Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akrima Fajrin Nurimani
Abstrak :
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur pengembang tata ruang kota yang diyakini mampu berfungsi memperbaiki kualitas lingkungan, khususnya kualitas udara. Keberadaan RTH memiliki pengaruh untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan dalam suatu wilayah apabila masyarakat memanfaatkannya dengan baik. Keberadaan dan pemanfaatan RTH dalam suatu wilayah diharapkan dapat menjadi upaya pencegahan kesehatan masyarakat terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh multifaktor sehingga dibutuhkan penanganan dan pencegahan yang tepat dengan pendekatan multidisiplin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Ruang Terbuka Hijau Publik dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Penduduk Kecamatan Jagakarsa Tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional pada 230 responden yang merupakan penduduk Kecamatan Jagakarsa yang bermukim lebih dari satu tahun, bersedia mengikuti wawancara, dan berusia 2 - 65 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak rumah ke RTH berhubungan dengan kejadian ISPA dengan nilai OR=1,949. Selain itu tingkat pengetahuan penduduk mengenai fungsi dan manfaat RTH, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, dan jenis kegiatan yang dilakukan selama berada di RTH memiliki hubungan dengan kejadian ISPA masing-masing dengan nilai OR=4,674 , OR=4,664 , dan OR=3,503. Semakin terawat kondisi RTH akan menambah motivasi masyarakat untuk memanfaatkan RTH sebagai bentuk upaya pencegahan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ......Green Open Spaces is an element of urban spatial development that are believed to be able to improve the quality of environment, especially air quality. The existence of green open space can influence the improving of public health quality and environmental health in some area when the peoples use it well. The utility of green open space in some area can be an action for public health prevention against respiratory diseases. Acute Respiratory Infection caused by multifactor, it takes the handling of appropriate and precautionary with a multidisiplin approaching. This study aims to determine the relationship of green open space with acute respiratory infection in the population of Jagakarsa Jakarta Selatan 2016. Design of this study is cross sectional with total samples 230 respondents who lived and stayed there for more than a year, accept to follow this study, and had an age from 2 - 65 years old. These results the variable of the distance of the house and open green spaces has an association with acute respiratory infection with an OR=1,949. In addition the knowledge about the benefits of the open green spaces, frequencies and duration of visits, and also the activities carried while in open green space has an association with acute respiratory infection with an OR=4,674, OR=4,664, and OR=3,503 each. Well, preserved condition of the open green spaces will increase the community motivation to visit and utilize the green open spaces as an Acute Repiratory Infection prevention efforts.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Nathanael
Abstrak :
Pendahuluan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit menular yang terjadi di hidung, faring, laring dan sinus. Gejala ISPA umum terjadi pada masyarakat Indonesia dan seringkali diobati sendiri. Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan praktik pengobatan mandiri terhadap ISPA masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, mengevaluasi praktik pengobatan mandiri ISPA dan mencari hubungan kedua faktor tersebut. Peneliti juga ingin mengetahui ketepatan pemilihan obat dengan gejala ISPA yang dialami. Metode Desain penelitian ini adalah cross-sectional, dan menggunakan kuesioner online yang disebar melalui Google Form. Uji Cronbach dan Pearson menunjukkan bahwa kuesioner tersebut masing-masing mempunyai reliabilitas dan validitas yang dapat diterima (a=0.773). Analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk menganalisis informasi demografi, tingkat pengetahuan dan praktik pengobatan mandiri. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kesesuaian penggunaan obat dan gejala yang dialami. Hasil Tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang dimiliki masing-masing oleh 44,1%, 51% dan 4,9% subjek. Praktik pengobatan mandiri yang dilakukan subjek secara umum dapat diterima. Sebagian besar subjek sudah tepat memilih obat untuk mengatasi gejala infeksi saluran pernapasan atas (56% untuk rinorea, 95% untuk demam, dan 85% untuk batuk). Namun, tidak ditemukan hubungan antara tingkat pengetahuan dan kesesuaian pemilihan obat untuk gejala demam (p = 0,384), batuk (p = 0,660) dan rinorea (p = 0,837). Kesimpulan Sebagian besar subjek memiliki pengetahuan cukup dan dapat memilih obat dengan tepat sesuai gejala infeksi saluran pernapasan atas. Walaupun demikian dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat untuk gejala infeksi saluran pernapasan atas. ......Introduction Upper respiratory tract infection (URTI) is an infectious disease that affects the upper respiratory tract. URTI symptoms are common within the Indonesian population. Hence, URTI symptoms are frequently self-medicated. Research about the association between knowledge and self-medication practices for URTI is limited. Therefore, this study aims to measure the level of knowledge, evaluate the self-medication practices for URTI and find the association between the two factors. We also want to find the appropriateness of their self-medication practices based on URTI symptoms. Method Design of this study was cross-sectional, using an online questionnaire was distributed through Google Form. Cronbach’s and Pearson test showed that the questionnaire had acceptable reliability (a=0.773) and validity respectively. Data analysis involved descriptive statistics to analyse the demographic information, level of knowledge and self-medication practices. Chi-Square test was done to determine the association between level of knowledge and appropriateness of drug indication. Results Good, adequate, and poor level of knowledge were possessed by 44.1%, 51% and 4.9% of respondents respectively. The self-medication practices of the participants were generally acceptable. Most of the self-medication practices for symptoms were appropriate (56% for rhinorrhea, 95% for fever and 85% for cough). However, there was no association between the level of knowledge and the appropriateness of self-medication practices for fever (p = 0,384), cough (p = 0,660) and rhinorrhea (p = 0,837). Conclusion Most of the subjects had adequate knowledge and could choose the appropriate medications according to the symptoms of URTI. However, in this study there was no relationship between the level of knowledge and the appropriateness of drug use for symptoms of URTI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravenda Tyara Kinanti
Abstrak :
Latar belakang: Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak usia sekolah (5-12 tahun). Gejala umumnya bersifat ringan dan self-limiting disease, sehingga menimbulkan perilaku swamedikasi oleh orang tua kepada anak. Perilaku swamedikasi harus dilandasi dengan pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan pola swamedikasi gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak usia sekolah (5-12 tahun) di DKI Jakarta. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian merupakan orang tua dengan anak usia 5-12 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas, dan disebarkan secara online dalam bentuk google form. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hubungan dinyatakan bermakna apabila p<0.05. Hasil: Prevalensi swamedikasi gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak di penelitian ini adalah 90%. Mayoritas orang tua (60%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sudah tepat dalam pemilihan obat (73.5%). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua dengan ketepatan pemilihan obat gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak (p=0.021). Faktor dengan hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan orang tua adalah jenis kelamin (p=0.028), pekerjaan (p=0.004), dan pendapatan (p=0.003). Faktor dengan hubungan bermakna terhadap ketepatan pemilihan obat adalah jenis kelamin (p=0.047). Kesimpulan: Mayoritas orang tua memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sudah tepat dalam pemilihan obat. Berdasarkan analisis didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap ketepatan pemilihan obat untuk gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak usia sekolah. ......Introduction: Upper respiratory tract infection is common in school-aged children (5-12 years). Symptoms are generally mild and self-limiting and it gives rise to self-medication behaviour by parents towards children. Self-medication behaviour must be based on good knowledge. Therefore, aims of this study is to determine the relationship between the level of parental knowledge and the pattern of self-medication for symptoms of upper respiratory tract infections in school-aged children (5-12 years) in DKI Jakarta. Method: This research was conducted with a cross-sectional design. The subjects were parents with children aged 5-12 years who live in DKI Jakarta. The study used a questionnaire instrument that has been tested for validity and reliability, and distributed online as a Google form. Analysis of variable association was carried out using the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. The association is declared significant if p<0.05. Results: The prevalence of self-medication for symptoms of upper respiratory tract infections in children in this study was 90%. Most parents (60%) have sufficient knowledge and are appropriate in selecting drugs (73,5%). There is a significant association between the level of parental knowledge and the accuracy of choosing medication for symptoms of upper respiratory tract infections in children (p=0.021). Factors with a significant association to the level of parental knowledge were gender (p=0.028), occupation (p=0.004), and income (p=0.003). The factor with a significant association to the accuracy of drug selection is gender (p=0.047). Conclusion: Most of parents have a sufficient level of knowledge and are appropriate in selecting drugs. Based on the analysis, a significant association was found between the level of knowledge and the accuracy of drug selection for symptoms of upper respiratory tract infections in school-aged children.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library