Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Dian Astari
Abstrak :
Latar belakang. Bidang kerja sosial merupakan salah satu pekerjaan yang rentan terhadap stres kerja. Hal ini karena tugas pekerja sosial adalah untuk membantu orang lain dalam mengatasi masalah ataupun pemberdayaan individu untuk meningkatkan kesejahteraan diri. Dalam menjalankan pekerjaannya, terkadang kesejahteraan pribadi mereka terlupakan sehingga muncul stres kerja. Stres kerja dapat berdampak pada banyak hal, misalnya kesalahan pada pekerjaan, tingginya tingkat absensi, terganggunya hubungan sosial, dan bahkan depresi. Untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan intervensi manajemen stres terhadap pekerja sosial tersebut. Metode. Penelitian ini menggunakan desain before-after dengan jenis penelitian kualitatif yang ditunjang dengan kuantitatif. Intervensi didasarkan pada modul manajemen stres kerja dari Davis, Eshelman dan M?Kay (2008) yang diadaptasi sehingga sesuai bagi partisipan penelitian. Partisipan penelitian ini adalah pekerja sosial yang berasal dari staf pengasuhan Yayasan Kampus Diakonea Modern (KDM). Manajemen stres dilakukan dengan intervensi kelompok karena diharapkan tiap individu dapat berbagi informasi maupun rasa empati satu sama lain. Penelitian ini dijalani oleh tiga orang partisipan dengan rangkaian intervensi sebanyak empat pertemuan. Hasil. Berdasarkan wawancara dan hasil alat ukur, diketahui bahwa intervensi manajemen stres ini dapat menurunkan tingkat stres dua dari tiga partisipan yang mengikuti program. Terdapat beberapa perubahan positif yang muncul, misalnya mulai digunakannya komunikasi asertif dengan anak-anak penghuni KDM, digunakannya skala prioritas untuk menyelesaikan masalah, atau munculnya kemampuan mengatasi kecemasan ketika menghadapi atasan. Akan tetapi satu partisipan mengalami peningkatan stres setelah mengikuti rangkaian program ini. ......Background. Social work is a field that is vulnerable to occupational stress. The social work profession promotes social change, problem solving in human relationships and the empowerment of people to enhance well-being, while their own well being is sometimes left behind and creates occupational stress There are some effects from occupationnal stress: mistakes when doing tasks, abseenteism, high alcohol consumtion, disruption of social relationship, and it can lead to depression. Stress management is considered as an effective way to defeat occupational stress. Method. The research design is before-after with qualitative - quantitative approach. This intervention is based on occupational stress management invented by Davis, Eshelman and M?Kay (2008) that was modified and added with materials that suits the demand of participants. The study involved 3 parenting staffs from Yayasan Kampus Diakonea Modern (KDM) and will be done with group intervention. Participants underwent 1 pre assessment meeting, 4 group intervention sessions, and 1 post assessment meeting along the program. Result. Measurement using observation and interview shows that stress management intervention (assertive communication, priority scale as one way to solving problems, or handling anxiety provoking thoughts) gives additional information and behavior changes in 2 participants, Unfortunately, 1 participant report a raise in occupational stress after the intervention.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30584
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmalia Fitriani
Abstrak :
ABSTRAK
Remaja yang sudah terpapar oleh tindak kekerasan yang dilakukan oleh keluarga, peer, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lainnya sejak tahun-tahun awal kehidupan mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan tindak kekerasan. Hal ini dikarenakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang lain tersebut, akan semakin sering dipelajari dan digunakan oleh para remaja. Paparan dan perilaku kekerasan yang terjadi pada masa awal perkembangan dan pada masa remaja berakibat pada kurangnya keterampilan prososial individu. Untuk dapat mengatasi perilaku kekerasan pada remaja diperlukan intervensi yang tidak hanya berfokus pada pengelolaan emosi dan ekspresi dari rasa marah, namun juga pada pengembangan perilaku prososial dalam diri individu. Salah satu metode intervensi yang memiliki prinsip tersebut adalah aggression replacement training (ART). Intervensi pada penelitian ini menggunakan metode intervensi kelompok dan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan prososial dan kontrol marah pada diri Andik (Anak Didik) dalam Lapas Anak Tangerang. Partisipan yang terlibat dalam intervensi ini adalah 7 orang tahanan remaja pria berusia antara 16 sampai 19 tahun. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa intervensi kelompok ART ini secara kualitatif efektif dalam meningkatkan kontrol marah partisipan serta dalam meningkatkan pemahaman partisipan mengenai keterampilan prososial. Namun intervensi ini tidak efektif dalam meningkatkan kontrol marah secara kuantitatif dan dalam meningkatkan praktik keterampilan prososial di kehidupan sehari-hari para partisi
ABSTRACT
Adolescents who have been exposed to acts of violence perpetrated by family, peer, community leaders, and other parties since the early years of their lives have a higher risk to commit violent acts. It’s because the acts of violence that committed by the other person, will be studied and used more often by the teens. Exposure and violent behaviors that occur during early development and in adolescence stage could results in lack of pro-social skills. To be able to cope with violent behavior in adolescents, the intervention that not only focus on the management of emotions and expressions of anger but also on the development of pro-social behavior within the individual is needed. One method of intervention that has this principle is Aggression Replacement Training (ART). The intervention in this study using the method of group intervention and aims to increase pro-social skills and anger control in Andik (Anak Didik) within Lapas Anak Tangerang. Participants involved in this intervention are 7 male juvenile detainees aged 16 to 19 years old. The intervention conducted in 6 sessions. Based on the results of this study, it is found that the ART group intervention is qualitatively effective in improving the anger control in all participants, and also in improving the understanding of the participants' pro-social skills. However, this intervention is not effective in improving the anger control quantitatively, and also in improving pro-social skills practice in the everyday life of all participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Rana Jannata
Abstrak :
Perubahan pada masa remaja menimbulkan berbagai masalah, seperti masalah kesehatan mental, kenakalan remaja, dan kekerasan. Permasalahan di masa remaja dapat berdampak pada masalah di masa dewasa, sehingga permasalahan remaja perlu untuk diatasi. Upaya preventif terbukti berdampak positif dalam berbagai penelitian, yaitu edukasi sebaya dan konseling sebaya. Salah satu program yang menggabungkan keduanya adalah Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan edukasi sebaya sebagai upaya pencegahan perilaku bermasalah remaja dan konseling sebaya sebagai upaya pemberian dukungan sosial dalam menghadapi masalah remaja, serta manfaat yang diterima oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya. Penelitian ini dilakukan pada November 2022 hingga Desember 2023, menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam semi-terstruktur, observasi, dan studi dokumen. Penelitian ini mengungkapkan bahwa: (1) pelaksanaan edukasi sebaya PIK-R berupa metode intervensi kelompok (kelompok pendidikan) dapat dilakukan oleh teman sebaya dan memberikan pengetahuan serta kesadaran terkait masalah remaja, (2) praktik konseling sebaya individu dan konseling sebaya kelompok (self-help group) menggambarkan dukungan sosial dan upaya penyelesaian masalah antar teman sebaya, (3) berbagai manfaat yang diterima oleh pendidik dan konselor sebaya yaitu pengetahuan, kepuasan diri, pengembangan diri, keterampilan sosial, dan akademik. ......The changing period of adolescence raises various problems, such as mental health problems, juvenile delinquency, and violence. Problems in adolescence can have an impact on problems in adulthood, so adolescent problems need to be addressed. Peer education and peer counseling have been shown to have a positive impact in various studies. A program that combines both is Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) by Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. This study purpose is to determine the implementation of peer education as an effort to prevent adolescent problem behavior and peer counseling as an effort to provide social support in dealing with adolescent problems, as well as knowing the benefits obtained by peer educators and counselors. This research was conducted from November 2022 to December 2023, using a qualitative approach, with a descriptive research type. Data were collected through semi-structured in-depth interviews, observation, and document study. This study revealed that: (1) peer education as educational group possible to be done by peers and give knowledge to adolescents, (2) the implementation of peer counseling illustrates social support and problem-solving efforts from peers to peers, (3) the benefits received by peer educators and counselors include knowledge, self-esteem, self-development, social and academic skills.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library