Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Messersmith, Joseph J.
illinois: Portland Cement Association, 2002
624.183 4 MES c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Becker, Norman
New York: McGraw-Hill, 2011
643.12 BEC c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In a report released in 2006, the ILO highlighted the difficultties of labour inspection in its member states and advocated a number of measures to strengthen its effectivenes....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hong-Fwu Yu
Abstrak :
CSP-T is a three-level continuous sampling plan (CSP). Yu, Yu, and Wu investigated a mixed policy between precise inspection and CSP-T with inspection errors (types I and II) and return cost. With respect to non-repairable and repair able product, the following decision variables are determined such that the unit net profit is maximal: (1) the optimal sampling plan for CSP-T and (2) the optimal proportions on which precise inspection should be performed for the non inspected items, the
Taylor and Francis, 2016
658 JIPE 33:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pianaung, Tomyones
Abstrak :
Kegiatan Inspeksi merupakan salah satu upaya yang bersifat "proactive" bertujuan untuk memastikan apakah fasilitas kerja yang ada dilapangan telah dikelola dengan baik (well managed). Dengan inspeksi kita akan memperoleh umpan balik yang sangat berharga bagi manajemen dalam merencanakan tindakan perbaikan. Ada beberapa alasan mengapa manajemen memerlukan umpan balik mengenai keadaan operasi dilapangan, baik tentang kondisi fisik, maupun tindakan para personilnya. Faktor-faktor yang paling esensial mungkin adalah yang berkaitan dengan sistem dan faktor kesalahan manusia, pengaruh dari suatu perubahan, dan faktor-faktor lain untuk menjamin dapat tercapainya kinerja keselamatandan kesehatan kerja pada tingkat seperti apa yang diinginkan perusahaan. Tesis ini mengevaluasi tingkat Implementasi program inspeksi K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja) dilihat dari aspek input, proses dan output di North Business Unit CNOOC SES Ltd., tahun 2001 -- 2003. Aspek output Key Performance Indicator adalah menunjukan status atau tingkat pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari fasilitas maupun perlengkapan yang sedang dioperasikan, dimana dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberhasilan aspek output (Key Performance Indicator) sangat tergantung dari apa yang dilakukan pada aspek input (dukungan & komitmen manajemen) dan aspek proses (imlementasi program inspeksi K3). Implementasi program inspeksi K3 menunjukan hasil yang baik ditahun 2001, sedangkan ditahun 2002 dan 2003 menunjukan hasil cukup. Perbedaan ini berkaitan dengan diserahkannya pelaksanaan inspeksi ini dari departemen K3LL ke North Business Unit sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang.
Evaluation The Implementation of Occupational Safety & Health Inspection Program at North Business Unit, CNOOC SES Ltd. Year 2001-2003. The activity of inspection represent one of proactive effort. Aim to ensure is existing facility in field has well managed. Through inspection, we will obtain feed back which very worth for the management in planning a remedial action. There are some reason why management need feed back concerning situation of field operation, about the condition of physical, and also personnel behavior. An important is possible related to system and personal factor, influence from a change, and other factors to achieve the safety and health performance, as well as the company expectations.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Pratama Putra
Abstrak :
Industri Pertambangan dapat berpengaruh aktif dalam pembangunan berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif terhadap degradasi lingkungan, seperti kegagalan peralatan. Dimana jumlah perpipaan yang sangat besar lebih kompleks dalam distribusi dari pada jenis peralatan lainnya. Pada umumnya, dibandingkan dengan jenis peralatan lain di industri ini, lebih banyak kesulitan dalam perencanaan inspeksi yang dihadapi. Namun, inspeksi yang kurang atau inspeksi berlebih dapat terjadi karena kurangnya persyaratan yurisdiksi pada interval inspeksi dan metode perpipaan, atau interval inspeksi yang hanya didasarkan pada klasifikasi layanan perpipaan dalam peraturan yang ada, seperti API 581. Hal ini dapat mengakibatkan risiko yang tidak dapat diterima, bersama dengan hilangnya sumber daya yang mahal. Untuk mengurangi tingkat risiko perpipaan, semakin banyak perusahaan yang mengadopsi dan menerapkan metodologi inspeksi berbasis risiko (RBI), yang mengarah kepengurangan risiko. Sesuai standar API 581 dengan menggunakan metode risk-based inspection (RBI) untuk mengoptimalkan strategi pemeriksaan perpipaandengan pendekatan Kuantitatif, dapat menghitung probability dan consequency dari kegagalan yang akan terjadi pada pipa penyalur Slurry di tambang Tembanga. Tujuan dari penelitian adalah menentukan rencana inspeksi yang optimal pada pipa penyalur slurry ditambang emas dan tingkat risikonya. Inspeksi berbasis risiko dilakukan pada pipa penyalur slurry berukuran 18 inci yang datanya diperoleh dari hasil in-line inspection .Didapatkan nilai Damage Factor 6.474 dari 3 lokasi titik inspeksi, dan diketahui ketebalan pipa sebesar 3 inch. Maka didapatkan nilai PoF sebesar 2 yang dikategorikan sebagai nilai kekeritisan rendah nilai Rating dari Consequence of Failure (CoF) yaitu sedang tinggi (4) dari perkalian antara stand by availibility, lokasi dan finansial. Maka secara engineering calculation masih bisa dioperasikan dengan jadwal inspeksi setiap 4 tahun. Dengan metoda inspesi menggunakan UT Flow Ditector. ......The Mining Industry can play an active role in sustainable development by reducing negative impacts on environmental degradation, such as equipment failure. Where a very large amount of piping is more complex in distribution than other types of equipment. In general, compared to other types in this industry, more difficulties in inspection planning are encountered. However, under-inspection or over-inspection can occur due to a lack of jurisdictional requirements on inspection intervals and inspection methods, or interval inspections based solely on the classification of piping services in existing regulations, such as API 581. This can lead to unacceptable risks, along with the loss of an expensive resource. To reduce the level of pipeline risk, more and more are adopting and implementing risk-based inspection (RBI) methodologies, leading to risk reduction. Following API 581 standards using the risk-based inspection (RBI) method to optimize a pipeline inspection strategy with a quantitative approach, it can calculate the probability and consequences of failure that will occur in the Slurry pipeline at the Tembanga mine. The purpose of this research is to determine the optimal inspection plan for the gold mine slurry distribution pipe and its level. Risky inspections were carried out on 18-inch slurry distribution pipes whose data were obtained from in-line inspection results. Damage Factor 6.474 was obtained from 3 inspection point locations positions, and it was found that the pipe thickness was 3 inches. Then the PoF value obtained is 2 which is entered as a medium-high criticality value so that the and the Rating value of the Consequence of Failure (CoF) is medium-high (4) from an increase between stand by availability, location and financial. The lowest MAWP is 4083 psi while the working pressure is 1150 psi, so technically it can still be operated with an inspection schedule every 4 years with UT Flow Ditector tools for inspection.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T38847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cauidwell, Rex
Newtown: The Taunton Press, 2001
643.12 CAU i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Abdul Malik
Abstrak :
Penilaian risiko pipa penyalur dilakukan sebagai bagian dari pipeline integrity management. Dengan bertambahnya umur pipa penyalur, maka kemungkinan kerusakan akan semakin meningkat kecuali dilakukan tatakelola yang tepat dalam upaya untuk menekan risiko. Penelitian ini menjelaskan tentang analisis risiko berdasarkan kemungkinan dan konsekuensi kegagalan sejalan dengan korosi yang terjadi pada pipa penyalur. Penentuan laju korosi yang cermat sangat penting untuk mengambil keputusan terkait integrity dan efektivitas dalam memastikan keandalan pipa penyalur. Penentuan laju korosi yang akurat sangat sulit ditentukan karena sejumlah faktor yang mempengaruhi reaksi korosi. Estimasi laju korosi yang umum digunakan pada pipa penyalur adalah dengan alat In-line inspection(ILI). Laju korosi digunakan sebagai dasar untuk estimasi integrity pipa penyalur dalam suatu periode waktu. Sedangkan kemungkinan kegagalan dihitung menggunakan metode distribusi Weibull dua parameter dan estimasi konsekuensi kegagalan disiapkan berdasarkan sejumlah rujukan standar API 581. Dengan memahami tingkat ketidakpastian ILI, maka diharapkan penentuan laju korosi akan dapat lebih akurat sehingga kondisi integrity pipa penyalur di masa depan akan lebih baik termasuk juga mitigasi yang perlu dilakukan. Tesis ini juga dilengkapi dengan studi kasus yang terjadi pada PT. X untuk memahami risiko pipa penyalur terkait dengan degradasi alami material. Berdasarkan perhitungan, pipa penyalur dikategorikan ke dalam peringkat risiko 5C yang berarti dalam kondisi risiko medium-high. Variasi tingkat kegagalan terhadap segmen atau sub segmen pipa penyalur juga diperoleh dengan kemungkinan kegagalan tercepat pada selang waktu kurang dari tiga tahun dan kegagalan ......Risk assessment of gas pipeline is carried out as part of pipeline integrity management. As the life of the pipeline increases, the likelihood of failure will increase unless proper governance is carried out in an effort to reduce risk. This study describes the risk analysis based on the likelihood and consequences of failure in line with corrosion that occurs in the gas pipeline. A careful determination of the rate of corrosion is very important to make decisions regarding integrity and effectiveness in ensuring the reliability of the pipeline. Accurate determination of the rate of corrosion is very difficult to determine because of a number of factors that influence a corrosion reaction. Corrosion rate estimation that is commonly used in conduit is by In-line inspection (ILI). Corrosion rate is used as a basis for estimating the integrity of the conduit in a period of time. While the probability of failure is calculated using the two parameter Weibull distribution method and the estimated consequences of failure are prepared based on a number of API 581. Standard references. mitigation needs to be done. This thesis is also complemented by a case study that occurred at PT. X to understand the risks of channel pipes associated with natural degradation of the material. Based on calculations, the pipeline is categorized into a risk matrix 5C which means it is in a medium-high risk condition. Variations in the failure rate of the pipeline segments or sub-segments are also obtained with the possibility of the fastest failure in an interval of less than three years and the longest failure in an interval of 11 years.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>