Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Widyasmoro
"Pengetahuan yang tepat diperlukan dalam penanganan sediaan sitostatika untuk mengurangi paparan akibat kecelakaan kerja dan meningkatkan keamanan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan terhadap pemberian obat sitostatika (kemoterapi intravena) yang aman. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik total sampling. Kuesioner yang dipergunakan merupakan adaptasi dari Exposure of Chemotherapy Drug Questionnaire. Hasil menunjukkan sebanyak 81,6% (71 dari 87) responden berada pada tingkat pengetahuan yang rendah dengan skor kurang dari tiga puluh. Hanya terdapat 16% responden yang berada pada tingkat pengetahuan tinggi, dengan skor antara tiga puluh sampai empat puluh. Responden tanpa kepemilikan informasi memiliki kecenderungan berada pada tingkat pengetahuan yang rendah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki pengetahuan yang tidak memadai terhadap penatalaksanaan kemoterapi yang aman. Penyesuaian kurikulum diperlukan untuk memberikan pembekalan yang sesuai pada mahasiswa keperawatan sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan profesional yang berkualitas.

Sufficient knowledge needed when handling cytostatic drug to minimize exposure due to work accident and to increase patient safety. The aim of this study is to evaluate nursing students’ knowledge in safe handling of chemotherapy drug. Descriptive method used with total sampling technique. The questionnaire was adapted from Exposure of Chemotherapy Drug Questionnaire. The result shows 81,6% (71 of 87) respondents had low level of knowledge with a score less than thirty. Only 16% respondents had high level of knowledge, with a score between thirty to forty. Respondents with no possession of knowledge had tendency to have low rate of knowledge. The result shows majority of nursing students have insufficient knowledge in handling with chemotherapy. This report suggests conforming curriculum in nursing education is needed to give sufficient knowledge for nursing student in purpose to increase professional nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Murna Yonathan
"Telah dilakukan penelitian prospektif terhadap preparat karboligni (Eucarbon) sebagai pencahar untuk persiapan pemeriksaan urografi intravena dan hasilnya telah dibandingkan dengan pencahar garam inggris (MgS04). Seperti yang telah diketahui bahwa faktor kebersihan saluran cerna sangat penting pada pemeriksaan urografi intravena untuk menampilkan gambaran traktus urinarius dengan baik. Kelebihan karboligni dibandingkan dengan garam inggris adalah preparat berbentuk tablet sehingga gampang penyediaan dan pemakaian, pemberiannya sangat sederhana dan harganya cukup murah.
Pada periode Oktober 1996 sampai dengan Juli 1997 telah dikumpulkan 189 foto polos abdomen pasien dewasa, terdiri dari 95 foto dari kelompok garam inggris dan 94 dari kelompok karboligni. Setelah dievaluasi ulang terdapat 163 toto yang memenuhi syarat yang terdiri dari 85 foto kelompok garam inggris dan 78 foto kelompok karboligni. Foto-foto tersebut dinilai oleh 3 orang ahli radiologi dan data yang diperoleh diolah secara statistik dengan metode Wilcoxon ranksum test (Mann-Whitney test).
Dari 163 pasien tersebut jenis kelamin perempuan lebih banyak dan laki-laki (53,4% : 46,6%) dan golongan umur terbanyak adaIah 30 - 44 tahun(33,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, pada a = o,as tidak terdapat perbedaan distribusi pendidikan an~ra pasien yang diberikan garam inggris danvkarboligni. Begitu pula terhadap umur, tebal tubuh pasien, kondisi pesawat sinar X serta kadar ureum dan kreatinin pasien antara kedua kelompok tersebut tidak
didapatkan perbedaan pada a = 0,05.
Penilaian kejelasan detail gambaran lemak preperitoneal, garis otot psoas serta kontur ginjal baik kanan maupun kiri, tidak ada perbedaan antara kedua kelompok penelitian (a = 0,05). Kualitas persiapan dinilai dari banyaknya bayangan udara usus dan massa feses; didapatkan bayangan udara usus sangat sedikit (kriteria baik) pada 17,9 - 38,5% kelompok karboligni dan 4,7 - 25,9% kelompok garam inggris, sedangkan bayangan massa feses sangat sedikit (kriteria baik) 23,1 - 48,7% dan 2,4 - 38,8% pada masing-masing kelompok karboligni dan garam inggris.
Hasil persiapan saluran cerna dengan kriteria baik adalah 23,1 - 41 ,0% vs 2,4 - 32,9%; sedang 37,2 - 47,4% vs 38,8 - 48,2% dan kurang 11,5 - 37,2% vs 21,2 - 49,4% pada kelompok karboligni vs garam inggris. Sedangkan secara statistik pada a = 0,05 penilaian dua orang ahli radiologi menyatakan tidak ada perbedaan hasil persiapan saluran cerna antara kelompok karboligni dan garam inggris dan hanya seorang yang menyatakan kelompok karboligni lebih baik dari kelompok garam inggris.
Persiapan saluran cerna dengan memakai preparat karboligni akan sarna atau lebih baik hasilnya dibandingkan dengan memakai garam inggris."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
"Flebitis adalah peradangan yang merupakan salah satu komplikasi akibat pemberian terapi intravena. Flebitis ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan di sepanjang vena, eritema, dan bengkak disertai hangat pada area tersebut. Salah satu cara efektif yang dapat mengurangi risiko kegagalan kateter intravena dan potensi pemasangan baru kateter intravena yaitu dengan menggunakan fiksasi kateter intravena. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh fiksasi kateter intravena menggunakan Transparent Film terhadap kejadian flebitis pada anak di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan Posttest Only Control Group Design, yang melibatkan24 responden kelompok kontrol dan 23 responden kelompok intervensi. Pemilihan responden dengan teknik consecutive sampling. Hasil analisis dengan Chi Square menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna kejadian flebitis antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p value: 0,047). Penelitian ini merekomendasikan penggunaan Transparent Film sebagai fiksasi kateter intravena pada anak untuk mencegah kejadian flebitis pada anak.

Phlebitis is a kind of inflammation which is one of the effects of giving the intravenous therapy. The symptom begins with the painful and the painful because of pressing the area of vena, erythema and swollen around it. One of the effective ways which can reduce the risk of intravenous catheter failure and the fixing of new intravenous catheter is intravenous catheter fixation. The purpose of this research is to identify the effect of intravenous catheter fixation using Transparent Film toward the phlebitis case in the hospitalized-children. The research is using the Quasi Experiment design and Posttest Only Control Group Design, which is involved 24 control groups and 23 intervention groups of respondents. The choosing of respondent uses consecutive sampling technique. The result of the Chi Square analysis shows that there is the difference between the control group and intervention group (p value: 0,047). This research recommends the usage Transparent Film as the intravenous catheter fixation on the case of children to avoid phlebitis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Sari
"Penatalaksanaan serangan asma akut yang direkomendasikan saat ini adalah inhalasi berulang bronkodilator agonis B2 dan tambahan steroid sistemik pada pasien yang tidak respons terhadap terapi bronkodilator. Steroid sistemik pada asma akut telah terbukti dapat menurunkan angka rawat inap dibandingkan pemberian bronkodilator raja dan secara bermakna dapat menurunkan angka serangan ulang serta meningkatkan faal paru setelah serangan akut. Dalam kepustakaan dikatakan bahwa terapi jangka pendek steroid sistemik cukup aman tetapi berpotensi untuk terjadi efek samping obat terutama pada pasien dengan serangan ulang. Di lain pihak, pengobatan sistemik secara intravena tidak selalu mudah diberikan.
Tujuan utama penanganan serangan asma adalah perbaikan segera gejala dengan mengurangi obstruksi jalan napas karena kecepatan dan besar perbaikan pengobatan awal menentukan pengobatan selanjutnya dan prognosis penyakit Bronkodilator agonis B2 dengan cara nebulisasi telah luas digunakan. Beberapa keuntungan nebulisasi adalah mudah digunakan terutama pada pasien asma anak, serangan asma berat, gangguan koordinasi tangan (pada pemakaian MDI) dan nebulizer dapat menampung sejumlah obat dengan dosis besar. Sementara itu pemberian melalui nebulisasi merupakan cara yang biasa digunakan untuk memperoleh reaksi segera. Lebih dari 10 tahun penggunaan obat-obat secara nebulisasi telah mengalami peningkatan, pengobatan secara inhalasi pada penyakit saluran napas lebih potensial daripada pemberian secara oral atau intravena yaitu dengan dosis obat lebih kecil, efek samping sistemik minimal dan obat segera berada pada set target atau daerah infamasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budianto
"Pielografi intravena (PIV) dianggap sebagai pemeriksaan awal yang terbaik pada pasien dengan kecurigaan batu ureter, tetapi belakangan ultrasonograpi (USG) telah dianggap sebagai salah satu altematif. Telah dilakukan suatu studi prospektif untuk melihat sekiranya pendekatan ini dapat dipergunakan untuk mendiagnosis batu ureter. Telah dilakukan penelitian terhadap 43 pasien dengan kecurigaan batu ureter yang dikirim ke bagian radiologi dalarn peri ode 7 bulan penelitian. Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG dan PIV pada hari yang sarna. Hasilnya, berdasarkan PIV didapatkan 21 pasien dengan batu ureter, dengan USG didapat hanya satu kesalahan diagnosis. Evaluasi dengan menggunakan koefisien kappa menunjukkan terdapat keselarasan yang secara statistik sangat baik antara hasil USG dan PIV. Penulis mengambil kesimpulan bahwa USG dapat dipergunakan sebagai salah satu modalitasvaltematif tehadap PIV dalam mendiagnosis batu ureter."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T59022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elida Riris
"Abstrak
Angka kejadian flebitis di Rumah Sakit masih cukup tinggi dan meningkat setiap tahunnya, padahal angka ini merupakan salah satu indikator mutu pelayanan RS. Pengetahuan dan perilaku perawat dalam pencegahan flebitis penting untuk menurunkan angka kejadian flebitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang terapi intravena dengan perilaku pencegahan flebitis (mekanik, kimia, dan bakterial). Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional ini melibatkan 101 perawat ruang rawat inap yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang pengetahuan terapi intravena dan perilaku pencegahan flebitis (r Alpha=0.657). Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang terapi intravena dan perilaku pencegahan flebitis bakterial (p<0.001; OR=5.23, CI 95% 1.9-13.8). Peningkatan pengetahuan perawat tentang terapi intravena melalui pelatihan dan ronde keperawatan perlu diprogramkan secara teratur."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
600 UI-JKI 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retno S. Wardani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriani
"Pasien hipoglikemia yang menerima larutan pekat dekstrosa 40% (D40%) dalam proses koreksinya perlu menghindari lonjakan gula darah yang berlebih. Cara pemberian D40% ditemukan diberikan dengan dua cara yang berbeda, melalui intravena infus (iv infus) dan intravena bolus (iv bolus), dan efek dari kedua jenis pemberian tersebut belum diketahui. Tujuan dari penelitian analitik komparatif secara potong lintang ini adalah membandingkan efek protokol manajemen hipoglikemia dengan larutan pekat D40% secara iv infus dan iv bolus terhadap respon gula darah pascakoreksi di dua rumah sakit dengan protokol yang berbeda. Penelitian dilakukan secara retrospektif di RS St. Carolus (kelompok iv infus D40%) dan RS Bella (kelompok iv bolus D40%). Respon gula darah, dalam bentuk koefisien variasi dan derajat overkoreksi, dibandingkan antara kedua kelompok. Median kenaikan gula darah pada kelompok iv infus D40% 69,5 (3-195) mg/dl (n=60 pasien) dan kelompok iv bolus D40% 77 (15-249) mg/dl (n=62 pasien) (p=0,259). Koefisien variasi dengan iv infus adalah 47,18% dan iv bolus 52,75%. Median derajat overkoreksi iv infus D40% lebih rendah dibandingkan dengan iv bolus D40%, dengan masing-masing 10% (0-138%) dan 23% (0-195%). Kedua cara pemberian D40% tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan derajat overkoreksi (Uji Mann-whitney; p=0,099). Pemberian iv infus dan bolus D40% tidak memiliki pengaruh terhadap respon gula darah pascakoreksi.

Hypoglycemic patients who receive 40% dextrose (D40%) concentrated solution in the correction process need to avoid excessive blood glucose spikes. Administration of D40% was found in two different ways, through intravenous infusion (iv infusion) and intravenous bolus (iv bolus) and the effects of both types of administration were unknown. The purpose of this comparative cross-sectional study was to compare the effect of a hypoglycemia treatment protocol using D40% concentrated solution to the post-correction blood sugar response through iv infusion and iv bolus at two different hospitals with two distinct protocols. The study was conducted retrospectively at St. Carolus Hospital (D40% iv infusion group) and Bella Hospital (D40% iv bolus group). Blood glucose response, in form of coefficient of variation and degree of overcorrection, were compared between groups. The overall median blood glucose response was 69,5 (3-195) mg/dl for iv infusion group (n=60) and 77 (15-249) mg/dl for iv bolus group (n=62) (p=0,259). The coefficient of variation with iv infusion and iv bolus group were 47,18% and 52,75%, respectively. The median of degree of overcorrection in iv infusion group was lower compared with iv bolus group, 10% (0-138%) versus 23% (0-195%), respectively. Both D40% protocols did not have a significant correlation with the degree of overcorrection (Mann-whitney test; p=0,099). D40% iv infusion and bolus administration had no effect to the post-correction blood sugar response."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Yulia Nastiti
"Latar Belakang. Mortalitas akibat sepsis di ICU masih cukup tinggi meskipun telah semakin cepatnya diagnosis dan perbaikan perawatan suportif dan angkanya semakin meningkat dengan insiden acute kidney injury yang merupakan bagian dari disfungsi organ akibat sepsis. Asam askorbat dikatakan dapat memperbaiki disfungsi organ disebabkan efeknya yang sinergis terhadap patofisiologi sepsis. Peranan asam askorbat dalam menurunkan disfungsi organ masih kontroversial. Penelitian ini ingin menganalisis efek pemberian asam askorbat intravena terhadap perbaikan fungsi ginjal pada pasien sepsis/ syok sepsis yaitu dengan melihat efek terhadap kadar urin neutrophil gelatinase associated lipocalin (uNGAL), produksi urin dan balans kumulatif.
Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan desain penelitian uji acak terkontrol, dilakukan pada pasien usia > 18 tahun dengan sepsis berdasarkan kriteria sepsis-3 yang masuk ICU dalam 6 sampai 24 jam pascaresusitasi setelah diagnosis sepsis. Kriteria penolakan yaitu pasien dengan gangguan ginjal kronik dengan hemodialisis, kelainan batu ginjal, dengan masalah ginjal dalam 3 bulan terakhir. Pasien akan dikeluarkan apabila diberikan kortikosteroid dan mendapatkan terapi pengganti ginjal dalam < 72 jam observasi. Penelitian dilakukan di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada April 2019-Juli 2019. Sebanyak 33 sampel dirandomisasi secara randomisasi sederhana dan dikelompokan menjadi kelompok perlakuan (18 sampel) dan kontrol (15 sampel). Data demografik dasar dicatat saat masuk ICU. NGAL urin (ng/mL) diperiksa pada jam 0, 24, 48 dan 72 setelah terapi. Produksi urin (ml/kg/jam) dan balan kumulatif (L) dicatat pada jam 24, 48 dan 72 setelah terapi. Analisis statistik dengan uji Mann Whitney untuk data numerik dengan persebaran tidak normal, uji T independen untuk data dengan persebaran normal dan uji Fisher untuk data kategorik perbandingan antara kedua kelompok intervensi. Analisis multivariat untuk pengukuran serial menggunakan generalized estimating equations (GEE) untuk membandingkan antara kedua kelompok dalam waktu pengukuran yang berulang. Nilai signifikansi dengan nilai p < 0,05.
Hasil. Tidak terdapat perbedaan pada kadar NGAL urin, produksi urin, balans kumulatif antara dua kelompok di setiap jamnya.
Kesimpulan. Pada penelitian ini pemberian asam askorbat intravena tidak mempunyai efek terhadap kadar NGAL urin, produksi urin, balans kumulatif.

Background. Sepsis-related mortality in intensive care unit (ICU) remains despite improved diagnostic technology and supportive treatment. Acute kidney injury, one of frequent organ dysfunctions in sepsis, increases risk of mortality. Ascorbic acid could improve organ dysfunction because its direct effect on sepsis pathophysiology. The role of ascorbic acid on improving organ dysfunction remains controversial. This study wished to analyze the effects of intravenous ascorbic acid on kidney function improvement among septic patients by evaluating urine neutrophil gelatinase associated lipocalin (uNGAL), urine output and cumulative fluid balance.
Method. This study was randomized controlled trial held in Cipto Mangunkusumo Hospital from April to July 2019. The inclusion criteria were adult patients aged > 18 years who met sepsis-3 criteria and were admitted to the ICU within 6-24 h after resuscitation and sepsis recognition. The exclusion criteria were patients with hemodialysis-dependent chronic kidney disease, kidney stones or other kidney problems within last 3 months. The drop out criteria were patients underwent renal replacement therapy in the ICU and given corticosteroid less than 72 h after recruitment. Subjects were randomized using simple randomization and divided into two groups with treatment (18 subjects) and control (15 subjects). Baseline demographic data was recorded on the first day. Daily measurements of urine NGAL (ng/ mL) was started as baseline level and continued at 24, 48 and 72 h after treatment. Urine output (ml/kg/h), cumulative fluid balance (L) was recorded at at 24, 48 and 72 h after treatment. Comparison between both groups was analysed by using Mann Whitney test (not normally distributed data), T independent test (normally distributed data) for numerical data and Fisher test for categorical data. Multivariate analysis using generalized estimating equations was used for serial measurement analysis. Level of significant was determined at p-value <0.05.
Result. There were no significant differences in uNGAL, urine output, cumulative fluid balance between the two groups at each hour respectively.
Conclusion. This study showed that intravenous vitamin CMultin administration had no effect on urine NGAL, urine output, cumulative fluid balance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>