Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nana Suhana
"Pada penelitian ini telah dilakukan kultur darah yang berasal dari pria pasangan infertil dan pria fertil untuk mengetahui bagaimana hubungan spermiofag yang terbentuk in vitro (jika ke dalam medium kultur ditambahkan spermatozoa manusia ), dengan reaksi imun terhadap spermatozoa. Pria pasangan infertil dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: azoospermia, oligozoospermia dan normozoospermia. Pada pria pasangan infertil, maupun pada pria fertil, telah dilakaukan reaksi imunitas selular dengan menggunakan tea hambatan migarasi (THM), dan reaksi humoral dengan menggunakan tes aglutinasi Kibrick.
Dalam Seri penelitian lain, 3 ekor kera (Ilacaca fascicuiaris) jantan dewasa telah disuntik spermatozoa manusia yang telah dicuci. Tea aglutinasi Kibrick untuk mengetahui titer antibodi antisperma demikian juga tea spermiofag untuk mengetahui adanya reaksi imunitas selular, telah pula dilakukan pada kera.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terbentuknya spermiofag in vitro berkorelasi dengan reaksi imunitas selular, jika ada apakah terbentuknya spermiofag in vitro dapat dijadikan tes imunitas selular terhadap spermatozoa.
Penyuntikan kera dengan spermatozoa dimaksudkan untuk mengetahui apakah terinduksinya imun tubuh terhadap spermatozoa manusia dapat menyebabkan terjadinya orkitis pada kera?
Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa:
1. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah pria pasangan infertil maupun fertil dikultur bersama spermatozoa homolog.
2. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara pria pasangan infertil dengan pria fertil.
3. Ada perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara berbagai kelompok pria pasangan infertil, kecuali antara kelompok oligozoospermia dengan normozoospermia.
4. Ada korelasi antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan tes hambatan migrasi (status imunitas selular) pada kelompok pria pasangan infertil oligozoospermia dan normozoospermia, sedangkan pada kelompok pria pasangan infertil azoospermia tidak ada.
5. Tidak ada hubungan antara frekuensi timbulnya spermiofag in vitro dengan status imunitas humoral pada semua kelompok pria pasangan infertil.
6. Antibodi antisperma dapat timbul pada kera yang disuntik spermatozoa manusia beberapa hari setelah penyuntikan pertama, dan akan menurun setelah beberapa bulan penyuntikan dihentikan.
7. Spermiofag dapat timbul in vitro jika darah kera percobaan, maupun darah kera kontrol, dikultur bersama spermatozoa manusia.
Perbedaan frekuensi timbulnya spermiofag in vitro antara kera percobaan dengan kera kontrol, hanya terjadi pada bulan kelima setelah penyuntikan. Degenerasi epitel tubulus seminiferus dapat timbul pada kera yang disuntik dengan spermatozoa manusia.
Karena terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah relatif spermiofag dengan tes habatan migrasi yang menggambarkan reaksi imunitas selular, maka tes spermiofag in vitro dapat dijadikan petunjuk adanya reaksi imunitas selular, sehingga tes tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara tes imunitas selular.
Pada pria infertil azoospermia frekuensi reaksi imunitas humoral pada titer tinggi lebih sering daripada kelompok pria fertil, maupun pria pasangan infertil yang lain. Sebaliknya reaksi imunitas selularnya paling lemah, jika dibandingkan dengan kelompok yang lain. Pada penelitian ini semua kera percobaan mengalami degenerasi sel germinal, di samping itu juga semua kera percobaan memperlihatkan reaksi imunitas humoral yang cukup lama (kira-kira b bulan), sedangkan reaksi imunitas selularnya lemah dan berlangsung singkat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diduga bahwa peranan reaksi imunitas humoral pada kera yang disuntik spermatozoa manusia lebih pelting daripada imunitas selular, dalam proses degenerasinya sel germinal, tubulus seminiferus. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
D337
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"ABSTRAK
Pengukuran kadar komplemen C3c dalam seminal plasma pria pasangan infertil dilakukan dengan Nephelometer Iaser . Pengukuran dilakukan untuk nengetahui kadar kompIenen C3c dan apakah terdapat perbedaan kadar komplenen C3c yang nyata antara ketiga kelonpok sampel. Juga diteliti peranan antibodi antisperma IgG yang menempel pada permukaan spermatozoa dan komplemen C3c dalan pengrusakan membran dan imobilisasi spermalozoa. Adanya IgG pada permukaan spermatozoa diperiksa dengan uii - IgG Mixed Antiglobulin Reaction. Keadaan membran spermatozoa diperiksa dengan uji Hypoosmotic Swelling, SampeI-sampel digolongkan kedalarn tiga kelompok, yaitu: kelompok 1 (hasiI uji-IgG MAR = 0%' spermaLozoa yang membrannya rusak < 40%), kelompok 2 (hasil uji-IgG MAR > 0%, spermatozoa yang membrannya rusak < 4O%), dan kelompok 3 (hasil uii - IgG MAR > O%, spermatozoa yang membrannya rusak >,, 40%) . Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kadar rata - rata komplemen C3c di dalam seminal plasma Pria Pasangan infertil adalah sebesar 0 ' 6185 mg/100 ml . Tidak terdapat perbedaan kadar komplemen C3c yang nyata antara ketiga kelompok sampel. Antibodi antisperma IgG dan komplemen C3c berperanan dalam pengrusakan membran spermatozoa tetapi tidak berperanan dalam imobilisasi spermatozoa.
ABSTRACT
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Appropriate laboratory testing is an integral component of the proper evaluation of the male with infertility. Semen Analysis was the window to know the quality of a man's semen. In the infertile couples , first it shoud be cheked the semen of man's caunterpart, because its procedure is relatively easy and cheap. If the result of semen analysis is normal, than the wife caunterpart was conducted by obstetric . The objective of this study was to evaluate the males sperm among inferlite couples, we have don sperm analyses of inferlite-andrology laboratory of the center of health system and Policy Research and Development in Surabaya. "
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Syakbani
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kepuasan perkawinan pada istri yang mengalami infertilitas. Gambaran kepuasan perkawinan diperoleh dari deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan, di antaranya komunikasi, ciri kepribadian pasangan, kemampuan menyelesaikan masalah, kebersamaan, keintiman, kehidupan seksual, keyakinan beragama, ungkapan cinta, hubungan dengan mertua, kesepakatan, komitmen dan anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan tiga orang subyek penelitian yang berstatus sebagai istri yang belum memiliki anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subyek tetap dapat merasakan kepuasan di dalam perkawinannya. Faktor-faktor yang berperan besar dalam kepuasan perkawinan ketiga subyek antara lain komunikasi, ciri kepribadian suami, kebersamaan, hubungan dengan mertua, dan kehidupan seksual. Ketiga subyek memandang kehadiran anak sebagai sesuatu yang penting tetapi bukanlah sumber kebahagiaan mereka.

This study tries to examine marital satisfaction of the infertile wives. Marital satisfaction comes from the description of factors influence marital satisfaction, they are communication, couples personality characteristic, problem solving ability, companionship, intimacy, sexual activity, religious orientation, love, relationship with in-law, consensus, commitment and children. This study use qualitative method and choose three wives as subjects who didn?t have children yet.
These study show that all participants felt satisfaction with their marriage. Factors which have significant effect with their marital satisfaction are communication, couples personality characteristic, companionship, relationship with in-law and sexual activity. They perceived the presence of children as an important thing but it is not their source of happiness."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
306.81 SYA g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Priyantini
"ABSTRAK
Penelitian dermatoglifi ujung jari tangan telah dilakukan terhadap pria irifertil penderita azoospermia dan pria fertil, dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan dermatoglifi ujung jari tangan di antara kedua kelompok tersebut. Metoda yang digunakan untuk mencetak ujung jari tangan adalah metode Cummins & Midlo dengan menggunakan tinta finger print. Sampel terdiri dari 32 pria infertil penderita azoospermia dan 32 pria fertil. Hasil analisis dermatoglifi ujung ,iari tangan pria infertil penderita azoospermia menunjukkan frekuensi tipe pola whorl 46,25%; loop ulna 49.69%; loop radial 2,81%; arch 1,25; dengan Indeks Dankmeijer 2,70 dan Indeks Furuhata 88,10. Sedangkan pada pria fertil frekuensi tipe pola whorl 49,06%; loop ulna .1 49,38%; loop radial 1,25%; arch 0,31%; dengan Indeks Dankmeijer 0,63 dan Indeks Furuhata 96,90.
Hasil uji chi-kuadrat terhadap frekuensi tipe pola pada ujung jari kedua tangan pria infertil penderita azoospermia dan pria fertil menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05; X2 =3,98). Rata-rata jumlah semua triradius pada pria infertil penderita azoospermia 14,56; sedangkan pada pria fertil 14,91. Hasil uji Mann-Whitney terhadap .jumlah semua triradius pada ujung jar tangan pria infertil penderita azoospenrnia dan pria fertil .juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Z-0,49; a0,05). Rata-rata jumlah semua sulur pada pria infertil penderita azoospermia 151.31, sedangkan pada pria fertil 158,13. Hasil uji Mann-Whitney terhadap jumlah semua sulur pada pria infertil penderita azoospermia dan pria fertil juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Z-0,396; a=0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah dermatoglifi ujung jari tangan pria infertil penderita azoospermia tidak berbeda dengan dermatoglifi ujung jari tangan pria fertil."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiji Wahyuningsih
"ABSTRAK
Endometriosis menjadi salah satu penyebab infertilitas terbanyak pada perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya endometriosis pada perempuan infertil. Studi kasus kontrol dilakukan pada 960 perempuan infertil di klinik Morula IVF Jakarta antara Januari 2015 sampai Desember 2016. Dari jumlah tersebut, diantaranya 320 perempuan infertil dengan endometriosis (kasus) dan 640 perempun infertil tanpa endometriosis (kontrol). Uji chi square digunakan untuk membandingkan kedua kelompok. Regresi logistik digunakan untuk membangun model prediksi endometriosis. Model regresi logistik menunjukkan bahwa dismenore dan indeks massa tubuh berhubungan secara signifikan dengan endometriosis. Faktor yang paling berhubungan dengan endometriosis adalah dismenore. Perempuan yang mengalami dismenore akan berpeluang 2,4 kali untuk mengalami endometriosis dibandingkan perempuan tanpa mengalami dismenore.
Endometriosis is one of the most causes of female infertil.

ABSTRACT
This study aims to assess the association between some of risk factors of endometriosis on infertile women. The case-control study was implemented on 960 infertile women at In Vitro Fertilization (IVF) Morula IVF Jakarta between January 2015 and December 2016. Of these, there were 320 infertile women with endometriosis (cases) and 640 infertile women without endometriosis (comparison group). Chi square test was used to compare the two groups. Logistic regression was used to build prediction model for an endometriosis diagnosis. In the logistic regression model contraception and body mass index were significantly associated with endometriosis. The most factors associated with endometriosis is dysmenorrhea. The women with dysmenorrhea will be 2.4 times higher risk in endometriosis than the women without dysmenorrhea."
Lengkap +
2016
S69868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Aziiza
"Trigliserida memainkan peran utama sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Mereka sangat kaya akan energi. Trigliserida terdiri dari asam lemak dan gliserol. Gliserol mudah dikonversi menjadi glukosa untuk menyediakan energi. Spermatozoa mengandung mitokondria yang berbeda dari organel lain dari sel somatik. Mereka memiliki morfologi yang berbeda dan membutuhkan lebih banyak ATP daripada sel-sel lain. Spermatozoa dapat menggunakan substrat yang berbeda untuk mengaktifkan jalur metabolisme tergantung pada substrat yang tersedia. fleksibilitas ini sangat penting untuk proses pembuahan. Untuk mencapai pembuahan sukses, spermatozoa akan menghabiskan waktu yang lama selama transit di epididimal. Perubahan yang paling penting yang spermatozoa perlu capai adalah pengembangan motilitas progresif ke depan. Hal ini tergantung yang utama pada energi dan itu menjadi sangat penting, dan hanya ketika spermatozoa saat ejakulasi atau ketika mereka berada dalam media yang memberikan mereka lingkungan dan kesempatan untuk bergerak dan menjadi motil. Gerakan spermatozoa diciptakan oleh gerakan pemukulan dari flagella menggunakan energi dalam bentuk intraceluller ATP. Energi ini yang memberikan gerakan flagellar mengarah ke motilitas dan jika ada perubahan dalam gerakan karakteristik atau kehabisan bahan bakar, maka spermatozoa akan kehilangan energi untuk bergerak maju dan tidak bisa membuahi Telur.

Triglyceride play an important role as a source of energy in our body. They are made out of fatty acid and glycerol. Glycerol can be easily converted into glucose to provide energy. Sprematozoa contain mitochondria that is different from other organelle from somatic cell. They have a different morphology that needs a lot more ATP compared to other cells. Spermatozoa can also use other substrate to activate another methabolic pathway depends on which substrate are available. This flexibility is very important for fertilization process. To achieve a successful fertilization, spermatozoa will spend a long time in epididimal for transit. The most important development for the spermatozoa to achieve is progressive motility to the front and it depends a lot on energy. When spermatozoa is ejaculated or in a media or environment that allows them to move and become motile. The movement created by the spermatozoa is created by the beating from the flagella that uses energy I a form of intracellular ATP. This energy allows the spermatozoa to create movement from the flagella and become motile, but if there are different movement characteristic or run out of energy, the spermatozoa will loose its energy to move forward and are unable to fertilize the egg.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniza
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
610 JKI 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Guna memperoleh profil reseptor estrogen dan progesteron sitosol baik di dalam jaringan endometriosis maupun endometrium pada pasien dengan atau tanpa endometriosis dilakukan suatu kajian iris-silang yang melibatkan 43 wanita infertil. Ini terdiri dari 31 (72,09%) kasus endometriosis dan 12 (27,91%) kasus nir-endometriosis; umur rerata masing-masing 32 ± 4 tahun dan 32 ± 3 tahun, dengan rerata panjang siklus haid masing-masing 31 ± 8 hari dan 29 ± 1 hari. Jaringan endometriosis diperoleh dengan eksisi selama tindakan laparoskopi operatif, sementara endometrium diperoleh dengan biopsi menyusul tindakan histeroskopi. Tindakan ini dilaksanakan dalam kurun periovulasi (Hari 13-18 siklus haid). Kandungan reseptor steroid seks dalam sitosol diukur secara kuantitatif menggunakan cara tera imunoenzimatik, dan dihitung sebagai reseptor steroid seks/protein sitosol (fmol/ml sitosol). Ditemukan bahwa konsentrasi rerata reseptor estrogen sitosol dalam jaringan terkait adalah: 512.99 fmol/ml di ovarium endometriotik dibandingkan dengan 2369.17 fmol/ml di ovarium normal, dan 601.02 fmol/ml di peritoneum endometriotik dibandingkan dengan 9607.61 fmol/ml di peritoneum normal, serta masing-masing 99.28 fmol/ml dan 608.33 fmol/ml di endometrium wanita dengan dan tanpa endometriosis. Konsentrasi rerata reseptor progesteron sitosol yang ditemukan di masing-masing jaringan adalah 50.64 fmol/ml di ovarium endometriotik dibandingkan 6496.42 fmol/ml di ovarium normal dan 1631.40 fmol/ml di peritoneum endometriotik dibandingkan 12466.99 fmol/ml di peritoneum normal, serta masing-masing 21.26 fmol/ml dan 599.61 fmol/ml di endometrium wanita dengan dan tanpa endometriosis. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada konsentrasi reseptor antara masing-masing jaringan menurut asal to-pografiknya. Namun demikian, hasil ini dapat memperkirakan bahwa daya-tanggap terhadap penanganan hormonal pada kasus-kasus endometriosis akan bergantung pada kandungan reseptor steroid seks sitosol pada jaringan yang sakit, dan lesi-lesi peritoneal mungkin akan memberikan tanggapan yang lebih baik daripada yang di sisi lain. Diperlukan uji klinis lebih lanjut. (Med J Indones 2005; 14: 133-41)

In order to have a profile of cytosolic estrogen and progesterone receptors in either endometriotic tissue or endometrium in patients with and without endometriosis a cross-sectional study was performed involving 43 infertile women. They consisted of 31 (72.09%) en-dometriosis and 12 (27.91%) non-endometriosis cases; their average age was 32 ± 4 years and 32 ± 3 years respectively, with the ave-rage length of menstrual cycle 31 ± 8 days and 29 ± 1 days respectively. The endometriotic tissue was obtained by excision during ope-rative laparoscopy procedure, while the endometrium was obtained by biopsy following hysteroscopy procedure. These procedures were conducted within the periovulatory period (on Day 13-18 of the cycle). The sex steroid receptor content in the cytosol was measured quantitatively using enzyme-immunoassay method, and calculated as sex steroid receptor/cytosol protein (fmol/ml cytosol). It was found that the average cytosolic estrogen receptor concentration in the respective tissues were 512.99 fmol/ml in the endometriotic ovary compared with 2369.17 in normal ovary and 632.18 fmol/ml in the endometriotic peritoneum compared with 9607.61 fmol/ml in normal peritoneum; while 99.28 fmol/ml and 608.33 fmol/ml in the endometrium of women with endometriosis and those without endometriosis respectively. The average cytosolic progesterone receptor concentration found in the respective tissues were 50.64 fmol/ml in the endometriotic ovary compared with 6469.42 fmol/ml in normal ovary and 1631.40 fmol/ml in endometriotic peritoneum compared with 12466.99 in normal peritoneum, while 21.26 fmol/ml and 599.61fmol/ml in the endometrium of women with endometriosis and those without endometriosis respectively. There is no significant difference in the receptor concentration between each tissue according to its topographic origin. However, this result may assume that the responsivity on hormonal treatment in endometriosis cases will depend on the cytosolic sex steroid receptor content in the sick tissues, and the peritoneal lesions will possibly give better response than those in other sites. A further clinical trial is necessary. (Med J Indones 2005; 14: 133-41)"
Lengkap +
Medical Journal of Indonesia, 14 (3) Juli September 2005: 133-141, 2005
MJIN-14-3-JulSep2005-133
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>