Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Eka Putri
"ABSTRAK
Masalah kesehatan anak masih menjadi perhatian bagi dunia, termasuk masalah pemenuhan gizi. Salah satu aspek yang menggambarkan pencapaian pemenuhan gizi adalah melalui presentase pemberian Inisiasi Menyusui Dini IMD dan ASI eksklusif. Pelaksanaan IMD di Indonesia masih belum mencapai target dan kurangnya informasi dan motivasi kepada ibu hamil menjadi salah satu penyebab utama rendahnya praktik pemberian IMD dan ASI eksklusif di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya dampak pemberian edukasi laktasi prenatal IMD terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil mengenai IMD. Penelitian ini menggunakan teknik uji eksperimental dengan membandingkan kelompok intervensi yang diberikan edukasi laktasi prenatal mengenai IMD dengan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner pretest dan posttest. Hasil uji mc nemar didapatkan nilai p sebesar < 0.0001 pada perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi dan nilai p sebesar 0.109 pada perubahan sikap sebelum dan sesudah intervensi. Pada hasil perubahan perilaku didapatkan bahwa seluruh ibu hamil dalam kelompok intervensi memiliki perilaku yang baik setelah diberikan intervensi. Sebagai kesimpulan, terdapat perbedaan bermakna pada pengetahuan dan perilaku mengenai IMD pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tidak ditemukan perbedaan bermakna pada sikap mengenai IMD pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Children 39s health problems are still a major concern, including nutrition problem. One aspect that illustrates the accomplishment of nutrition fulfillment is through the percentage of early initiation of breastfeeding IMD and exclusive breastfeeding. Implementation of IMD in Indonesia still has not reached target which lack of information and motivation to pregnant mother become one of the main cause of this condition. This study aims to find out about the impact of prenatal lactation education on the improvement of knowledge, attitudes and behavior of pregnant women about IMD. This study uses experimental test techniques by comparing the intervention group provided with prenatal lactation education about IMD with the control group. Data were collected using pretest and posttest questionnaires. The result of the test was obtained p value."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrin Syahrina
"Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematan neonatal dan mengoptimalkan pemberian ASI eksklusif. Pelaksanaan IMD erat kaitanya dengan metode persalinan yang dilakukan ibu yaitu persalinan pervaginam atau persalinan caesar. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui determinan IMD pada wanita yang melahirkan secara operasi caesar. Analisis data pada penelitian ini menggunakan chisquare dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paritas (AOR: 1,49, 95% CI: 1,03-2,16), kunjungan ANC (AOR: 2,96, 95% CI: 1,07-8,20), dan skin-to-skin contact (AOR: 3,50, 95% CI: 2,41-5,08) berhubungan dengan perilaku inisiasi menyusui dini pada wanita usia subur yang melahirkan secara operasi caesar. Oleh karena itu perlu adanya regulasi untuk mengatur pelaksanaan IMD pada semua jenis persalinan baik pervaginam maupun caesar. Selain itu peningkatan edukasi IMD pada kunjungan ANC serta sosialisasi persalinan pervaginam perlu ditingkatkan kembali.

Early initiation of breastfeeding (EIBF) is an effort to reduce neonatal mortality and optimize exclusive breastfeeding. The implementation of EIBF is closely related to the method of delivery performed by the mother, namely vaginal delivery or cesarean delivery. This study used data from the 2017 IDHS with a cross-sectional study design to determine the determinants of EIBF in women of childbearing age who deliver by caesarean section. Data analysis in this study used chi-square and logistic regression. The results of this study indicated that parity (AOR: 1.49, 95% CI: 1.03-2.16), ANC visits (AOR: 2.96, 95% CI: 1.07-8.20), and skin -to-skin contact (AOR: 3.50, 95% CI: 2.41- 5.08) is associated with early breastfeeding initiation behavior in women of childbearing age who deliver by cesarean section. Therefore it is necessary to have regulations to regulate the implementation of EIBF in all types of deliveries, both vaginal and cesarean delivery. In addition, increased EIBF education at ANC visits and socialization of vaginal births need to be increased again."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nandika Putri
"Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebelum menyusui dalam 3 hari pertama kehidupan yang dapat menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif dan mendorong risiko infeksi dan malnutrisi yang kemudian berdampak pada stunting. Satu dari dua bayi yang pernah diberikan ASI di Indonesia pernah diberikan makanan prelakteal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari SDKI tahun 2017 dengan rancangan studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 – 23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 1.224 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,4% ibu yang memberikan makanan prelakteal. Pada analisis hubungan didapatkan hasil bahwa usia ibu, paritas, IMD, dan jenis persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi (p-value < 0,05). Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan IMD sebagai faktor dominan yang menyebabkan pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera (OR 6,06) yakni ibu yang terlambat memberikan IMD berpeluang 6 kali lebih berisiko untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera setelah dikontrol oleh variabel berat lahir, ANC, jenis persalinan, usia ibu, paritas, dan tenaga penolong persalinan.

Prelacteal is anything other breastmilk that given to infants before breastfeeding in the first 3 days of life which can cause failure of exclusive breastfeeding and may increased risk of infection and malnutrition which then will impact on stunting. One in two babies who have been breastfed in Indonesia have been given prelacteal. This study aims to determine the determinants of prelacteal feeding behavior in infants on the island of Sumatra. This study uses data from the 2017 IDHS with a cross sectional study design. The sample of this study was mothers who had babies aged 0-23 months with the inclusion criteria with a sum of 1,224 respondents. The results showed that there were 54.4% of mothers who gave prelacteal. From correlations analysis it was found that maternal age, parity, IMD, and type of delivery were associated with prelacteal feeding to infants (p-value < 0.05). The results of the logistic regression analysis showed that IMD as the dominant factor that causes prelacteal feeding (OR: 6.06) where mothers who are late in giving IMD are 6 times more likely to giving prelacteal to infants after being controlled by weight. birth, ANC, type of delivery, maternal age, parity, and birth attendants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Fitri Alfiani
"Salah satu gagalnya program ASI Eksklusif adalah pemberian makanan prelakteal sebelum ASI keluar dalam 1-3 hari. Prelakteal masih menjadi masalah malnutrisi di dunia, di Vietnam 9,3% anak usia di bawah 5 tahun mengalami stunting, dan 17,5% nya underweight dengan 1 dari 3 bayi tidak diberi ASI dalam 1 jam kelahiran, dan diberikan makanan prelakteal. Angka pemberian makanan prelakteal di Indonesia cukup tinggi, 95% bayi mendapatkan ASI namun 44% nya mendapatkan makanan prelakteal (SDKI 2017). Penelitian bertujuan melihat faktor-faktor yang berhubungan terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0–23 bulan di Indonesia. Penelitian menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi potong lintang. Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 6425. Data dianalisis secara univariat, dan bivariat. Presentase ibu yang memberikan prelakteal 45,7%, dan 54,3% lainnya tidak. Sebagian besar ibu melakukan IMD secara segera yaitu 58,2%, 56,7% ibu memiliki tingkat pendidikan menengah, 47,1% ibu memiliki status ekonomi bawah, 51,4% ibu tinggal di pedesaan, 54,0% ibu tidak bekerja, 88,4% ibu melakukan pemeriksaan antenatal lebih dari 4 kali, 76,6% ibu melahirkan ditolong petugas kesehatan, 78,1% melahirkan di fasilitas layananan kesehatan, 81,9% ibu melahirkn secara pervaginam, dan 68,3% ibu sudah melahirkan lebih dari 1 anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara IMD, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi ibu, jenis persalinan, dan jumlah anak terhadap perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-23 bulan di Indonesia.

One of the failures of the exclusive breastfeeding program is prelacteal feeding before the milk comes out in 1-3 days. Prelacteal is still a problem of malnutrition in the world, in Vietnam 9.3% of children under 5 years of age are stunted, and 17.5% are underweight with 1 in 3 babies not breastfed within 1 hour of birth, and given prelacteal food. The prelacteal feeding rate in Indonesia is quite high, 95% of babies get breast milk but 44% of them get prelacteal food (2017 IDHS). The aim of this study was to look at the factors related to prelacteal feeding in infants aged 0–23 months in Indonesia. The study used the 2017 IDHS data with a cross-sectional study design. The sample of this research is mothers who have babies aged 0-23 months who meet the inclusion and exclusion criteria (n=6425). Data were analyzed by univariate and bivariate. The percentage of mothers who gave prelacteal was 45.7%, and 54.3% did not. Most of the mothers did breastfeed immediately (58.2%), 56.7% of mothers had secondary education, 47.1% of mothers had lower economic status, 51.4% of mothers lived in rural areas, 54.0% of mothers were not working, 88.4% of mothers did antenatal care more than 4 times, 76.6% of mothers gave birth assisted by health workers, 78.1% gave birth in health care facilities, 81.9% of mothers gave birth vaginally, and 68.3% of mothers had given birth more than 1 child. There is a significant association between early breastfeeding, mother's education level, mother's economic status, type of delivery, and number of children with prelacteal feeding practices in infants aged 0-23 months in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Peneltian ini dilakukan untuk menggali penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Puskesmas Serpong 1,Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. Informan petugas kesehatan daripuskesmas, rumah bersalin, klinik swasta dan bidan praktek pribadi. Penelitiandilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 dengan pendekatan kualitatifdan metode wawancara mendalam. Data utama penelitian ini adalah data primerdilengkapi data sekunder. Data sekunder diambil dari profil puskesmas serpong 1,data primer didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam kepada petugaskesehatan, kader posyandu, ibu bayi dan suami/orang tua diwilayah kerjaPuskesmas Serpong 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan dan orang tuadengan pemberian ASI eksklusif masih kurang, terutama dalam penatalaksanaanInisiasi Menyusu Dini dan rawat gabung. Pengetahuan tentang ASI eksklusif darisuami/orang tua dan kader posyandu masih kurang, sehingga diperlukansosialisasi dan pengawasan terhadap pemberian ASI eksklusif dimasyarakat,penegasan sanksi terkait pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalamperaturan terkait pemberian ASI eksklusif.Kata kunci: ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini, Dukungan, Kualitatif.

This study was conducted to explore the causes of low coverage of exclusivebreastfeeding and the factors that influence in the Serpong 1 Community HealthCenter, Serpong subdistrict, South Tangerang City. Informants Health Officer ofHealth centers, maternity homes, private clinics and private midwives. The studywas conducted in November December 2016, with a qualitative approach and indepthinterviews. Main data of this study are primary data include secondary data.Secondary data was taken from the profile of Serpong 1 Community HealthCenter, primary data obtained by conducting in depth interviews indicated tohealth workers, cadres Posyandu, the baby 39 s mother and husband parent in thework area Serpong 1 Community Health Center.
Research results show that support for health workers and parents with exclusivebreastfeeding is still lacking, particularly in the treatment of Early Initiation ofBreastfeeding and rooming. Knowledge of exclusive breastfeeding from husband parents and cadres Posyandu is still lacking, so that the necessary socializationand supervision of exclusive breastfeeding in the community, the affirmation ofsanctions related to violations of the provisions of the relevant rules grantingexclusive breastfeeding.Keywords Exclusive breastfeeding, Early Initiation of Breastfeeding, Support, Qualitative.
"
2017
S66242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Liswanda
"Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sumatera Utara yang merupakan provinsi dengan prevalensi IMD tertinggi dan terendah pada Analisis Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi Indonesia Tahun 2017 dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 161 ibu di NTB dan 261 ibu di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan IMD di kedua provinsi tersebut dan faktor dominannya.

            Berdasarkan hasil analisis univariat, cakupan IMD di NTB sebesar 78,9% dan di Sumatera Utara sebesar 34,5%. Dari hasil analisis bivariat, didapatkan bahwa IMD memiliki hubungan dengan metode persalinan (p-value 0,000 dan OR 7,4), komplikasi kehamilan (p-value 0,031 dan OR 5,7), dan skin-to-skin contact (p-value 0,000 dan OR 6,6) di Provinsi NTB. Sementara di Sumatera Utara, didapatkan bahwa IMD memiliki hubungan dengan tempat persalinan (p-value 0,032 dan OR 0,55) dan metode persalinan (p-value 0,000 dan OR 7,2). Hasil analisis multivariat, didapatkan bahwa metode persalinan menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan IMD di Provinsi NTB (p-value 0,002 dan AOR 5,6) dan Sumatera Utara (p-value 0,000 dan AOR 8,1).

.....This study discusses the factors related to the implementation of EIBF in the Provinces of West Nusa Tenggara (NTB) and North Sumatra which are the provinces with the highest and lowest prevalence of EIBF in the Indonesia Demographic and Health Survey (DHS) Analysis 2017. This study uses secondary data from the 2017 Indonesian DHS with a cross sectional research design. The number of samples used were 161 mothers in NTB and 261 mothers in North Sumatra. The purpose of this study was to determine the factors associated with IMD in the two provinces and the dominant factors, so that they can be taken into consideration in making policies by the local government.

Based on the results of univariate analysis, the prevalence of IMD in NTB was 78.9% and in North Sumatra was 34.5%. From the results of bivariate analysis, it was found that EIBF had a relationship with delivery method (p-value 0.000 and OR 7.4), pregnancy complications (p-value 0.031 and OR 5.7), and skin-to-skin contact (p-value 0.000 and OR 6.6) in NTB Province. Meanwhile in North Sumatra, it was found that EIBF had a relationship with the place of delivery (p-value 0.032 and OR 0.55) and method of delivery (p-value 0.000 and OR 7.2). The results of multivariate analysis showed that the method of delivery was the dominant factor associated with EIBF in the Provinces of NTB (p-value 0.002 and AOR 5.6) and North Sumatra (p-value 0.000 and AOR 8.1)."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library