Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Tigita S.
Abstrak :
Degradasi fotokatalitik menggunakan katalis TiO2 dan sinar UV merupakan metode degradasi zat organik terlarut. Penelitian ini adalah degradasi fotokatalitik senyawaan kompleks asam humat dengan ion logam Fe3+, Pb2+ dan Cu2+ dibandingkan dengan asam humat bebas, dengan menggunakan suspensi TiO2. Prinsip fotokatalitik dengan katalis TiO2 dan sinar UV adalah pembentukan radikal hidroksil dan radikal yang mengandung oksigen lain, yang berfungsi sebagai oksidator pemecah molekul asam humat menjadi molekul karbon yang lebih sederhana CO2 dan H2O. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran larutan Asam humat dengan larutan ion logam Fe3+, Pb2+ dan Cu2+ dengan perbandingan 1:1 sebanyak 500 mL dengan kondisi optimum 10 ppm dan pH 6. Konsentrasi katalis TiO2 yang digunakan adalah 1 mg/mL. Suspensi ini diiluminasi selama 8 jam. Penurunan Konsentrasi Asam Humat diukur dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Fluoresensi. Sedangkan kandungan zat organik terlarutnya diukur dengan bilangan Permanganat. Proses degradasi dilakukan dengan tiga variasi perlakuan yaitu iluminasi TiO2/UV, TiO2 saja dan UV saja. Karakterisasi hasil dilakukan dengan Spektrofotometer UV-Vis dan Fluoresensi pada setiap jam degradasi. Dari data yang diperoleh, terjadi penurunan konsentrasi Asam Humat dengan urutan TiO2/UV > TiO2 > UV. Sedangkan pengaruh ion logam pada proses degradasi fotokatalitik dengan urutan Fe3+ > Cu2+ > Pb2+. Dari data pengukuran bilangan permanganat, terjadi penurunan bilangan permanganat, tetapi tidak memberikan penurunan yang cukup berarti. Sehingga dapat disimpulkan proses degradasi fotokatalitik ini tidak dapat mengurangi Kandungan zat Organik secara optimal. Urutan penurunan bilangan permanganat berdasarkan penurunan konsentrasi asam humat yaitu pada degradasi TiO2/UV > TiO2 > UV. Proses degradasi fotokatalitik dapat mengurangi konsentrasi asam humat tetapi tidak dapat mengurangi kandungan zat organiknya sehingga dapat disimpulkan terjadi zat antara ( intermediate) dimana modelnya mendekati pembentukan intermediate fenol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burgess, John Stewart
New York: John Wiley & Sons, 1978
541.372 BUR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nidyaningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Aditya Purbadi
Abstrak :
Salah satu metode untuk menentukan keberadaan ion logam dalam suatu sampel adalah dengan senyawa pengkelat yang mampu berfluorosensi dalam bentuk kompleksnya. Senyawa ligan pengkelat yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin. Senyawa ligan tersebut disintesis dengan dua tahap yakni tahap kondensasi Claisen-Schmidt dan tahap penambahan metil hidrazin berlebih. Karakterisasi senyawa ligan yang disintesis dilakukan dengan bantuan instrumentasi seperti spektroskopi FTIR dan NMR. Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ion logam Cu2+ dan Fe3+ yang dikelatkan dengan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin, terhadap kemampuannya berfluorosensi sebagai senyawa kompleks. Selektivitas ligan dalam mengkelat ion logam-pun dipertimbangkan. Variasi konsentrasi kedua ion logam diurutkan dari 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; 0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009 dan 0,01 mol L-1, dalam keberadaan 0,01 mol L-1 senyawa ligan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa seiring peningkatan konsentrasi ion Cu2+ pada kompleks Cu-ligan, emisi fluorosensinya semakin meredup, pada panjang gelombang 255 nm. Hal yang sama terjadi pada kompleks Fe-ligan, terjadi peredupan emisi seiring dengan meningkatnya konsentrasi Fe3+ pada kompleks Fe-ligan, di atas konsentrasi Fe3+ 0,028 mol L-1, pada panjang gelombang 509 nm. Pada uji selektivitasnya, tercatat bahwa ligan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin lebih senang mengkelat ion Fe3+ dibandingkan Cu2+. ......One of the method to determine the presence of metal ions in a certain sample, is by using a chelating ligand that gives fluorescent emission when forming it?s complex compound. The ligand compound utilized in this experiment is 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine. The organic ligand was synthesized using a two-step reaction: the first step is a Claisen-Schmidt condensation reaction, the second step is the addition of excess methyl hydrazine. Characterization of the ligand synthesized in this experiment, was done by using instruments such as FTIR spectroscopy and NMR. This experiment was to study the effect of Cu2+ and Fe3+ concentrations that were chelatet by 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand, on the fluorescent abilities of their respective complex compounds. The selectivity of the ligand on chelating the two metal ions, was also taken to account. The concentration of both metal ions were varied from 0.001, 0.002, 0.003, 0.004, 0.005, 0.006, 0.007, 0.008, 0.009 dan 0.01 mol L-1, in the presence of 0.01 mol L-1 ligand. From the experimental results, it is shown that as the concentration of Cu2+ increased in Cu-ligand complex, the fluorescent emission became dimmer, at wavelength 385 nm. The same thing happened with Fe-ligand complex, the fluroscent emission of Fe-ligand became dimmer as the concentration increased, at wavelength 509 nm. In the selectivity test, it was shown that 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand was more favorable to chelate Fe3+ ions instead of Cu2+.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastin Setiani
Abstrak :
Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin telah berhasil disintesis dengan metode Ciupa dkk. (2012). Reaksi yang berlangsung dalam sintesis ligan berbasis pirazolin ini merupakan reaksi kondensasi aldol dan Reduksi Wolff-kishner. Hasil yang diperoleh berupa padatan jingga dengan %yield sebesar 19,91% (0,2987 gram). Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin ini dilakukan uji karakterisasi terhadap spektrofotometer IR, H-NMR, spektrofotometer UV-Vis dan spektrofluorofotometer. Struktur kompleks yang terbentuk dari ketiga logam tersebut adalah struktur segi empat planar dengan rumus seyawa kompleks [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+. Aplikasi pada penelitian ini yaitu fluorosensor ligan terhadap ion logam berat berat Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. Dengan adanya penambahan ion logam berat Cu2+ dan Pb2+ memberikan fluorosensor tipe on-off terlihat dari adanya pemadaman intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe off-on untuk ion logam berat Cd2+ yang ditandai dengan peningkatan intensitas fluoresensi. Ligan ini dapat mendeteksi ion logam berat dari 2x10-4 M hingga konsentrasi 2x10-6 M memiliki keselektifan terhadap ion logam berat Cd2+. ......Ligand 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin has been synthesized by Ciupa et al. (2013) method. The synthesis used aldol condensation reaction and Wolff-kishner reduction. The orange precipitated was collected and gave 19,91% yield 0,2987 gram). Ligand has been characterized by FTIR, H-NMR, UV-vis and Spectrofluorophotometer. The structur of the complex formed from the third metal is square planar with formula of complex are [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+. The application in this research is fluorosensor of heavy metal ions Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. With the addition of heavy metal ions Cu2+ and Pb2+ that ligand gave fluorosensor type on-off. It conclude by quenching when ligand coordinated with Cu 2+ and Pb 2+ ions. And ligand gave fluorosensor type off-on when addition of heavy metal ion Cd2+. These ligan can detect of heavy metal ions from 2x10-4 M to a concentration of 2x10-6. It conclude by enhanching when ligand coordination with Cd2+ ion and the ligand have selectivity towards Cd2+.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahara
Abstrak :
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya di lingkungan karena bersifat karsinogenik, dapat terakumulasi dalam tubuh, dan toksisitasnya yang tinggi. Pemisahan logam berat dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya ekstraksi, filtrasi membran dan adsorpsi. Metode adsorpsi digunakan dalam pemisahan logam timbal karena proses sintesis adsorbennya yang mudah dan efisien. Salah satu jenis adsorben yang dapat digunakan yaitu Ion Imprinted Polymer. IIP adalah polimer yang porinya dicetak dengan template logam agar dapat menjadi adsorben yang selektif pada ion target. IIP terdiri dari polimer dengan pengikat silang , yang rongganya diisi dengan kompleks yang terdiri dari ligan dengan template logam setelah pencucian ion template dapat selektif mengikat ion target. Pada penelitian ini dilakukan sintesis IIP menggunakan metil metakrilat (IIP-MMA) yang bersifat netral dan 4-vinil piridin (IIP-4VP) yang bersifat basa. Sintesis dilakukan dengan pembentukan kompleks logam Pb(II) dengan asam galat sebagai ligan, EGDMA sebagai crosslinker, AIBN sebagai insiator dan etanol sebagai porogen. Sebagai control IIP disintesis dengan metoda yang sama dengan IIP namun tanpa penggunaan template. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan spektrometer Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), dan Thermogravimetric Analysis (TGA). IIP mengadsopsi ion Pb(II) optimum pada pH 5 dengan waktu kontak 90 menit. Proses adsorpsi NIP-MMA, NIP-4VP, IIP-MMA, dan IIP-4VP sesuai dengan kinetika pseudo orde kedua dengan nilai R2 = 0.9596, 0.9624, 0.8904, dan 0.8525, IIP dan NIP sesuai dengan isoterm adsorpsi Freundlich dengan nilai R2 = 0.8045, 0.8489, 0.6738, 0.5737 yang menunjukan bahwa adsopsi terhadap Pb(II) lapisan multilayer. Kapasitas adsopsi tertinggi terhadap Pb(II) diperoleh dengan IIP-4VP yaitu sebesar 5.92 mg/g. IIP-MMA dan IIP-4VP menunjukan selektifitas yang baik terhadap interferensi logam Cd(II) dan Cr(III) ......Lead is a heavy metal that is very dangerous in the environment because it is carcinogenic, can accumulate in the body, and has high toxicity. Separation of heavy metals can be done by several methods, including extraction, membrane filtration and adsorption. The adsorption method is used in the separation of lead metal because the adsorbent synthesis process is easy and efficient. One type of adsorbent that can be used is Ion Imprinted Polymer. IIP is a polymer whose pores are molded with a metal template so that it can become a selective adsorbent on the target ion. IIP consists of a crosslinked polymer, whose cavity is filled with a complex consisting of ligands with a metal template after washing the template ion can selectively bind to the target ion. In this study, IIP synthesis was carried out using neutral methyl methacrylate (IIP-MMA) and 4-vinyl pyridine (IIP-4VP) which was alkaline. Synthesis was carried out by forming a metal complex of Pb (II) with gallic acid as a ligand, EGDMA as a crosslinker, AIBN as an initiator and ethanol as a porogen. As a control, IIP was synthesized using the same method as IIP but without the use of templates. The synthesis results were characterized using Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), and Thermogravimetric Analysis (TGA). IIP adsorbs optimum Pb (II) ion at pH 5 with a contact time of 90 minutes. The adsorption processes of NIP-MMA, NIP-4VP, IIP-MMA, and IIP-4VP are in accordance with second-order pseudo kinetics with values of R2 = 0.9596, 0.9624, 0.8904, and 0.8525, IIP and NIP correspond to Freundlich's adsorption isotherm with R2 = 0.8045, 0.8489, 0.6738, 0.5737 which showed that the adsorption of Pb (II) multilayer layers. The highest adsorption capacity for Pb (II) was obtained by IIP-4VP, which was 5.92 mg/g. IIP-MMA and IIP-4VP showed good selectivity against Cd (II) and Cr (III) metal interference.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mumtahinah
Abstrak :
Biosensor merupakan alat deteksi yang terdiri dari elemen sensor biologi dan sebuah transducer elektronik yang mengubah sinyal biokimia ke dalam suatu respons elektrik yang dapat diukur. Penelitian bertujuan menguji potensi biomassa khamir Rhodotorula mucilaginosa (Jörgensen) F.C. Harrison UICC Y-235 sebagai elemen biologi pada biosensor logam berat Cu2+, dengan metode konduktometrik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika, Departemen Biologi dan Laboratorium Smart System Technology, Departemen Fisika FMIPA UI, Depok selama 10 bulan (Juni 2006 sampai Maret 2007). Pengukuran kemampuan biosensor didasarkan pada besarnya perubahan nilai konduktivitas listrik (resistansi (R) dan impedansi (Z)) di udara dan di larutan Cu2+ oleh transducer. Biosensor dirancang dengan menentukan elemen sensor biologi dan bentuk transducer yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan pengukuran Cu2+ terbaik pada biosensor dengan campuran biomassa dan pasta karbon (2:1) sebagai elemen sensor biologi, dan Printed Circuit Board (PCB) dengan dua garis elektode Cu-Ag sebagai transducer. Pengujian biosensor menunjukkan waktu respons yang cepat (4--54 detik) dan sensitivitas deteksi yang baik pada kisaran konsentrasi 100--2.000 ppm. Biomassa khamir menunjukkan kemampuan mengikat logam Cu yang lebih signifikan (99,7--99,9%) dibandingkan pasta karbon (0,05--0,27%). Penelitian membuktikan bahwa strain R. mucilaginosa UICC Y-235 berpotensi sebagai elemen biologi pada biosensor logam berat Cu2+.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Elia
Abstrak :
Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali. ......Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Zaim Hakim
Abstrak :
ABSTRAK
Sintesis ligan turunan pirazol 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin telah berhasil dilakukan dengan metode kondensasi Claisen-Schmidt diikuti dengan penambahan fenil hidrazin berlebih dalam medium pelarut etanol. Padatan kuning kemerahan dengan yield sebesar 28,85% kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan spektrometer H-NMR. Studi spektroskopi UV-Vis dilakukan untuk mengetahui pembentukan kompleks antara logam lantanida dengan ligan dalam pelarut asetonitril. Uji aplikasi fluoresens dengan spektrofluorometer diamati untuk melihat perubahan intensitas emisi pada penambahan logam La3+ dan Eu3+. Hasil studi dengan spektroskopi UV-Visible menunjukkan pembentukan kompleks [EuL2]3+ dengan perbandingan Eu3+ : L (1:2) terjadi pada panjang gelombang 366 nm, sedangkan kompleks [LaL3]3+ dimana perbandingan La3+ : L (1:3) terjadi pada λmax 342 nm. Analisis fluoresensi menunjukkan ligan memiliki λ eksitasi 257 nm dan 365 nm dengan nilai absorptivitas molar yang cukup besar pada konsetrasi 2x10-5 M. Penambahan logam La3+ menghasilkan efek fluorescence enhancement pada panjang gelombang emisi 355 nm. Sedangkan penambahan Eu3+ menunjukkan efek pemadaman intensitas emisi pada panjang gelombang 340 nm. Studi selektivitas ligan terhadap keberadaan ion Eu3+ dan La3+ secara bersamaan menunjukkan ligan merupakan fluoresensor yang selektif terhadap La3+ pada λ eksitasi dan λ emisi 257 nm dan 356 nm serta terhadap Eu3+ pada λ eksitasi 273 nm dan λ emisi 341 nm
ABSTRAK
Synthesis of pyrazole derivative ligand 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazole-3-yl) pyridine has been successfully carried out by the method of Claisen-Schmidt condensation followed by the excess addition of phenyl hydrazine in ethanol solution. Reddish yellow solid with a 28.85% yield then characterized using FTIR , UV-Visible, and H1-NMR spectroscopy. UV-Visible spectroscopy study was conducted to determine the complex formation between lanthanide ions with ligands. Fluorescence application test with spectrofluorometer was observed in ligand emission intensity change upon addition of La3+ and the Eu3+. The study by UV-Visible spectroscopy show complex formation of [EuL2]3+ with the ratio Eu3+ : L (1:2) occurs at a absorption wavelength of 366 nm, while the complex [LaL3]3+ with the ratio La3+ : L (1:2) occurred at 342 nm in acetonitrile solution. Fluorescence analysis showed ligands have two excitation λ at 257 nm 365 nm with a appreciable molar absorptivity in concentration 2x10-5 M. The addition of La3+ metal lead to the fluorescence enhancement effect on the λem at 355 nm. While the addition of the Eu3+ demonstrates the effect of fluorescence quenching at the λem 340 nm. Ligand selectivity studies of the existence of ion Eu3+ and La3+ simultaneously show selective fluorescence against La3+ occurred at λex and λem 257 nm and 356 nm as well as the Eu3+ occurred at 273 nm and 341 nm respectively.
2016
S64244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah Shoobihah
Abstrak :
"ABSTRACT
" Bromelain merupakan enzim proteolitik protease yang terdapat pada tanaman nanas Ananas comosus [L.] Merr . Bromelain banyak digunakan dalam aplikasi terapeutik, antara lain untuk pengobatan antitrombotik dan antiplatelet agregasi. Dalam penelitian ini, bromelain diisolasi dari bonggol nanas kemudian dimurnikan dengan fraksinasi amonium sulfat dan dilanjutkan dengan metode kromatografi kolom penukar ion. Aktivitas spesifik tertinggi fraksi bromelain hasil fraksinasi ammonium sulfat diperoleh pada tingkat kejenuhan 0-50 yaitu sebesar 261,79 U/mg dengan tingkat kemurnian 5,22 kali dari ekstrak enzim kasarnya. Pemurnian bromelain menggunakan kromatografi kolom penukar ion mampu meningkatkan aktivitas spesifik menjadi 274,7 U/mg dengan tingkat kemurnian 5,48 kali dari ekstrak enzim kasarnya. Uji parameter kinetika reaksi fraksi bromelain hasil pemurnian pada konsentrasi optimum diperoleh nilai Konstanta Michaelis-Menten Km dan kecepatan maksimum Vmaks masing-masing sebesar 1,03 w/v dan 0,6685 U/menit. Ion logam kalsium Ca2 dan ion magnesium Mg2 terbukti merupakan aktivator yang dapat meningkatkan aktivitas proteolitik enzim bromelain. Hal ini mengindikasikan bahwa bromelain bonggol merupakan golongan protease sistein. Kata Kunci : bromelain, nanas, kromatografi penukar ion, aktivitas enzim, aktivator ion logam, kinetika "
" "ABSTRACT
" Bromelain is proteolytic enzymes proteases present in pineapple plants Ananas comosus L. Merr . This enzyme has been widely used in therapeutic applications, among others for the treatment of antithrombotic and antiplatelet aggregation. In this study, bromelain was isolated from the pineapple core and then purified by fractionation using ammonium sulfate and followed by ion exchange column chromatography. The highest specific activity of bromelain obtained at 0 50 saturation level with the value of 261,79 U mg and purity level 5,22 times compared to crude enzyme extract. Purification of bromelain using ion exchange column chromatography increases the specific activity to 274,7 U mg with a purity level of 5,48 times compared to crude enzyme extract. The assay of kinetic parameters of the reaction of the purified bromelain fraction at the optimum concentration was obtained by Michaelis Menten Km and maximum velocity Vmax of 1,03 w v and 0,6685 U min, respectively. Calcium metal ions Ca2 and magnesium ions Mg2 are shown to be activators that can increase proteolytic activity of bromelain enzymes. This indicates that bromelain bonggol is a class of cysteine proteases.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>