Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Hutari Maya Rianty
"Sejak kemunculan aplikasi photo-sharing Instagram, masyarakat terlihat semakin gemar memotret dan merekam apapun yang terjadi di sekitar mereka. Hal-hal yang dapat menjadi objek foto pun sangat beragam, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai objek-objek yang terlihat sangat instagrammable, atau layak untuk diunggah ke Instagram karena memenuhi standar estetika tertentu. Salah satu objek yang tampaknya telah dianggap sebagai objek foto yang instagrammable adalah arsitektur. Namun, foto-foto arsitektur yang ada di Instagram hanyalah adalah representasi yang instagrammable dari sebuah arsitektur. Padahal, arsitektur tidak hanya dibentuk oleh elemen-elemen yang terlihat, tapi juga oleh aspek-aspek spasial yang tidak kasat mata.
Tulisan ini membahas bagaimana arsitektur dapat dikatakan sebagai objek foto yang instagrammable, juga sejauh apa foto arsitektur yang instagrammable dapat merepresentasikan dan menyampaikan makna dari arsitektur yang difoto. Sebuah foto yang instagrammable bisa jadi bukanlah media yang paling tepat untuk merepresentasikan arsitektur karena lebih menekankan pada estetika visual dibandingkan menyampaikan makna dari arsitektur itu sendiri.
Since Instagram launched several years ago, society seems to be more eager to take photos and record everything they do or see and share them online through the famous photo sharing application. There are a lot of things that are considered to be instagrammable photo objects. The term instagrammable is used to identify photos that are worthy enough to be posted on Instagram. Meanwhile, architecture seems to already be considered as one of those instagrammable objects. However, the architecture we see on Instagram is only the instagrammable representation of it, not the real one. Architecture is supposed to be formed not only by tangible elements, but also the intangible spatial aspects.This paper discusses how architecture is interpreted to be instagrammable, then to what extent an instagrammable architectural photograph can represent the meaning of architecture itself. An instagrammable photo, despite of having high aesthetic level, is probably not the best media to deliver architectural meanings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ditania Ghaisani
"Media sosial merupakan sarana untuk berbagi informasi, salah satunya mengenai objek wisata atau tempat-tempat menarik yang sering dijadikan sebagai spot foto atau biasa disebut dengan istilah ‘Instagrammable’. Instagrammable memiliki arti atraktif atau cukup menarik sehingga cocok untuk difoto dan diposting di media sosial. Fenomena instagrammable ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang terus berlomba-lomba mencari tempat-tempat unik untuk dijadikan latar belakang suatu foto. Untuk itu, tujuan dari skripsi ini adalah mempelajari karakter visual yang terdapat pada tempat instagrammable tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur dan studi kasus serta observasi langsung menggunakan teknik serial vision. Studi dilakukan pada salah satu tempat instagrammable yang sempat viral di media sosial, yaitu JPO hasil revitalisasi yang berada di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, diantaranya JPO Pinisi dan JPO Tanpa Atap. Desain keduanya yang unik dapat memberikan pengalaman baru bagi para penggunanya. Pada JPO ini, karakteristik visual tidak hanya dilihat dari desain JPO saja, melainkan pemandangan atau tata ruang di sekitar JPO. Tata ruang pada lingkungan sekitar JPO sendiri dapat dikaji menggunakan teori townscape. Elemen-elemen townscape yang tersusun dengan baik di sekitar JPO, nyatanya dapat menciptakan karakter visual yang lebih menarik, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi JPO instagrammable tersebut.
Social media is a means of sharing information, one of which is about tourist attractions or interesting places that are often used as photo spots or commonly referred to as 'Instagrammable'. Instagrammable means attractive or interesting enough to be photographed and posted on social media. This instagrammable phenomenon is characterised by the number of people who continue to compete to find unique places to be the background of a photo. For this reason, the purpose of this thesis is to study the visual characters found in instagrammable places. The method used is literature study and case study as well as direct observation using serial vision technique. The study was conducted on one of the instagrammable places that had gone viral on social media, namely the revitalised pedestrian bridges along Jalan Jenderal Sudirman, including the Pinisi pedestrian bridge and the Tanpa Atap pedestrian bridge. The unique design of both can provide a new experience for its users. On this pedestrian bridge, visual characteristics are not only seen from the design, but also the scenery or layout around the pedestrian bridge. The scenery in the environment around the pedestrian bridge can be studied using townscape theory. Townscape elements that are well arranged around the pedestrian bridge can in fact create a more attractive visual character, so that it can be a special attraction for the instagrammable pedestrian bridge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library