Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan
pemakaian infiltrasi antara lidokain 1% dengan campuran
lidokain 1% dan klonidin untuk mencegah nyeri pasca apendektomi
di instalasi bedah gawat darurat dan instalasi bedah
elektif Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusurao Jakarta.
Penderita yang diteliti berjumlah 40 orang yang dibagi
menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 20 orang.
Kelompok A : mendapatkan infiltrasi 5 cc lidokain 1% (100 mg)
disekeliling luka insisi apendektomi yang panj ang insisi
antara 5 6 cm. Kelompok B : mendapatkan infiltrasi campuran
5 cc lidokain 1% dan klonidin 1 cc ( 150 ugr ) di sekeliling
luka apendektomi yang panjang insisi antara 5 6 cm.
Penelitian dilakukan secara acak tersamar, dan penilaian
statistik mempergunakan uji student t test dan chi square
P< 0,05 adalah perbedaan bermakna secara statistik. Penelit
ian bertujuan untuk membandingkan infiltrasi lidokain 1%
dengan campuran lidokain 1% dan klonidin, menilai keefektifan
klonidin dalam hal memperpanjang efek analgesia lidokain dan.
pengaruh campuran ini terhadap sistem kard iovaskular dan
respirasi.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok yang mendapat
campuran lidokain 1% dan klonidin dapat memperpanj ang efek
analgesia lidokain 1% minimal sampai 8 jam, sedangkan kelompok
lidokain 1% efek analgesianya hanya 4 jam.
Efek campuran lidokain 1% dan klonidin terhadap kardiovaskular
dan respirasi minimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T58798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa curah hujan dan gempa bumi adalah dua mekanisme utama yang memicu tanah longsor (Keefer, 1984; Schuster et al, 1996;. Crosta, 2004). Untuk tanah longsor disebabkan gempa, banyak telah dilakukan penelitian mendalam tentang identifikasi dan deskripsi tanah longsor coseismal, terutama yang disebabkan oleh gempa bumi bencana ( Keefer, 1984; Harpa et al, 1991;. Jibson et al, 1994;. Harpa dan Jibson, 1996; Khazai dan Sitar, 2004). Pada Rabu,September 30, 2009, jam 5:16, sebuah gempa 7,6 Mw melanda pantai barat Sumatera, yang menyebabkan tanah longsor bidang di tiga desa di Kanagarian Tandikat dan menelan korban jiwa 360 orang.
Penelitian ini mengkaji metode perkiraan untuk menentukan pengaruh infiltrasi pada stabilitas lereng dari dua lapisan dan akibat gempa. Ada dua pendekatan: 1.Analisa matematika dengan kondisi jenuh menggunakan model Hijau-Ampt, 2.Analisa numerik dengan kondisi jenuh menggunakan.
Hasilnya adalah perpindahan akibat meningkatnya variasi kohesi, Dalam kondisi hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, hal ini ditunjukkan oleh respon yang lebih besar sebelum hujan dan setelah hujan, dan perpindahan pada bagian lereng lebih besar dari bagian datar. Hal ini berarti variasi kohesi yang disimulasikan infiltrasi air hujan pada tiga kondisi, menyebabkan amplifikasi lokal, hal ini lebih berbahaya karena keberadaan air. Yang paling berisiko tanah longsor jika ada air tanah di lapisan batuan yang memisahkan pasir karena akan berisiko karena bidang tanah longsor mengikuti aliran air tanah.

Previous studies have shown that rainfall and earthquakes are two main mechanisms that trigger landslides (Keefer, 1984; Schuster et al., 1996; Crosta, 2004). For earthquake induced landslides, many studies have been concerned with the identification and description of coseismal landslides, particularly those caused by catastrophic earthquakes (see, for example, Keefer, 1984; Harp et al., 1991; Jibson et al., 1994; Harp and Jibson, 1996; Khazai and Sitar, 2004). On Wednesday September 30, 2009,at 5:16 p.m., an Mw 7.6 earthquake struck the west coast of Sumatra that caused landslides fields in three villages in Kanagarian Tandikat a lost life of about360 victims.
This study examines an approximate method for determining the influence of infiltration on the stability of the two superficial layers of slope. There are two approaches: mathematical 1.Analyse unsaturated conditions with the Green- Ampt model, 2.Numerical analysis of saturated conditions using the program FLAC 3D.
The result is displacement increased as the variation of cohesion In the condition when the rain greater than capacity infiltration showed a greater response conditions before the rain After the rain, and the displacement at the slope section greater than flat section. its means variation of cohesion which is simulated rainwater infiltration at all three conditions, causes amplification of the amplification local, is more dangerous because of the presence of water. Who is most at risk of landslides if there is groundwater in the rock which separates the sand it would be risky because the field of landslides following the flow of groundwater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29925
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seyhan, Ersin
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1990
551.48 SEY d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rachvika Cindy Gayatri
"Infiltrasi sebagai salah satu proses dari siklus hidrologi yang mempunyai manfaat bagi manusia dan lingkungan. Morfologi Sungai Citarum, Kecamatan Bojongsoang dan sekitarnya telah mengalami perubahan dan alih fungsi lahan terutama di bagian danau oxbow. Alih fungsi lahan tersebut dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air sehingga laju infiltrasi menjadi buruk. Tekstur tanah merupakan salah satu aspek dalam menentukan jenis tanah yang berkembang sehingga dapat mempengaruhi kondisi laju infiltrasi di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju infiltrasi, mengetahui tekstur tanah, dan hubungan laju infiltrasi dan tekstur tanah di daerah penelitian. Laju infiltrasi ditentukan dengan pengukuran di lapangan menggunakan double ring infiltrometer dan perhitungan metode Horton, dan distribusi tekstur tanah diperoleh dari analisa ayakan. Laju infiltrasi terbesar memiliki nilai laju infiltrasi konstan 1200 mm/jam, sedangkan terkecil 30 mm/jam sehingga laju infiltrasi yang ditermukan terkategori sangat cepat, cepat, dan sedang. Daerah penelitian mempunyai tekstur tanah dan jenis tanah yang sama berupa pasir bergradasi buruk dan gleisol. Hubungan laju infiltrasi dan tekstur tanah didapatkan melalui uji korelasi regresi, dan hasil kedua aspek divisualisasikan melalui peta peringkat laju infiltrasi terhadap jenis tanah.

Infiltration as a hydrological cycle process that has benefits for humans and the environment. The morphology of the Citarum River, Bojongsoang District and its surroundings has undergone changes and changes in land use, especially in the oxbow lake section. Land conversion can reduce the ability of the soil to absorb water so that the infiltration rate becomes poor. Soil texture is one aspect in determining the type of soil that develops so that it can affect the condition of the infiltration rate in an area. This study aims to determine the rate of infiltration, determine soil texture, and the relationship between infiltration rate and soil texture in the study area. The infiltration rate was determined by field measurements using a double ring infiltrometer and Horton's method calculations, as well as the distribution of soil texture obtained from sieve analysis. The largest infiltration rate has a constant infiltration rate of 1200 mm/hour, while the smallest is 30 mm/hour so that the infiltration rates found are classified as very fast, fast, and moderate. The research area has the same texture and soil type in the form of poorly graded sand and gleisols. The relationship between infiltration rate and soil texture was obtained through a regression correlation test, and the results of these two aspects were visualized through a ranking map of the infiltration rate of soil types."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Anggita
"Konduktivitas hidrolik (K) merupakan parameter penting untuk dikaji dalam mengenali interaksi air permukaan dan bawah permukaan. Pengamatan lapangan berupa geolistrik dan infiltrometer dipilih sebagai alternatif untuk mengestimasi nilai (K) tersebut, dengan konfigurasi Schlumberger untuk pengamatan geolistrik dan infiltrometer cincin ganda untuk pengamatan infiltrometer pada area terbuka hijau. Nilai resistivitas dari pengamatan geolistrik dikuantifikasikan menjadi nilai  berdasarkan hukum Archie, serta nilai laju infiltrasi menggunakan model horton dikuantifikasikan berdasarkan hukum Darcy dari pengematan infiltrometer. Uji permeabilitas di laboratorium muncul sebagai parameter kontrol dalam mengestimasi hasil kedua pengamatan yang dilakukan. Estimasi nilai konduktivitas hidrolik yang diperoleh dengan pengamatan infiltrometer cukup signifikan dibandingkan dengan pengamatan geolistrik dan uji permeabilitas. Hasil pengamatan geolistrik berada pada rentang nilai 1,965 x 10-8 m/s hingga 3,896 x 10-9< m/s dan pengamatan infiltrometer berada dalam rentang 2,715 x 10-7 m/s hingga 6,132 x 10-7 m/s. Pada penelitian ini kondisi tanah pada pengamatan geolistrik dilakukan dalam keadaan tidak jenuh, sedangkan pada pengamatan infiltrometer dan uji permeabilitas laboratorium adalah dalam keadaan jenuh. Kondisi tanah tersebut dijadikan sebagai salah satu alasan untuk interpretasi hasil penelitian dalam studi ini, bahwa konduktivitas hidrolik pada kondisi tanah tak jenuh menurun dibandingkan tanah jenuh, hasil estimasi yang telah dilakukan memperoleh kisaran nilai konduktivitas hidrolik untuk satu jenis tanah yang sama.

Hydraulic conductivity (K) as a parameter in surface and subsurface water interaction is an important study to research. Field observations using geoelectrics and infiltrometers were chosen as methods to estimate (K), with the Schlumberger configuration for geoelectric observation and a double-ring infiltrometer for infiltrometer observation in green open spaces. Resistivity values from geoelectric surveys were converted into K values based on Archie's law, while infiltration rates were quantified using the Horton model according to Darcy's law from the infiltrometer measurements. Laboratory permeability tests served as control parameters to estimate the results of these observations. The estimated hydraulic conductivity values ‹obtained from infiltrometer observations are quite significant compared to geoelectric observations and permeability tests. The estimated results of hydraulic conductivity from geoelectric observations are in the range of 1.965 x 10-8 m/s to 3.896 x 10-9 m/s and from infiltrometer observations are in the range of 2.715 x 10-7 m/s to 6.132 x 10-7 m/s. In this study, the soil conditions in geoelectric observations were carried out in an unsaturated state, while in infiltrometer observations and laboratory permeability tests were in a saturated state. This soil condition is used as one of the reasons for interpreting the research results in this study, that the hydraulic conductivity in unsaturated soil conditions decreases compared to saturated soil. The estimation results that have been carried out obtain a range of hydraulic conductivity values ​​for the same type of soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darren Matthew
"Fenomena banjir hampir setiap tahun terjadi di Indonesia. Banjir menyebabkan masalah ekonomi, masalah sosial, masalah kesehatan, hingga sudah memakan korban jiwa. Salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir adalah sebagian besar permukaan jalan dilapisi material yang bersifat kedap air sehingga air hujan tidak dapat terinfiltrasi ke dalam tanah dan menyebabkan limpasan air hujan, yang kemudian terakumulasi dan terjadi banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari porous concrete paving block sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya banjir. Digunakkan batu screening dengan ukuran 4-9.5 mm sebagai komponen utama pembuatan porous concrete paving block. Dibuat paving block dengan variasi tinggi 6 cm, 8 cm, dan 10 cm. Rangkaian pengujian dilakukan untuk melihat karakteristik dari porous concrete paving block. Pengujian yang dilakukan berupa uji kuat tekan, porositas, dan laju infiltrasi. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, porous concrete paving block memiliki porositas berkisar antara 19 – 23% dan laju infiltrasi berkisar antara 0.17 – 0.42 cm/detik, namun porous concrete paving block mengalami penurunan kuat tekan sebesar 58-60% jika dibandingkan dengan paving block konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa porous concrete paving block hanya dapat digunakkan sebagai area pejalan kaki dan taman.

Floods occur almost every year in Indonesia. Floods cause economic, social, and health problems, and have even claimed lives. One of the main factors that cause flooding is that most of the road surfaces are coated with impervious pavement materials so that rainwater could not infiltrate into the soil and cause rainwater runoff, which accumulates and cause flooding. This research aims to study porous concrete paving block as an effort to prevent flooding. Screening stone with a size of 4-9.5 mm were used as the main component in manufacturing porous concrete paving block. Paving blocks were made with height variation of 6 cm, 8 cm, and 10 cm. A series of test were conducted to see the characteristics of porous concrete paving block. Compressive strength, porosity, and infiltration rate test are forms of testing that are carried out. The results show that porous concrete paving blocks have porosity between 19-23% and infiltration rate ranging from 0.17-0.42 cm/s. However, the compressive strength decreased by 58-60% when compared to conventional paving blocks. This indicates that porous concrete paving blocks can only be used as pedestrian and garden areas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Kresna
"Latar belakang: CT scan merupakan modalitas yang dapat digunakan untuk menilai otot multifidus pada pasien-pasien NPB terutama pasien yang kontraindikasi terhadap MRI. Ketersediaan CT scan lebih merata, waktu pemeriksaan singkat, memiliki akurasi yang tinggi dan dapat menilai rasio infiltrasi lemak secara kuantitatif terutama dalam evaluasi lemak otot mulfidus pasien NPB pasca terapi sehingga hasil terapi terukur. Belum ada penelitian yang menilai kesesuaian rasio tersebut dengan MRI skala Goutallier. Metode: Penelitian dilaksanakan dengan sampel dari data pasien yang melakukan pemeriksaan MRI lumbal atau whole abdomen dan CT scan whole abdomen/abdomen atas/urografi di Departemen Radiologi RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan interval antara pemeriksaan <12 minggu. Pada awalnya dilakukan penentuan derajat infiltrasi lemak sesuai skala modifikasi Goutallier setinggi level endplate superior L4 kanan kiri pada T2WI aksial, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan infiltrasi lemak pada otot multifidus pada CT scan dengan ketebalan 0,1 cm dan dilanjutkan dengan perhitungan rasio infiltrasi lemak otot multifidus. Sampel yang didapatkan dianalisis menggunakan uji statistik Shapiro Wilk yang dilanjutkan dengan uji statistik ANOVA pada sebaran data yang normal dan Kruskal Wallis pada sebaran data yang tidak normal. Hasil: Rasio infiltrasi lemak otot multifidus pada kelompok skala modifikasi Goutallier ringan lebih rendah daripada kelompok klasifikasi modifikasi sedang, dan kelompok skala modifikasi sedang lebih rendah daripada kelompok skala modifikasi Goutallier berat.

Background: CT scan is a modality that can be used to assess multifidus muscle in NPB patients, especially patients who are contraindicated with MRI. The availability of CT scans is more evenly distributed, the examination time is short, has high accuracy and can assess the ratio of fat infiltration quantitatively especially in the evaluation of mulfidus muscle fat in low LBP patients post-therapy so that the therapeutic outcome is measurable. There are no studies that assess the suitability of the ratio with the Goutallier scale MRI. Methods: This study was conducted using samples from data from patients who performed a lumbar or whole abdominal MRI examination and CT scan of the entire abdomen / upper abdomen / urography in the Radiology Department of Cipto Mangunkusumo General Hospital with intervals between examinations <12 weeks. Initially, the degree of fat infiltration is determined according to the Goutallier modification scale at the level of the left and right superior L4 endplate on axial T2WI, then proceed with the calculation of fat infiltration in multifidus muscle on CT with a thickness of 0.1 cm and followed by calculating the multifidus muscle fat infiltration ratio. Samples obtained were analyzed using the Shapiro Wilk statistical test followed by ANOVA statistical tests on normal data distribution and Kruskal Wallis on abnormal data distribution. Results: The fat infiltration ratio of multifidus muscle in the mild Goutallier modification scale group was lower than the moderate modification scale group, and the moderate modification scale group was lower than the severe Goutallier modification scale group. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bismi Annisa
"Semakin menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah akibat pembangunan yang pesat saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Pengalihan fungsi lahan juga telah mengakibatkan daya resap tanah semakin berkurang. Dengan demikian dibutuhkan suatu perencanaan yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah dan tidak mengalir sebagai aliran permukaan. Melalui penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium mengenai infiltrasi pada suatu lubang resapan yang dihitung dengan metode Horton. Lubang resapan dibuat bervariasi dalam diameter dengan konsep yang sama seperti lubang resapan biopori (LRB) namun tidak menggunakan sampah organik dimana kedalaman serta jarak antar lubang adalah sama. Double-ring infiltrometer digunakan sebagai alat bantu pengukuran infiltrasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perbedaan yang signifikan antara pengaruh ukuran diameter dengan laju infiltrasi sehingga tujuan untuk meningkatkan infiltrasi ke dalam tanah terbukti efektif bila dibandingkan dengan suatu lahan yang tidak terdapat lubang resapan.

Decreasingly the quality and quantity of ground water due to rapid development recently has been in very poor condition. The changes of land use has also resulted in decreased soil absorption. Thus a plan in principle needed to control the rain water soak into the ground and not flow as surface run-off. Through this research has been conducted laboratory tests on absorption holes which be calculated with Horton method . Absorption holes varying in diameter made with the same concept as the absorption bioporous hole (LRB) but no organic waste usage, in which same depth and distance between holes. Double-ring infiltrometer is used as a tool for measuring infiltration. The result showed a sifnificant difference between the effect of diameter sizes with the infiltration rate of the goal to increase infiltration into the soil proved to be effective when compared to a land that is without absorption hole."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah
"ABSTRAK
Air tanah sebagai sumber daya alami yang dapat diperbarui juga perlu dilindungi dari pencemaran. Salah satunya jenis pencemarnya adalah penimbunan sampah yang terlalu dekat dengan sumber air tanah. Sampah yang dibuang ke TPS secara tidak beraturann akan menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari air tanah yang dikonsumsi oleh warga di sekitar TPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Amonia (NH3), Fosfat (PO4), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), zat organik (KMnO4), dan pH air tanah yang berasal dari air lindi, pada berbagai jarak dari TPS Batu Ampar, serta mengidentifikasi pengaruh kontaminasi sampah terhadap air tanah tersebut. Dari penelitian, didapatkan hasil bahwa sebagian besar konsentrasi pencemar pada jarak 5 m, 15 m, 30 m, 50 m, 75 m, dan 100 m dari TPS masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh PP RI No.82 Tahun 2001 dan PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, namun konsentrasi amonia pada titik 0 m dan nilai pH pada titik 15 m, 50 m, 75 m, dan 100 m dari TPS tidak memenuhi baku mutu. Serta pengaruh jarak sumber air tanah dari TPS terhadap kulitas air tanah tidak erat karena ada berbagai faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi kualitas air tanahnya.

ABSTRACT
Groundwater as a renewable natural resource needs to be protected from contamination. One of the pollutants is the landfill that is too close to the groundwater sources. Garbage that discharged into the landfill (TPS) that not sanitary will produce wastewater that could contaminate groundwater consumed by residents in the surrounding TPS. This study aims to determine the concentration of ammonia (NH3), Phosphate (PO4), nitrate (NO3), nitrite (NO2), organic substances (KMnO4), and pH in groundwater from at various distances from TPS Batu Ampar, and also identifying the effects of waste on groundwater. From the research results obtained, most of the concentration of pollutant at a distance of 5 m, 15 m, 30 m, 50 m, 75 m, 100 m from the TPS are still meet the standards defined quality in RI PP No.82 of 2001 and the Health Minister of Republic of. 492/MENKES/PER/IV/2010/. But concentration of ammonia a point 0 m and pH value at point 15 m, 50 m, 75 m, and 100 m from TPS does not meet quality standards. And the influence of groundwater sources range from TPS for groundwater quality is not strong as there are various other factors also affect the quality of groundwater."
2012
S42106
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Adi Putra
"Inflamasi lambung (gastritis) merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Inflamasi tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi atau noninfeksi. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi ulkus, perforasi, dan perdarahan lambung. Terapi farmakologi untuk gastritis belum cukup efektif karena terdapat risiko efek samping dan interaksi obat. Hal tersebut mendorong berbagai penelitian untuk menelusuri potensi zat lain sebagai antiinflamasi. Ekstrak kulit delima diketahui mengandung asam elagat dan elagitanin yang telah terbukti mampu menghambat inflamasi di sejumlah organ. Belum terdapat studi mengenai efek ekstrak kulit delima terhadap inflamasi di lambung, khususnya delima yang tumbuh di Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 25 mencit yang terbagi menjadi lima kelompok. Mencit pada kelompok Kontrol Negatif, Dosis-1 (diberikan ekstrak 240 mg/KgBB), Dosis-2 (diberikan ekstrak 480 mg/KgBB), dan Kontrol Positif (diberikan asam elagat 26 mg/KgBB) diinduksi dengan DSS 2% sebanyak tiga siklus. Gambaran histopatologi (pewarnaan hematoxylin-eosin) mukosa lambung diamati pada sepuluh lapang pandang tiap preparat.
Uji statistik menyatakan terdapat pengaruh signifikan ekstrak kulit delima terhadap infiltrasi sel radang (p= 0,001) dengan dosis 480 mg/KgBB, hiperplasia (p= 0,002) dengan dosis 240 mg/KgBB dan 480 mg/KgBB, serta displasia (p= 0,002) dengan dosis 480 mg/KgBB. Namun, tidak terdapat pengaruh signifikan ekstrak kulit delima terhadap angiogenesis (p= 0,114). Efek ekstrak kulit delima terjadi karena kandungan asam elagat dan elagitanin yang menghambat jalur inflamasi NF-κB sehingga terjadi penurunan ekspresi sitokin dan mediator inflamasi.
Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal, toksisitas, dan uji klinis dibutuhkan untuk memastikan efikasi serta keamanan suplementasi ekstrak kulit delima.

Gastric inflammation (gastritis) is one of the most prevalent disease in Indonesia. The etiologies are infection and noninfection factors. If not treated adequately, there can be complications, such as gastric ulcer, perforation, and bleeding. However, pharmacological treatments for gastritis have some risks of side effects and drug interactions. Many studies are conducted to discover potential of another substances as anti-inflammatory agents which have less side effects and drug interactions. Pomegranate peel extract contains ellagic acid and ellagitannin which have been proven to inhibit inflammation in some organs. Nevertheless, there has been no study proving its efficacy in inhibiting gastric inflammation.
This research used 25 mice which are divided into five groups. Mice in four groups consists of Negative Control, Dosage-1 (given the extract at a dose 240 mg/KgBW), Dosage-2 (given the extract at a dose of 480 mg/KgBW), and Positive Control (given ellagic acid at a dose of 26 mg/KgBW) were induced by DSS 2% in three cycles. Histopathological preparations were observed in ten microscopic fields (each slides) to examine the dependent variables.
There are significant differences in the amount of leukocyte infiltration (p= 0,001) at a dose of 240 mg/KgBW, hyperplasia (p= 0,002) at doses of 240 mg/KgBW and 480 mg/KgBW, and dysplasia (p = 0,002) at a dose of 240 mg/KgBW. However, there is no significant effect of pomegranate peel extract to the amount of angiogenesis (p= 0,114). It has anti-inflammatory effect because of the ellagic acid and ellagitannin contents inhibit the NF-κB inflammatory pathway which down regulate the inflammatory cytokines and mediators expressions.
Further researches to discover the optimal dose, toxicity, and clinical trials are necessary to ensure the efficacy and safety of pomegranate peel extract supplementation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>