Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Dwi Amalia
"Tuberkulosis Paru hingga saat ini masih menjadi penyakit menular yang paling sering merenggut nyawa masyarakat. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat khususnya keluarga mengenai penyakit tuberkulosis masih dibawah rata-rata. Selain itu, dukungan informasional yang diberikan keluarga juga masih kurang. Pemberian dukungan informasional oleh keluarga menunjukkan berfungsinya keluarga dalam hal fungsi perawatan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan informasional pada klien Tuberkulosis Paru di Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional dan teknik cluster random sampling. Instrumen kuesioner pengetahuan keluarga dan dukungan informasional pada klien Tuberkulosis Paru digunakan dalam penelitian ini. Jumlah subjek penelitian yang diikutsertakan sebanyak 102 keluarga yang merawat klien Tuberkulosis Paru di Kota Depok. Analisis univariat dan bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil uji chi squaremenunjukkan p value sebesar 0,026 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan informasional pada klien Tuberkulosis Paru. Pengembangan program promosi kesehatan terkait Tuberkulosis Paru perlu dirancang oleh pihak puskesmas agar dapat meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga mampu memberikan dukungan informasional yang baik pada klien Tuberkulosis Paru.

Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease that most often takes the lives of people. Some studies demonstrate that the knowledge of the community, especially families regarding Pulmonary Tuberculosis disease is still below the average. On the other hand, the informational support provided for Pulmonary Tuberculosis clients is also lacking. Informational support given by family showed that they are implementing family health care function. This study aims to determine the correlation of family knowledge and informational support for Pulmonary Tuberculosis clients in Depok City. The research method used is cross sectional approach and cluster random sampling technique. Family knowledge and informational support questionnaire instrument is used in this study. The number of research subjects conducted as many as 102 families caring for Pulmonary Tuberculosis clients in Depok City. Univariate and bivariate analysis were done using chi square test. The chi square test results showed p value of 0.026 (p<0.05) meaning that there was a significant difference between family knowledge and informational support for Pulmonary Tuberculosis clients. Health promotion program related to Pulmonary Tuberculosis need to be developed by the puskesmas in order to increase family knowledge. Thus, family can provide a better informational support for the clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Tupani Gunarwati
"Tesis ini membahas mengenai hadimya transportasi berbasis aplikasi, Uber, yang secara cepat mengganggu dominasi perusahaan taksi Blue Bird di Jakarta yang sudah beroperasi puluhan tahun. Uber yang mulanya disebut ilegal karena tidak mematuhi aturan yang berlaku merebut ruang konsumsi pengguna taksi sekaligus membuka ruang produksi ketenagakerjaan di industri transportasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode etnografi sekaligus dan studi pustaka terkait kontroversi Uber di media massa. Penelitian ini kemudian menemukan ada permasalahan lain yang lebih ideologis yaitu mengenai sistem kapitalisme yang berada di belakang bisnis transportasi di Jakarta yang selama ini dikuasai oleh peruasahan taksi Blue Bird. Ada peran negara yang tidak bisa dipisahkan dari sistem kapitalisme tersebut. Di sisi lain, Uber yang mengusung sistem sharing economy memutarbalikkan sistem kapitalisme yang sudah ajek dengan akumulasi kapital yang besar tersebut. Cara Uber membuat konsumen membayar lebih murah, dan membuka lapangan pekerjaan barn bagi para sopir menabrak aturan mengenai pembagian hasil investasi kepada negara sesuai aturan yang sudah ada. Sistem kapitalisme informasional yang diusung Uber itu temyata membuka dialog baru tentang perubahan bentuk kapitalisme yang kemudian direspons oleh negara. Negara yang awalnya bersikap represif terhadap Uber, lambat laun melunak dan lebih akomodatif.

This thesis discusses the presence of applications-based transportatio, Uber, which quickly disrupt the dominance of Blue Bird taxi company in Jakarta which has been operating for decades. In their early days operation in Jakarta, Uber called illegal by the regulator since they did not follow the public transportation rules. They also seize the consumption space of taxi users, and simultaneously recruit employers in the transportation industry. This study used ethnographic methods at once and literature related Uber controversy in the media. This study found out the ideological problems that the capitalist system is behind the transportation business in Jakarta dominated by Blue Bird taxi and the role of the nation-state that can not be separated from thesystem itself. On the other hand, Uber with their sharing economy' system that represented the informational capitalism shifting the 'old' model of industrial capitalism system. How Uber make consumers pay less, and create new job opportunities for the drivers hit the division rules of investment returns to the state according the rules already exist. Informational capitalism system that supported Uber make a new dialogue about the shift of capitalism system is transportation industry that responded by the state."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Magdalena
"Hingga saat ini SLE (Systemic Lupus Erythematosus) masih belum populer di telinga masyarakat luas walaupun beberapa media massa telah memuat artikel mengenai penyakit ini. Jumlah penyandang SLE memang masih terhitung kecil bila dibandingkan jumlah penderita penyakit lainnya. SLE sendiri adalah penyakit autoimmune yang kronis atau berkepanjangan yang berakibat pada timbulnya peradangan pada berbagai sistem organ dan/atau jaringan tubuh seperti kulit, persendian, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Autoimmune adalah gangguan pada mekanisme pertahanan tubuh di mana antibodi dihasilkan untuk menyerang jaringan tubuh sendiri (Concise Medical Dictionary 1990). Padahal antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan kita untuk melindungi tubuh kita dari benda asing. Karena penyebab SLE belum diketahui secara pasti, hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan SLE (Wilson, et al., 1991). Oleh sebab itu yang dapat dilakukan saat ini adalah mempertahankan mana remisi (masa di mana SLE tidak aktif) selama mungkin sehingga penyandang SLE dapat hidup dengan normal.
Dalam perawatannya, penyandang SLE tidak hanya membutuhkan dukungan medis tetapi juga dukungan psikologis seperti dukungan sosial. Dukungan sosial adalah informasi yang diperoleh dari orang lain bahwa seseorang itu dicintai, diperhatikan, dipercayai, dan dihargai (Cobb, 1976, dalam Taylor, 1995). Ada beberapa bentuk dukungan sosial, yaitu appraisal support, tangible assistance, emotional support, dan informational support (dalam Taylor, 1995). Namun bagi mereka yang menderita suatu penyakit yang cukup serius, dukungan emosional dan informasional dirasakan lebih penting (Wortman & Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994). Itulah sebabnya dukungan sosial yang diteliti pada penelitian ini difokuskan pada kedua dukungan tersebut.
Pada penelitian ini ingin diperoleh gambaran mengenai dukungan sosial, emosional dan informasional, yang diterima penyandang SLE dmi lingkungan sosialnya, yaitu keluarga dan pasangan hidup, dokter, teman akrab, dan Iingkungan pergaulan. Yang dimaksud dengan lingakungan pergaulan di sini adalah lingkungan kerja, kuliah, sekolah, dan teman-teman lain selain teman akrab. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif; dengan menggunanakan teknik kuesioner dan wawancara. Subyek penelitian adalah penyandang SLE dalam usia subur dan pernah atau masih berkonsultasi dengan dokter. Penelitian kuantitatif dilakukan kepada 31 subyek sedangkan penelitian kualitatif dilakukan kepada lima subyek yang juga sudah mengisi kuesioner sebelumnya.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa sebagian besar subyek memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan emosional dan informasional yang diterima dari keluarga dan pasangan hidup, dokter, dan teman akrab. Sedangkan subyek yang memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan emosional dan informasional yang diterima dari lingkungan pergaulan lebih sedikit dari pada subyek yang memiliki persepsi positif terhadap dukungan yang diterima dari pihak-pihak lain.
Pada umumnya keluarga, pasangan hidup, dan teman akrab memberikan dukungan seperti mengerti, memberi semangat, membantu pengobatan, memberikan perhatian, memberikan kesempatan bagi subyek untuk menyampaikan keluhan dan masalahnya, juga memberikan informasi mengenai SLE dan saran-saran untuk subyek. Namun ada juga subyek yang disalahkan dan diangap aneh oleh keluarga, pasangan hidup, dan teman akrab.
Dokter memberikan dukungan dengan mengerti, memberi semangat, memberikan perhatian, memberikan kesempatan buat subyek untuk menyampaikan keluhan dan pertanyaan, menenangkan subyek, bersikap sabar, tidak bersikap kaku (misalnya bercanda), juga memberikan penjelasan mengenai SLE (dengan cara yang dapat dipahami), memberikan kesempatan untuk bertanya jawab, dan memberikan saran-saran. Subyek yang berkonsultasi dengan dokter seperti di atas memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan yang diterima dari dokter. Sebaliknya subyek yang berkonsultasl dengan dokter yang bersikap terburu-buru, lebih banyak diam, bersikap kaku, tidak memberikan penjelasan, memiliki persepsi yang negatif.
Lingkungan pergaulan pun memberikan dukungan seperti mengerti, memberi semangat, membiarkan subyek bekerja seperti biasa, memberi perhatian, juga memberi informasi mengenai SLE dan saran-saran untuk subyek. Namun ada juga lingkungan pergaulan yang bersikap menyalahkan, menganggap subyek aneh, dan menanyai subyek terus menerus. Subyek dengan lingkungan pergaulan seperti ini memiliki persepsi yang negatif terhadap dukungan yang diterima dari lingkungan pergaulan.
Saran untuk penelitian lanjutan adalah agar dapat diteliti hubungan antara persepsi penyandang SLE terhadap dukungan yang diterima dengan kondisi penyandang SLE, penelitian dilakukan dengan jumlah subyek yang lebih besar, menghindari pertanyaan yang mengarahkan subyek. Saran Iain adalah perlunya diberikan penjelasan mengenai penyakit kepada lingkungan sosial pasien, dan perlunya pemahaman bagi para dokter mengenai pendekatan psikologis dalam proses penyembuhan selain pendekatan media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Delphino
"Penelitian ini bertujuan melihat faktor-faktor yang dapat memprediksi munculnya sinisme terhadap perubahan organisasi CAOC yang didefinisikan sebagai pandangan pesimis terhadap keberhasilan dalam usaha melakukan perubahan yang sedang dilakukan atau akan dilakukan karena pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut dianggap tidak termotivasi, tidak kompeten, ataupun keduanya Wanous dkk., 2000. Variabel-variabel prediktor dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional, keadilan informasional, dan keadilan interpersonal. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Cynicism About Organizational Wanous dkk., 2000 Change, Organizational Justice Scale Colquitt, 2001, dan Multi Level Questionaire Form 5x Avolio dkk., 1995. Responden dalam penelitian ini merupakan 165 karyawan tetap yang bekerja di perusahaan yang telah dan sedang melakukan perubahan, dengan karakteristik telah bekerja selama minimal 2 tahun. Pengolahan data menggunakan process makro Hayes, 2013 dengan analisis mediasi sederhana, diketahui bahwa terdapat efek mediasi dari keadilan informasional pada pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap CAOC. Sedangkan, efek mediasi tidak terjadi melalui keadilan interpersonal.

This study examines the factors that can predict the emergence of cynicism about organizational change, which is defined as a pessimistic outlook for successful change and blame placed on ldquo those responsible rdquo for lacking the motivation and or the ability to effect successful change Wanous et al., 2000. Predictor variables in this study is transformational leadership, informational justice, and interactional justice. The measurements used in this research is Cynicism about Organizational Change Wanous et al., 2000, Organizational Justice Scale Colquitt, 2001, and Multi Level Questionaire Form 5x Avolio et al., 1995. Respondents in this research were 165 permanent employees working in the company that has undergone a change and still changing, with the characteristic has been working for at least 2 years. Processing data using a macro process Hayes, 2013 with a simple mediation analysis, the result point out that there is a mediating effect from informational justice on the influences transformational leadership on CAOC. Meanwhile, the mediating effect does not occur through interpersonal justice."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Prafitri Juniarti
"Tesis ini membahas pengaruh kualitas parent brand, brand extension fit, sikap akan iklan brand extension (Aad), dan konsep merek dalam mengevaluasi brand extension (Aext) dan parent brand setelah brand extension (Apb). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan analisis dengan ANOVA, Uji t, dan structural equation model (SEM) dengan pendekatan multigrup. Iklan emosional dan konsep merek simbolik memiliki hasil evaluasi konsumen yang lebih baik dalam penelitian ini. Selain itu, Aad merupakan faktor yang paling memengaruhi Aext. Aad dimediasi penuh oleh Aext dalam memengaruhi Apb. Brand extension fit tidak memengaruhi Aext & Apb ketika diukur bersama dengan Aad dan kualitas parent brand.
Analisis moderasi dengan SEM multigrup tidak menunjukkan perbedaan kelompok yang signifikan dalam penelitian ini. Meskipun demikian, brand extension fit terbukti berinteraksi dengan konsep merek dalam memengaruhi Aext. Disarankan untuk melaksanakan penelitian lanjutan untuk moderate fit brand extension, pelibatan konsep merek lainnya, jenis produk high involvement lainnya, merek-merek lain, dan jenis strategi komunikasi pemasaran lainnya, serta kombinasi strategi iklan informasional dan emosional, pemberian iklan yang berulang, dan field experiment.

This study discusses the influence of parent brand quality, brand extension fit, attitude toward brand extension ad (Aad), and brand concept in evaluating brand extension (Aext) and the parent brand after brand extension (Apb). This research is an experimental study with analysis by ANOVA, t test, and structural equation models (SEM) with multigrup approach. Emotional ad and symbolic brand concept has better consumer evaluation in this study. In addition, Aad is the most influencing factor Aext. Aad is fully mediated by Aext in influencing Apb. Brand extension fit does not affect Aext & Apb when measured along with the Aad and parent brand quality.
The moderation analysis using SEM multigrup showed no significant group differences in this study. However, brand extension fit interacts with brand concept in influencing Aext. It is recommended to carry out further research to moderate fit brand extension, other brand concept, other types of high involvement products, other brands, and other types of marketing communication strategies, as well as a combination of informational and emotional advertising strategy, repeated advertising exposures, and field experiment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library