Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suci Purwati, Author
"ABSTRAK
Dalam literatur keuangan: disebutkan bahwa tingginya tingkat permintaan akan saham suatu emiten terkait dengan ekspektasi investor akan potensial keuntungan yang dapat diberikan oleh saham tersebut. Salah satu potensi keuntungan dalam bermain saham adalah kesempatan untuk memperoleh dividen. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. Biasanya, dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham.
Dividend Discount Model (DDM) mengasumsikan bahwa nilai saham merupakan present value dari semua dividen yang akan diterima di masa depan. Dengan menggunakan asumsi bahwa dividen yang akan diterima di masa depan akan tumbuh pada tingkat yang konstan selama peri ode tak terbatas, maka persamaannya dapat disederhanakan menjadi: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara besamya dividen, required rate of return, dan growth dengan harga saham. Selain itu, untuk membuktikan sejauh mana pengaruh besamya dividen, required rate of return, dan growth secara bersama-sama terhadap harga saham.
Ruang lingkup penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2003. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian studi kepustakaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang tersedia bagi publik, seperti data publikasi pada Indonesian Capital Market Directo1y maupun internet, berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada bursa efek jakarta periode tahun 2001-2003, tingkat bunga SBI bulanan tahun 2003, IHSG tahun 2003, serta data tentang harga saham itu sendiri di tahun 2003.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.873, dan persamaan regresi V = 705.746 + 14.766 D- 1160.174 k + 2672.957 g. Dengan menggunakan uji signifikansi t, diketahui bahwa hanya variabel dividen saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Variabel dependen lainnya, yaitu: required rate of return, dan growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham Adapun nilai koefisien deterrninan (R2) sebesar 73.40%, menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh besamya dividen, required rate of return, dan growth sebesar 73.40%, sedangkan pengaruh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti adalah 26.60%. Dengan menggunakan uji F pada tingkat signifikansi 0.05, dapat dibuktikan bahwa nilai Sig > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa besamya dividen, required rate of return, dan growth secara bersama-sama mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Dalam rangka memperoleh cross section regression yang bisa dipertanggungjawabkan, maka telah dilakukan uji multicollinearity yang menghasilkan VIF hitung sekitar 1. Hal 1m berarti tidak terdapat hubungan antar variabel independen (tidak teijadi multicollinearity).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setiap peningkatan dividen dan growth akan meningkatkan harga saham, oleh karena itu para investor sebaiknya membeli saham perusahaan yang membagikan dividen dan merniliki growth yang tinggi dengan harapan dapat meningkatkan nilai investasi saham mereka. Selain itu, mengingat bahwa karya akhir ini merniliki kelemahan, terutama pada keterbatasan data dan periode penelitian, maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan penyempurnaan yang diperlukan. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat topik yang sama agar meneliti kemungkinan adanya perbedaan hasil penelitian apabila: mengganti indikator variabel dividen, mengklasifikasikan variabel-variabel penelitian untuk setiap sektor industri secara spesifik, melakukan penelitian pada kondisi pasar yang sedang lesu, ataupun menambah variabel independen lainnya, misalnya valuta asing."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Hans Tanova
"ABSTRAK
Krisis yang melanda industri tekstil dan alas kaki tampaknya masih terus berlanjut. Tantangan untuk merestrukturisasi hutang, restrukturisasi alat dan mesin serta kuota ekspor memaksa pemerintah bekerja keras membenahi sektor ini. Sehubungan dengan hal tersebut, saham-saham sektor ini turut merasakan imbasnya dan tidak lagi menarik minat investor.
Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh variable return pasar, ekonomi makro, serta karakteristik industri terhadap kinerja saham industri tekstil dan alas kaki di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Return pasar diwakili oleh IHSG, sedangkan variabel ekonomi makro yang dimaksud meliputi perubahan nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk satu bulan, jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi. Sementara variabel karakteristik industri diwakili oleh jumlah ekspor dan impor sektoral, dimana seluruhnya menggunakan data bulanan.
Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda melalui empat tahapan. Pertama, regresi untuk melihat pengaruh pasar (IHSG) secara spesifik. Kedua, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dan variabel ekonomi makro. Ketiga, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dan karakteristik industri secara sektoral, dan regresi k eempat bertujuan untuk melihat pengaruh variabel pasar (IHSG), ekonomi makro, dan karakteristik industri secara bersama-sama. Adapun alat bantu yang digunakan untuk pengolahan data adalah program software Eviews versi 3 .1.
Tehnik penarikan sampel menjaring 17 saham yang terdiri dari 14 saham industri tekstil yaitu ARGO, ERTX, ESTI, HDTX, INDR, KARW, MYRX, POLY, RDTX, RICY, SRSN, SSTM, TEJA, TFCO serta 3 saham industri Alas Kaki yaitu BATA, BIMA dan GDWU yang listing di BEJ. Hal ini dilakukan mengingat adanya keterbatasan data yang memenuhi periode pengamatan dari Juli 1998 sampai dengan Desember 2003.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang beragam terhadap kinerja saham industri tekstil dan alas kaki. Sebagian variabel independen memiliki pengaruh baik positif maupun negatif, tetapi sebagian lainnya tidak signifikan mempengaruhi return saham industri tekstil dan alas kaki."
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Theodora R.
"ABSTRAK
Suatu perusahaan dapat menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya, ketika perusahaan tersebut melakukan investasi pada suatu proyek yang memiliki return lebih besar daripada cost of capital-nya. Dengan demikian nilai perusahaan akan menjadi ukuran yang penting dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian saham atau nilai perusahaan ini akan berpengaruh pada harga saham di bursa efek. Oleh karena itu, dalam karya akhir ini akan dilakukan analisis hubungan antara EVA dan MVA terhadap harga saham perusahaan dalam industri barang-barang konsumsi.
Alat analisis yang digunakan dalam karya akhir ini:
o EVA (Economic Value Added), digunakan untuk mengetahui laba ekonomis dari sebuah perusahaan berdasarkan pada kinerja operasionalnya selama satu tahun.
o MVA (Market Value Added), digunakan untuk mengetahui berapa besar kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemilik modal.
o Analisis Statistik, digunakan untuk menghitung korelasi antara EVA dan MVA dengan harga saham perusahaan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, nilai EVA tertinggi sampai pada tahun 2002 dihasilkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Sementara PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. terus mengalami EVA yang negatif. Hal ini dikarenakan sejak tahun 1999-2002, beban bunga yang ditanggung Prasidha cukup besar sehingga mengalami rugi yang cukup besar pula. Sementara pada tahun 2003, Prasidha sudah dapat memperoleh nilai EVA yang positif yaitu sebesar Rp 743.867.251.734,00. Peningkatan ini terjadi karena beban b>.mga yang ditanggung telah berkurang sehingga laba yang dihasilkan pun sangat besar. Nilai MVA tertinggi dihasilkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. selama tahun 1999-2000 dan pada tahun 2002-2003. Hanya pada tahun 2002, perusahaan ini tidak dapat menghasilkan nilai MVA tertinggi. Pada tahun 2002, nilai MVA tertinggi dihasilkan oleh PT. Aqua Golden Mississippi Tbk yaitu sebesar Rp 480.430.264.500,00. Multi Bintang dapat menghasilkan MVA yang tinggi selama empat tahun, dikarenakan nilai pasar saham perusahaan ini sangat tinggi dibandingkan dengan nilai nominal sahamnya. Sementara itu berdasarkan hasil analisis statistik, EVA tidak memiliki korelasi dengan MVA atau harga saham perusahaan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara EVA dan MVA atau dengan kata lain tidak ada korelasi antara nilai EVA dengan harga saham perusahaan di pasar. Selain itu nilai dari hasil korelasi antara EVA dan MVA mendekati nol. Selain itu, hanya 4% dari MVA yang dipengaruhi oleh EVA sebagai variabel bebasnya. Sementara sisanya sebesar 96% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Saran yang dapat diberikan pada karya akhir ini adalah bahwa sebaiknya analisis yang dilakukan tidak hanya dari kondisi internal perusahaan, tetapi dapat juga dilakukan berdasarkan pada kondisi ekstemal perusahaan, (misalnya kondisi makro ekonomi). Selai.n itu agar perusahaan dapat menghasilkan nilai EVA yang positif maka perusahaan hams memiliki comparative advantage dan competitive advantage. Selain itu, jika dilihat dari sisi financing, maka sebaiknya perusahaan melakukan pinjaman dengan bunga yang rendah. Sehingga beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan menjadi lebih kecil dan perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Dengan beban bunga yang lebih rendah maka cost of capital yang harus ditanggung oleh perusahaan pun akan menjadi lebih rendah dan pada akhimya nilai EVA yang dihasilkan akan menjadi lebih tinggi.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidh Darmawan
"ABSTRAK
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang konservatif dalam menilai risiko. Mereka bersedia mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah namun dengan risiko yang dapat ditoleransi dibandingkan sebaliknya. Karena itu meskipun kita memiliki pasar modal sebagai media investasi, namun likuiditasnya lebih ditentukan oleh determinasi investor
asing. Mayoritas masyarakat kita lebih memilih instrumen deposito ataupun tabungan
konvensional sebagai media investasinya.
Kemudian 1 Januari 1996 diberlakukan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Tahun 1996 ditetapkan sebagai Tahun Reksadana. UU ini menjadikan reksadana efektif sebagai instrumen investasi. Reksadana dengan cepat menarik perhatian masyarakat. lnstrumen ini menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi namun tetap dengan risiko yang dapat ditoleransi masyarakat.
Meskipun mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan selama 1997-1999, namun seiring membaiknya kondisi makro dan kembali terciptanya kepastian dalam system bernegara, pasar kita kembali pulih. Aktivitas bursa kembali marak. Volume perdagangan yang signifikan dan pasar yang kembali likuid adalah barometer pulihnya sistem transaksi di pasar modal kita ini. Ini kemudian dikonfirmasi oleh berbagai indeks kinerja yang menunjukkan determinasi positif.
Salah satu media investasi yang menunjukkan bergairahnya pasar ini adalah tumbuhnya industri reksadana dalam beberapa tahun terakhir, baik dalam jumlah portofolio ataupun nilai aktiva bersihnya. Pertumbuhan ini menjadi makin signiftkan dengan makin mahirnya manajer investasi kita mengelola portofolionya. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya imbal hasil yang didapatkan melalui instrumen investasi ini. Ini menjadi landasan karya akhir ini. Karya akhir ini bertujuan mengetahui kinerja reksadana dalam periode 2001-2003. Penelitian dilakukan terhadap semua jenis reksadana baik saham, pendapatan tetap, pasar uang ataupun campuran. Data yang digunakan adalah nilai aktiva bersih bulanan. Kinerja reksadana yang diteliti diukur dari rerata imbal hasil per bulan serta parameter kinerja seperti Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure dan Appraisal Ratio. Selain itu akan diteliti kemampuan manajer investasi memanfaatkan market timing dalam pengelolaan portofolionya.
Hasil dari karya akhir ini dapat dideskripsikan secara singkat sebagai berikut, untuk rerata imbal hasil per bulan Schroder Dana Prestasi Plus memberikan imbal hasil tertinggi yaitu 3,01 %. Untuk Indeks Sharpe, Dana Unggul lnvestasi Terpercaya memiliki nilai tertinggi yaitu 4,11. Untuk Indeks Treynor, Nikko Obligasi Nusantara memiliki nilai tertinggi yaitu 0,36. Untuk nilai Alpha Jensen, Schroder Dana Prestasi Plus memiliki nilai tertinggi yatu 1,17% dan nilai appraisal ratio Dana Unggul Investasi Terpercaya adalah yang tertinggi yaitu 4,05. Untuk uji market timing, temyata semua manajer investasi tidak mampu memanfaatkan market timing dalam pengelolaan portofolionya
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dewi Magdalena, Author
"Investors are provided with two main categories of investment alternatives, financial investment and real investment. Real investments include investment in real assets such as real estates, land, machines, and others. These real assets represent productive capacity of economy. On the other hand, financial investments include investments in financial assets such as stocks or bonds. These financial assets contribute to the productive capacity of economy indirectly since they allow separation of ownership and transfer of funds among market players. While the real economy creates wealth by producing goods and services, financial dimension does so by bearing, trading, and managing risks. Financial assets and the markets in which they trade thus play crucial roles in emerging and developed economies.
As these economies continue to grow, structural shifts in financial markets are taking place and profoundly altering the nature of wealth from corporate to retail investment. Investment players are no longer dominated by large corporations. The most popular phenomenon of retail financial investment is the emergence of mutual funds. Mutual funds are pool of investors money. They invest in ways specified in their prospectuses and issue shares to investors entitling them to a pro rata portion of the income generated by the funds Important factors contributing to the popularity mutual funds are their simplicities along with other attributes providing great benefits to investors with limited knowledge, time, or money.
One new concept that has not been quite popular in Indonesia is fund of funds. Fund of funds is a mutual fund which invests in other mutual funds. Just as a mutual fund invests in a number of different securities, a fund of funds holds shares of many different mutual funds. These funds were designed to achieve even greater diversification than mutual funds, known as double diversification advantage. Fund of funds has proven to be an attractive investment alternative in a number of developed countries. However, this concept has not been popular amongst investors in Indonesian market. This thesis aims to explore whether the concept of fund of funds can be applied to diversify mutual funds traded in Indonesian markets in order that investors may benefit from double diversification New fund of funds portfolio are to be developed for each class of fund, comprising highest performing mutual funds as measured by Sharpe, Treynor, Jensen, and Appraisal Ratio measurement. Performance of the newly constructed fund of funds is then compared with that of corresponding market proxy and the highest performing individual mutual fund. Observations are limited to fixed income funds, equity funds, and balanced funds actively traded in Indonesian market for the period December 2000-June 2005. Money market fund is not covered in this thesis.
This research concludes that pooling of these high performing mutual funds into fund of funds may provide even greater diversification, called double diversification. Double diversification is reflected in increase in risk adjusted return of the newly constructed fund of funds. Through improved Sharpe Index, fund of funds has proven to increase risk adjusted return. Therefore, it can be concluded that fund of funds reduces the risk even further through the diversification of already diversified mutual funds, thus providing double diversification advantage.
For Fixed Income Fund of Funds (FFF), optimum portfolio is reached by investing 3.84% in Indovest Dana Obligasi, 94.21% in Panin Dana Uta.ma, and 1.95% in Jisawi Mix. FFF demonstrates highest Sharpe among individual fixed income funds being observed. This number beats that of the highest performing individual funds, Panin Dana Utama. For Equity Fund of Funds (EFF), optimum portfolio is reached by investing 36.14% in Phinisi Dana Saham, 25.32% in Rencana Cerdas, 32.13% in Bira Dana Saham, 3.48% in Bahana Dana Prima, and 2.93% in Panin Dana Maksima EFF demonstrates highest Sharpe among individual equity funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Phinisi Dana Saham. For Balanced Fund of Funds (BFF), optimum portfolio is attained by investing 0.78% in Niaga Kombinasi Seri A, 0.31% in Schroder Dana Prestasi, 0.25% in MeesPierson Finas Investa Pesona, 98.22% in Dana Unggul Investasi Terpercaya, and 0.44% in Sam Dana Berkembang. BFF demonstrates highest Sharpe among individual balanced funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Dana Unggul Investasi Terpercaya Eventually, all these funds are combined altogether to form Combined Fund of Funds (CFF). Optimum portfolio is reached by investing 0.55% in Indovest Dana Obligasi, 6.40% in Panin Dana Utama, 0.13% in Phinisi Dana Saham, 0.13% in Rencana Cerdas, 0.37% in Bira Dana Saham (SiDana Saham), 1.29% in Schroder Dana Prestasi, 0.57% in MeesPierson Investa Pesona, and 90.56% in Dana Unggul Investasi Terpercaya CFF (comprising fixed income funds, equity funds, and balanced funds) demonstrates highest Sharpe among all individual funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Dana Unggul Investasi Terpercaya which falls under balanced funds category.
Therefore, the concept of Fund of Funds can be taken into considerations when it comes to investment decision since this investment alternative has been proven to be profitable. However, careful attention must be given to government regulation that until now still has not covered Fund of Funds. In addition, careful attention must also be given to the mutual funds selection. Mutual funds selection must take into account the macroeconomic factors since returns of various investment instruments are highly dependent upon macroeconomic variables such as economic growth, inflation, exchange rate, and fiscal policy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan, Author
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan sewaktu-waktu. Instrumen keuangan yang urnurn diperjualbelikan di BEJ adalah saham biasa. Saham merupakan suatu sertiftkat kepemilikan atas perusahaan yang periode kepemilikannya dalam jangka pendek atau jangka panjang tergantung dari pemegang saham.
Pergerakan harga saham tidak dapat diramal secara pasti karena harga saham selalu berfluktuasi setiap hari bahkan setiap detik. Pergerakan harga saham secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal perusahaan dan faktor internal perusahaan.
Faktor internal perusahaan salah satunya dapat dilihat melalui perubahan laba perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan menjadi ukuran yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan pembelian suatu saham karena tujuan utama setiap investor adalah mendapatkan keuntungan.
Investor dapat melakukan pengukuran kinerja dari suatu perusahaan guna mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham di bursa efek. Pengukuran kinerja perusahaan telah banyak dilakukan baik dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan. Beberapa metode tradisional yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE),
Return on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER), Residual Income (RI) dan lain-lain.
Tahun 1989, Stern Stewart & Co mengembangkan metode baru guna mengukur kinerja perusahaan yang dinarnakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).
EVA melakukan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan keaadaan dalam perusahaan, sedangkan MVA telah mengikut sertakan keadaan di luar perusahaan. Ini tercermin dari komponen perhitungan dari MVA yaitu harga saham. Jika harga saham mengalami kenaikan
maka nilai MVA juga naik. Sebaliknya, jika harga saham turun maka nilai MVA juga ikut turun. Oleh karena itu, MVA dapat digunakan untuk mencerminkan penilaian investor terhadap suatu perusahaan.
Berdasarkan pemyataan tersebut di atas, penulis ingin mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan
dan hubungan antara peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan dengan peningkatan atau penurunan penilaian investor. Metode perhitungan kinerja yang digunakan penulis adalah metode ROI, EVA dan MV A. Periode waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah sejak tahun 2000 sarnpai dengan tahun 2004. Obyek penelitian dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang sudah tercatat di BEJ dan termasuk dalam industri perdagangan eceran selama periode penelitian.
Dasar pemilihan industri ini karena pentingnya sektor perdagangan dalam menunjang perekonomian negara, semakin berkembangnya sektor retail di Indonesia sejak tahun 2000 sejalan dengan langkah strategis pengusaha yang melakukan ekspansi usaha dan juga akibat membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia. Perkembangan ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya retail-retail baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang berdiri seperti Indomaret, hypermart, giant, clubstore, wallmart dan lain-lain. Selain itu, bisnis ritel memiliki
cash flow yang sangat likuid, dimana transaksi sebagian besar dalam bentuk tunai.
Hasil dari perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan metode ROI, EVA dan MVA adalah berdasarkan metode ROI, perusahaan dengan kinerja ROI tertinggi selama lima tahun periode adalab PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Berdasarkan metode EVA, perusahaan dengan kinerja EVA tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Sedangkan pada tahun 2001 dan tahun 2002 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Selanjutnya pada tahun 2004 adalab PT. Hero Supermarket Tbk. Berdasarkan metode MY A, perusahaan dengan kinerja MV A tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2001 adalah PT. Alfa Retailindo Tbk. Sedangkan pada tahun 2002 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Selanjutnya, pada tahun 2004 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa. Basil perhitungan tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan basil yang diperoleb dari analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara ROI dengan MVA dan tidak adanya korelasi antara EVA dengan MVA.
Pemeringkatan atas kinerja perusahaan pada penelitian ini, dibarapkan dapat memberikan referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan dalam industry perdagangan ritel dan manajemen perusahaan dalam menilai baik buruknya kinerja suatu perusahaan. Namun, pemeringkatan ini bukan merupakan basil mutlak yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang tinggi berarti barga saham perusahaan tersebut akan tinggi. Karena investor juga tetap barus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya seperti kebijakan politik, kebijakan fiskal dan pajak, regulasi pemerintah, persaingan, kondisi perekonomian dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi perusahaan, untuk mengatasi EVA yang negatif manajemen perusahaan dibarapkan dalam melakukan investasi terutama ekspansi gerai bendaknya mempertimbangkan keuntungan ekonomis yang akan didapat sehingga nantinya akan dapat memberikan penambahan kesejahteraan bagi investor.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Fadillah Indra, Author
"ABSTRAK
Seiring perkembangan dunia investasi pada saat ini, semakin banyak pilihan instumen investasi di luar tabungan dan deposito yang juga menarik untuk dipilih. Walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi, namun risiko terse but cenderung dapat dikelola dan instrumen yang bersangkutan menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibanding tabungan dan deposito.
Reksa dana merupaka salah satu instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dipilih. Jumlah produknya terus bertambah, dan nilai Nilai Akiva Bersih nya juga terus meningkat secara progresif dari waktu ke waktu. Data dari Bapepam menunjukkan hingga akhir tahun 2004 adalah 175 reksa dana. Dari jumlah tersebu 74 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Fakta tersebut menunjukkan bahwa RDPT adalah salah satu jenis reksa dana yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Lebih jauh lagi, lewat penelitian ini penulis ingin mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis kinetrja untuk membuktikan apakah instrumen Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan instrumen investasi yang lain. Dengan perkembangan RPDT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinetrja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan masyarakat pemodal atau investor sebelum menanmkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinetja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Analisis kinetja reksadana pendapatan tetap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi yang datanya diambil dari Bank Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para investor dalam melakukan keputusan berinvestasi, khususnya untuk melihat lebih jauh kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap. Tolak ukur kinetja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam hal ini adalah tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Untuk menilai tingkat signi:fikansi perbedaan kinetja reksa dana dan pembanding dilakukan uji hipotesis menggunakan uij Beda Dua Rata - rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak: signiflkan pada level 5% artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.
Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999 - 2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinetja reksa dana yang underperformed terhadap kineja pembandingnya, baik untuk pengukuran return maupun pengukuran kinetja sharpe, treynor, Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang.
Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengtlkuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan paramater - parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana di Indonesia"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febianto, Author
"ABSTRAK
Tahun 2005 ini menurut para pelaku investasi di bidang reksadana yang termuat dibeberapa media cetak nasional merupakan tahun yang baik untuk berinvestasi pada instrumen reksadana, mengingat selama tahun 2004 instrumen reksadana menghasilkan peningkatan pendapatan yang menakjubkan dibandingkan dengan instrumen lainnya. Karena itu, karya akhir ini mencoba menganalisis sekaligus membuktikan apakah berinvestasi pada instrumen reksadana terutama reksadana pendapatan tetap akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, dimana tujuan dari karya akhir ini antara lain menentukan portofolio reksadana pendapatan tetap yang kinetjanya terbaik untuk dijadikan sarana investasi PT. XYZ ditahun 2005 dan membandingkannya dengan kinerja deposito 1 bulan dari bank swasta nasional yang selama ini digunakan PT. XYZ sebagai sarana investasinya.
Periode penelitian yang dipilih adalah selama Januari- Desember 2004 sementara data sekunder diperoleh dari Biro Riset BAPEP AM untuk kemudian dipilih sampel reksadana pendapatan tetap mana saja yang akan diteliti berdasarkan data peringkat reksadana terbaik tahun 2005 menurut hasil tulisan dari Majalah Investor Edisi 11 8 tahun 2005. Selain itu digunakan data SBI 1 bulan selama Januari - Desember 2004 sebagai risk free yang digunakan dalam acuan penelitian dan juga data Deposito 1 bulan dari bank swasta nasional untuk periode yang sama, dimana semua data tersebut dapat diperoleh dari website Bank Indonesia.
Kemudian dari data-data tersebut diolah dan diperoleh hasil penelitian kali ini antara lain: portofolio reksadana pendapatan yang pantas untuk dijadikan sarana investasi karena memiliki potensi kinetja terbaik adalah portofolio yang memiliki Slope terbesar berdasarkan hasil perhitungan Solver kemudian Excel. Portofolio tersebut mempunyai return 10,116% dan deviasi standar sebesar 0,046% dan terdiri dari (Reksa l) Mandiri lnvesta Pendapatan Tetap sebesar 1,507%; (Reksa 2) Danareksa Gebyar Indonesia 13,421%; (Reksa 4) Permata Invest 0,412%; (Reksa 5) Panin Gebyar Indonesia 0,194%; (Reksa 7) Rido Dua 13,126%; (Reksa 13) Manulife Obligasi Negara Indonesia 2,233%;
(Reksa 16) Mr Bond 6,891 %; (Reksa 18) Jiwasraya Fixed Income 15,843%; (Reksa 20) Trimegah Dana Tetap 4,756%; (Reksa 22) Big Dana Likuid 18,161%; (Reksa 23) Panin Dana Utama Fixed Plus 12,782%; (Reksa 25) Nikko Bunga Nusantara 2,773%; (Reksa 29) ITB Niaga 1,672%; dan (Reksa 32) Korporasi Mandiri 6,228%.
Kemudian pengujian hipotesis rata-rata satu pihak merupakan upper tail test (pengujian sebelah kanan) menghasilkan bahwa nilai significant test-nya adalah 8,9% lebih besar dari 5% (significant level) maka Hipotesis no1 (Ha) tidak ditolak jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata return Reksadana lebih kecil atau sama dengan rata-rata return deposito 1 bulan.
Sebaiknya PT. XYZ mengubah pola investasinya kepada investasi pada portofolio reksadana pendapatan tetap usulan karena ternyata akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sarana investasi deposito 1 bulan pada bank swasta nasional dengan tingkat risiko yang relatif sama besarnya."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bia Hedy Puspita
"ABSTRAK
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu ditandai dengan runtuhnya sektor perbankan nasional telah meningkatkan ketidakpastian bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia di jangka panjang. Dari sisi moneter, ketidakpastian ini terkait dengan beban utang luar negeri dan domestik serta lambannya proses restrukturisasi kredit yang telah mengakibatkan proses pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit dan lambat.
Dengan adanya krisis tersebut, industri perbankan Indonesia menghadapi masalah kedit macet yang mengakibatkan permodalan bank menjadi negatif. Hal ini mengharuskan Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan agar bank-bank tersebut dapat mengoperasikan usahanya kembali. Selama krisis terjadi, pertumbuhan kredit sangat kecil sehingga perkembangan sektor riil juga sangat tidak berkembang. Tidak mengalirnya kredit ke sektor riil dikarenakan perbankan masih melakukan konsolidasi. Perbankan lebih banyak menginvestasikan dananya kepada SBI dan obligasi rekap yang dikeluarkan Pemerintah untuk merekapitalisasi perbankan. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh kredit yang diberikan perbankan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs rupiah terhadap dollar, perubahan junlah uang beredar dan sebagainya. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pasar riil dalam hal ini IHSG terhadap kinerja saham perbankan
2. Pengaruh makro ekonomi (KURS, SBI, DM2) riil terhadap kinerja saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri dalam hal kredit perbankan riil terhadap kinerja saham perbankan
4. Pengaruh pasar, makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap kinerja saham perbankan (dalam nilai riil)
Pemodelan yang dipergunakan adalah model regresi linear berganda dengan menggunakan software komputer E-Views 4. Dari model tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan dengan menyertakan faktor nilai masa lalu (autoregressive) dan kesalahan nilai masa lalu (moving average) saham. Pengembangan model ini adalah untuk menemukan suatu model yang memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi secara memuaskan.
Obyek yang menjadi populasi dalam penelitan ini adalah saham-saham perbankan yang tercatat di BEJ dan sampel penelitiannya adalah saham-saham perbankan yang telah listing minimal dua tahun. Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ANKP, BABP, BBCA, BBIA, BCIC, BBNI, BBNP, BDMN, BEKS, BKSW, BNGA, BNII, BNLI, BSWD, BVIC, INPC, LPBN, MAYA, MEGA, NISP, PNBN.
Return pasar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing return saham. Secara umum, return pasar tidak berpengaruh secara signi:fikan. Penambahan variabel makro tidak mendukung sepenuhnya pemyataan bahwa variabel makro sangat mempengaruhi tingkat return saham perbankan. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa dari ketiga variabel makro yaitu KURS, SBI dan DM2, hanya KURS yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pengaruh KURS juga tidak terjadi pada semua saham, hanya empat dari 21 saham perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan moneter pemerintah tidak cukup berpengaruh terhadap tingkat return saham perbankan. Penambahan variabel karakteristik industri yaitu KREDIT sebagai variable spesifik industri perbankan juga tidak signifikan mempengaruhi tingkat return saham perbankan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Jan Elisa Barmen Purba
"ABSTRAK
Studi ini mempelajari perilaku order investor di dalam memasukkan order dan dalam bertransaksi di Bursa Efek Jakarta pada periode sebelum dan sesudah penurunan fraksi harga dari Rp.25 menjadi Rp.l 0. Penurunan fraksi harga yang berlaku sejak 3 Januari 2005 tersebut mempengaruhi saham-saham dengan harga antara Rp.500 sampai dengan kurang dari Rp.2.000.
Penulis tertarik mempelajari perilaku investor tersebut karena ada sebagian pelaku pasar yang menyatakan fraksi harga Rp.l 0 terlalu kecil untuk saham dengan harga diatas Rp.l 000, dan menginginkan agar saham yang harganya di atas Rp.l 000 tetap dengan fraksi harga Rp.25.
Untuk menjawab pendapat sebagian pelaku pasar tersebut, penulis membagi kelompok saham menjadi kelompok harga rendah yaitu harga saham Rp.500 sampai dengan kurang dari Rp.l 000 dan kelompok harga tinggi yaitu harga saham Rp.l 000 sampai dengan kurang dari Rp.2000. Dan masing-masing kelompok harga saham tersebut dibagi menjadi dua sisi pasar yaitu sisi beli dan sisi jual.
Tulisan ini mengupas perubahan perilaku perilaku investor dalam memasukkan order, mengubah order atau membatalkan order dan perilaku transaksi investor dalam bentuk marketable limit order maupun transaksi match yaitu order yang seluruh volumenya dieksekusi, akibat dari penurunan fraksi harga tersebut pada periode observasi tanggal 1 Nopember 2004 sampai dengan 30 Desember 2004 atau selama 38 hari bursa (periode sebelum fraksi harga diubah) dan periode observasi tanggal 3 Januari 2005 sampai dengan 28 Februari 2005 atau selama 38 hari bursa (periode setelah fraksi harga diturunkan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan fraksi harga tersebut mengakibatkan investor semakin sering memasukkan order, mengubah order dan aktivitas transaksi meningkat. Namun di lain pihak, penurunan fraksi harga tersebut mengakibatkan volume per order mengecil dan perilaku membatalkan order meningkat, hal ini membuat penyediaan likuiditas di pasar menipis. Penurunan fraksi harga tersebut juga mengakibatkan investor semakin sering bertransaksi dengan menggunakan marketable limit order dan transaksi match lebih sering terjadi.
Studi ini juga membuktikan tidak ada perbedaan perilaku investor dalam bertransaksi dan memasukkan order pada kelompok saham Rp.500 sampai dengan kurang dari Rp.l.000 dan kelompok saham harga Rp.l 000 sampai dengan kurang dari Rp.2000, baik posisi be!i maupun posisi jual.
Studi ini menyarankan agar Bursa Efek Jakarta (BEJ) memanfatkan kesempatan perubahan perilalu investor tersebut untuk meningkatkan jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa dan meningkatkan jumlah investor, tidak hanya investor yang berdomisili di Jakarta. Selain itu studi ini menyarankan agar BEJ mempelajari pengaruh penurunan fraksi harga tersebut terhadap investor korporasi yang biasa bertransaksi dalam jumlah besar karena penyediaan likuiditas temyata menipis akibat penurunan fraksi harga tersebut dan mengakibatkan investor korporasi akan semakin kesulitan dalam memecah order dan melakukan transaksi tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan harga.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>