Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chichester: Wiley-Blackwell, 2010
R 615.6 UNI u
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Harianti Putri
Abstrak :
Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) adalah salah satu penyebab akseptor menghentikan penggunaan kontrasepsi. Penghentian kontrasepsi dapat meningkatkan kejadian kehamilan yang tidak dikehendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian ROTD dari penggunaan kontrasepsi suntik tunggal (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan kontrasepsi suntik kombinasi (MPA/Estradiol Sipionat). Desain penelitian adalah kohort prospektif  uji dua populasi. Jumlah sampel sebanyak 57 akseptor kontrasepsi suntik tunggal dan 57 akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi-Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan kejadian ROTD gangguan menstruasi lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (91.2%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (49.1%) dengan P-value <0.001. Kejadian ROTD sakit kepala pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (75.4%) dan kombinasi sebanding (70.2%) dengan P-value 0.528. Kejadian ROTD mudah marah lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (89,5%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (78.9%) dengan P-value 0.123. Kejadian ROTD kurang gairah seksual lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (71.9%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (52.6%) dengan P-value 0.034. Kejadian ROTD gangguan menstruasi sepuluh kali lebih berisiko terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding kombinasi. Kejadian ROTD kurang gairah seksual tiga kali lebih berisiko terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding kombinasi. ...... Adverse drug reaction (ADR) is one of the causes of discontinuing contraception. Discontinuation of contraception will increase the incidence of unintended pregnancy. This study aimed to compare the incidence of ADR between single injectable contraceptive acceptors (DMPA) and a combination of injectable contraceptive acceptors (MPA/Estradiol Cypionate). The study design was a cohort prospective test of two populations. The sample consisted of 57 acceptors for every single injectable contraceptive and combined of injectable contraceptives (CICs). The ADRs were analyzed using Chi-Square and logistic regression multivariate tests. The results showed that ADRs incidence of menstrual disorders was very common in single injectable contraceptive acceptors (91.2%) than CICs acceptors (49.1%) with P-value <0.001. The incidence of headaches in a single injectable contraceptive acceptors (75.4%) dan CICs acceptors (70.2%) with P-value 0.528. Irritable is more common in single injectable contraceptive acceptors (89.5%) than CICs acceptors (78.9%) with P-value 0.123. Lack of sexual desire is more common in single injectable contraceptive acceptors (71.9%) than CICs acceptors (52.6%) with P-value 0.034. The incidence of menstrual disorders ten times more occurs in single injectable contraceptive acceptors than CICs acceptors. Lack of sexual desire three times more occurs in single injectable contraceptive acceptors than CICs acceptors.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T52345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ruri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Solusi pada penyembuhan patah tulang belakang akibat osteoporosis yang sedang berkembang saat ini adalah metode vertebroplasty. Vertebroplasty merupakan metode yang menginjeksikan material secara langsung untuk mengisi tulang belakang yang patah dengan bentuk tak beraturan. Oleh karena itu, material mampu injeksi digunakan untuk mengisi cacat tersebut guna membantu proses pembentukan tulang. Pada penelitian ini, komposit alginat-hidroksiapatit mampu injeksi dikembangkan dan diteliti dengan variasi komposisi berat alginat. Pengujian injekabilitas, pengujian tekan, analisis spektroskopi FTIR dan pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) menghasilkan komposit dengan komposisi 60% alginat memiliki modulus tekan sebesar 0.15 MPa dengan kemampuan injekabilitas >85% dan memiliki morfologi yang sesuai yakni berstruktur pori dan berserat secara seragam. Komposisi 60% alginat adalah komposisi optimum sebagai komposit alginat-hidroksiapatit pengisi tulang mampu injeksi. Proses fabrikasi komposit mampu injeksi ini dapat digunakan untuk mengembangkan sistem material mampu injeksi untuk metode vertebroplasty.
ABSTRAK
The cure to the spinal fracture due to osteoporosis that newly developed is vertebroplasty method. Vertebroplasty is a method that injects the material directly to the spine which fractures irregularly. Thus, the injectable materials are used to perfectly fill defect in order to commence the bone formation on the fracture area. In this study, an injectable alginate-hydroxyapatite composite was developed and investigated by varying the weight composition of alginate. Injection capability testing, compressive testing, FTIR spectroscopy analysis and Scanning Electron Microscope (SEM) observation results suggested that composite of 60% alginate conduces compressive modulus of 0.15 MPa with fair injection capability of >85% and resemblance of morphology with uniformly porous and fibrous structure. Composition of 60% alginate is the optimum composition for injectable alginate-hydroxyapatite composite bone filler. This injectable composite fabrication process can be used for the development of injectable materials system for vertebroplasty method.
2016
S64222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Yosefa Diaz Viera
Abstrak :
Latar belakang: Terapi regeneratif periodontal dengan scaffold harus dapat mendukung terjadinya osteogenesis, osteoinduksi, dan osteokonduksi, sehingga dibutuhkan karakteristik material yang sesuai. Nano-hidroksiapatit menjadi salah satu pilihan biomaterial scaffold. Nano-hidroksiapatit dibuat dalam berbagai bentuk seperti injectabel pasta yang membutuhkan suatu matriks, seperti gelatin. Tujuan: Menganalisis potensi serbuk dan pasta nano-hidrositapatit sebagai injectabel scaffold dalam terapi regeneratif periodontal yang dilihat dari karakteristik biomaterial dengan waktu perendaman 1, 2, 7, dan 14 hari dalam larutan simulasi tubuh. Metode: Fabrikasi serbuk nano-hidroksiapatit dan pasta nano-hidroksiapatit di BRIN. Serbuk nHA, pasta nHAG 65:35, dan pasta nHAG 60:40 direndam dalam larutan simulasi tubuh selama 1, 2, 7, dan 14 hari. Pada setiap periode waktu dilakukan pengukuran pH, biodegrabilitas, dan karakteristik kimia dengan uji FTIR. Hasil: Uji pH menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada perendaman 1, 7, dan 14 hari (p<0,05). Uji biodegrabilitas menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada perendamanan 1, 2, 7, dan 14 hari (p<0,05). Uji FTIR pada serbuk nHA mengidentifikasi gugus fungsi PO, CO, O-H, C=H, COO. Uji FTIR pada pasta nhAG 65:35 dan pasta nHAG 60:40 mengidentifikasi adanya tambahan gugus fungsi golongan amide. Kenaikan pita serapan setelah perendaman pada gugus fungsi O-H dan PO. Kesimpulan: Pasta nHAG berpotensi sebagai injectabel scaffold dalam terapi regeneratif periodontal. Latar belakang: Terapi regeneratif periodontal dengan scaffold harus dapat mendukung terjadinya osteogenesis, osteoinduksi, dan osteokonduksi, sehingga dibutuhkan karakteristik material yang sesuai. Nano-hidroksiapatit menjadi salah satu pilihan biomaterial scaffold. Nano-hidroksiapatit dibuat dalam berbagai bentuk seperti injectabel pasta yang membutuhkan suatu matriks, seperti gelatin. Tujuan: Menganalisis potensi serbuk dan pasta nano-hidrositapatit sebagai injectabel scaffold dalam terapi regeneratif periodontal yang dilihat dari karakteristik biomaterial dengan waktu perendaman 1, 2, 7, dan 14 hari dalam larutan simulasi tubuh. Metode: Fabrikasi serbuk nano-hidroksiapatit dan pasta nano-hidroksiapatit di BRIN. Serbuk nHA, pasta nHAG 65:35, dan pasta nHAG 60:40 direndam dalam larutan simulasi tubuh selama 1, 2, 7, dan 14 hari. Pada setiap periode waktu dilakukan pengukuran pH, biodegrabilitas, dan karakteristik kimia dengan uji FTIR. Hasil: Uji pH menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada perendaman 1, 7, dan 14 hari (p<0,05). Uji biodegrabilitas menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada perendamanan 1, 2, 7, dan 14 hari (p<0,05). Uji FTIR pada serbuk nHA mengidentifikasi gugus fungsi PO, CO, O-H, C=H, COO. Uji FTIR pada pasta nhAG 65:35 dan pasta nHAG 60:40 mengidentifikasi adanya tambahan gugus fungsi golongan amide. Kenaikan pita serapan setelah perendaman pada gugus fungsi O-H dan PO. Kesimpulan: Pasta nHAG berpotensi sebagai injectabel scaffold dalam terapi regeneratif periodontal. ......Background: Periodontal regenerative therapy involves the use of scaffolds to promote bone growth. Nano-hydroxyapatite is a potential scaffold biomaterial that can be made into various forms, such as an injectable paste that requires a matrix like gelatin, to support bone growth. Objective: Aim: To investigate whether nano-hydroxyapatite powder and paste can be used as injectable scaffolds for periodontal regenerative therapy by studying their biomaterial properties after immersion in a simulated body solution for different time periods. Method: The nano-hydroxyapatite powder and paste were created in BRIN and vperiods. The pH, biodegradability, and chemical properties were measured using FTIR tests in each period. Results: The pH test showed significant differences in each soaking times (p <0.05). Biodegradability tests showed significant differences in immersion times of 1, 2, 7, and 14 days (p <0.05). FTIR tests on nHA powder identified functional groups PO, CO, O-H, C=H, COO. FTIR tests on nHAG paste 65:35 and nHAG paste 60:40 identified additional amide group functional groups. An increase in absorption band occurred after immersion in the O-H and PO. Conclusion: The nHAG paste has potential as an injectable scaffold in periodontal regenerative therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismulat Rahmawati
Abstrak :
Latar belakang: Tatalaksana tuberkulosis resistan obat membutuhkan obat antituberkulosis suntik lini kedua yang menyebabkan efek samping ototoksik menetap. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalens ototoksik pada pasien tuberkulosis resistan obat dan faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada pasien TB resistan obat yang sedang mendapat obat kanamisin atau kapreomisin sebagai bagian paduan obat pada pengobatan tahap awal periode Januari-September 2017 di RSUP Persahabatan. Ototoksik ditentukan berdasar kriteria American Speech Language and Hearing Association (ASHA) tahun 1994 dengan membandingkan nilai audiometri dasar sebelum pengobatan dan saat penelitian. Hasil: Sebanyak 72 pasien ikut pada penelitian ini. Ototoksik didapatkan pada 34 pasien (47,2%). Ototoksik pada bulan pertama pengobatan yaitu 5 subjek (14,7%) dan 19 subjek 56 tanpa keluhan gangguan pendengaran. Ototoksik lebih sering didapatkan pada penggunaan kanamisin (47,9%) dibandingkan kapreomisin (36,8%). Terdapat berhubungan bermakna antara faktor usia dan ototoksik dengan peningkatan risiko sebesar 5 pada setiap penambahan usia 1 tahun, p=0,029 aOR:1,050 IK95% (1,005-1,096). Kelompok subjek dengan komorbid DM dan peningkatan kreatinin serum didapatkan prevalens ototoksik lebih tinggi meskipun tidak bermakna secara statistik. Faktor jenis kelamin, IMT, riwayat penggunaan OAT suntik, status HIV dan total dosis obat juga tidak didapatkan hubungan bermakna dengan ototoksik. Kesimpulan: Ototoksik merupakan efek samping yang sering terjadi pada pengobatan fase awal pasien TB resistan obat. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan lebih baik.
Background: The treatment of drug resistance tuberculosis needs second line injection antituberculosis drug that associated with irreversible ototoxic. The aim of this study is to know the prevalence of ototoxicity in tuberculosis drug resistance patients and the contributing factors. Methods: This is a cross sectional study among drug resistance TB patients who receive kanamysin or capreomycin as a part of drug regimen during intensive phase in January to September 2017 at Persahabatan hospital. Ototoxic defined according to American Speech Language and Hearing Association (ASHA) 1994 criteria by comparing baseline audiometric examination before treatment with current result. Results: Seventy two patients were included in this study. The prevalence of ototoxicity was found in 34 patients (47,2%). Ototoxic found in 5 subjects (14,7%) during the first month of treatment and 19 subjects 56 without hearing disturbance complain. Ototoxic in kanamisin group (47,9%) is more frequent compared with capreomisin (36,8%). Ototoxicity was associated with age, the risk increases 5 every 1 year older p=0,029 aOR:1,050 IK95% (1,005-1,096). The prevalences of ototoxicity are higher in diabetes and increasing serum creatinin patients but statistically not significance. Sex, body mass index, the history of using injectable antiTB drug, HIV status and total dosis were not associated with ototoxicity. Conclusion: Ototoxicity is common in intensive phase of drug resistance tuberculosis treatment. Further study needed to determine the association of contributing factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Kurniawan
Abstrak :
[ABSTRAK
Injectable bone substitute (IBS) merupakan metode penanganan kerusakan tulang yang efektif, karena dapat mempermudah proses operasi dan memberi kenyamanan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material pengisi tulang mampu injeksi berbasis kalsium fospat dengan perbandingan Ca/P (1.67) dan kitosan. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan semen kalsium fosfat dan kitosan sebesar 0%, 4%, 8%, 11% dalam larutan Na2HPO4 (1mol/L) yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil percobaan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM, FTIR, serta pengujian kemampuan injeksi dan setting time. Dari hasil karakterisasi tersebut didapatkan bahwa proses injeksi yang baik dapat dilakukan dengan perbandingan larutan dan serbuk (0.68 ml/gram). Setting time dan kekuatan tekan meningkat dengan penambahan kitosan, sedangkan modulus kompresi-nya berkurang dari 140-106 MPa. Terbentuknya senyawa HA yang diindikasikan dari uji XRD serta hasil uji FTIR menunjukkan tidak ada ikatan secara kimia antara semen kalsium fospat (HA,DCPD) dan kitosan, melainkan berupa ikatan hidrogen. Adapun hasil karakterisasi menunjukkan bahwa produk IBS yang telah disintesis berpotensi untuk dijadikan material pengisi tulang. ABSTRACT
Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material. , Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material. ]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismiratul Maulida
Abstrak :
ABSTRACT
Pada pemakaian kontrasepsi hormonal suntik Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) dapat menyebabkan kenaikan hormon tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi saliva di rongga mulut yang merupakan salah satu indikator faktor resiko terjadinya karies gigi. Pemeriksaan pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi dapat digunakan untuk menilai risiko karies individu. Pada beberapa penelitian, pemakaian DMPA menunjukkan terjadinya efek samping pada tubuh dan rongga mulut. Pemakaian DMPA dapat menimbulkan amenorea dan penurunan densitas tulang. Selain itu ketidakseimbangan hormon pada pemakaian DMPA juga mempengaruhi pH dan viskositas saliva. Tujuan: Menganalisis pengaruh lama pemakaian kontrasepsi hormonal suntik DMPA terhadap pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi. Metode: Saliva tidak terstimulasi pada subjek pemakai kontrasepsi hormonal suntik DMPA dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu pemakaian selama 12-23 bulan, 24-35 bulan, dan 36-60 bulan, dan subjek non pemakai kontrasepsi dikumpulkan dan langsung diukur nilai pH dengan menggunakan kertas lakmus merk GC dan nilai viskositas dengan viskometer Oswald. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) nilai pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi antara kelompok uji dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh lama pemakaian kontrasepsi hormonal suntik DMPA terhadap pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi.
ABSTRACT
The use of hormonal contraceptive injection Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) increasing the hormonal productivity. This can affect saliva in the oral cavity, which is one of the indicator of risk factors for dental caries. Examination of pH and viscosity of unstimulated saliva can be used to assess the risk of individual caries. In several studies, the use of DMPA showed the occurrence of side effects on the body and oral cavity. Use of DMPA can cause amenorrhea and reduce bone density. In addition, hormonal imbalances in the use of DMPA also affect the pH and viscosity of saliva. Objective: To analyze the effect of usage duration of hormonal contraceptive injection DMPA on pH and viscosity of unstimulated saliva. Method: Unstimulated saliva in hormonal contraceptive injection DMPA subjects with used duration of 12-23 months, 24-35 months, and 36-60 months, and non-contraceptive were collected and measured directly by using GC pH indicator paper and Oswald viscometer. Results: There were no significant differences (p > 0.05) value of pH and viscosity of unstimulated saliva between the test groups and control group. Conclusion: There were no effects of duration of usage hormonal contraceptive injection DMPA on the pH and viscosity of unstimulated saliva.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library