCN) dimana akan digabungkan dengan beberapa aplikasi lainnya yaitu VoIP, Web Conference, dan Radio Streaming. Digunakan standar 802.11n dengan bandwidth maksimum 300 Mbps untuk membangun jaringan LCN tersebut. Analisa yang diberikan dilihat dari kualitas trafik yang terjadi dalam menjalankan aplikasi IPTV. Kualitas yang dimaksud dilihat dari bandwidth yang dikonsumsi (throughput), delay, jitter, serta packet loss. Hasil yang didapatkan akan dibandingkan dengan bila menggunakan standar 802.11g untuk menunjukkan kelebihan dari 802.11n. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa standar 802.11n yang memang merupakan teknologi baru, lebih superior dibandingkan standar 802.11g. Banyaknya packet loss yang terjadi merupakan faktor akan perlunya menggunakan standar 802.11n dalam aplikasi IPTV ini.
This thesis provides experimental results and analysis of IPTV technology. IPTV is a system that is used to transmit multimedia data through a network based on Internet Protocol (IP). This technology is changing the way humans communicate with the television becomes more interactive. IPTV is a technology that is being developed in various countries, including Indonesia, which it says will soon be implemented. IPTV services are located in the Local Community Network (LCN), which will be combined with several other applications of VoIP, Web Conference, and Radio Streams. 802.11n standard with a maximum bandwidth of 300 Mbps used to build the network, LCN. The analysis provided views of the quality of traffic that occurs when running IPTV applications. Quality is seen from the bandwidth consumed (throughput), delay, jitter, and packet loss. The results obtained will be compared to 802.11g standard to show the advantages of 802.11n. From the measurement, results showed that the 802.11n standard that is indeed a new technology, more superior than the 802.11g standard. Number of packet loss that occurs is a factor would need to use the 802.11n standard in IPTV applications.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Gunawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang implementasi sistem charging untuk layanan IPTV (VoD) pada IMS. IMS merupakan salah satu platform berbasis IP yang mendukung adanya konvergensi telekomunikasi. Salah satu layanan IMS yang akan berkembang adalah IPTV, dan salah satu aplikasinya adalah Video on Demand (VoD). Dengan adanya VoD, pengguna layanan dapat memilih dan menonton video sesuai dengan keinginannya. Selain itu, pengguna layanan juga bisa kapan saja menonton video pilihan mereka sendiri. Seperti yang distandarkan oleh 3GPP, sistem charging pada IMS terdiri dari beberapa elemen utama, yaitu Charging Trigger Function (CTF), Charging Data Function (CDF), dan Online Charging Function (OCF). Pada implementasi sistem charging untuk layanan IPTV (VoD) ini, digunakan UCT IMS Charging System yang telah dikembangkan oleh University of Cape Town, application server, media server, OpenIMSCore, dan software interface perhitungan biaya. Sistem charging ini dapat digunakan untuk online charging dan offline charging. Setelah memperoleh data dari UCT IMS Charging System, data tersebut kemudian akan masuk secara otomatis ke dalam software interface perhitungan biaya untuk dilakukan penghitungan total biaya yang dikenakan kepada client atas penggunaan layanan IPTV (VoD). ......The focus of this thesis is the implementation of charging system for IPTV (VoD) service in IMS. IMS is one of the IP based platform that supports the convergence of telecommunications. One of the IMS services that will be evolve is IPTV, and one of its applications is Video on Demand (VoD). With VoD, users can select and watch the videos as they wish. In addition, users can also watch their selected videos anytime they want. As standardized by 3GPP, IMS charging involves the following main entities: a Charging Trigger Function (CTF), a Charging Data Function (CDF), and Online Charging Function (OCF). In this charging system, UCT IMS Charging System which has been developed by University of Cape Town is used. Application server, media server, OpenIMSCore, and interface software costing is used as well. Charging system for IPTV (VoD) service can be used for online charging and offline charging. After obtaining the data from the UCT IMS Charging System, the data will be entered automatically into interface software costing for a head count of the total fees charged to client for the use of IPTV (VoD) service.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S978
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Khatib, Mazen
Abstrak :
Contents : - Preface - Chapter One: Overview of IPTV Concepts, Developments, and Components - Chapter Two: Computer Networking Basics - Chapter Three: Overview of IPTV Components - Chapter Four: IPTV Systems' Components Design and Development - Chapter Five: Advanced Concepts for Future IPTV Networks - Chapter Six: IPTV Market Overview - References - List of Figures - List of Tables - Index
Chicago: International Engineering Consortium, 2007
e20448058
eBooks  Universitas Indonesia Library