Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kunin, Calvin M.
Philadelphia: Lea & Febiger 1974 , 1974
616.6 KUN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Rosida
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Hardjadinata
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Svaras
" PENDAHULUAN
Pada anak, obstruksi primer ureter biasanya terjadi pada Ureteropelvic Junction (UPJ) dan Ureterovesical Junction (UVJ) Obstruksi pada UPJ merupakan kelainan kongenital tersering. Diagnosis seringkali terlambat sampai akhirnya terjadi infeksi saluran kemih berulang dan hidronefrosis (4,6,8)
Oleh karena obstruksi pada saluran kemih bisa menyebatkan kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan dan progresif, maka diperlukan diagnosis dan rekonstruksi secara dini, sehingga diharapkan kerusakan ginjal yang terjadi tidak berlanjut dan fungsi ginjal dapat membaik kembali.
Berikut ini akan dilaporkan satu kasus Iidronefrosis dan Megaureter yang disebabkan oleh obstruksi pada UPJ dan obstruksi pada UVJ pada seorang anak laki berusia 2,5 tahun dan dilakukan tindakan rekonstruksi berupa pyeloplasty dan ureteroneocystostomi
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernita Kusumanti
"ABSTRAK
Persalinan preterm merupakan kejadian yang disebabkan oleh multifaktorial salah satunya adalah infeksi pada ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi persalinan preterm di RSCM pada tahun 2011, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian persalinan preterm dengan ibu positif ISK dan ibu negatif ISK, serta mengetahui korelasi persalinan preterm dengan ISK pada ibu. Metode penelitian cross-sectional pada 2005 sampel. Data yang diambil berupa data sekunder. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows dan dianalisis dengan uji chi square untuk uji perbedaan. Hasil penelitian didapat Prevalensi persalinan preterm di RSCM tahun 2011 adalah sebesar 27%. Tidak ada perbedaan bermakna kejadian persalinan preterm antara ibu positif ISK dengan ibu negatif ISK di RSCM pada tahun 2011 (P>0,05).

ABSTRACT
Preterm labor is an incident caused by a multifactorial one of which is an infection in the mother. This study was conducted to determine the prevalence of preterm delivery in RSCM in 2011, to determine whether there are differences of preterm labor in positive UTI’s mother and negative UTI’s mother, to determine the correlation of preterm labor with maternal UTI . Methods Cross-sectional study in 2005 samples. Data taken the form of secondary data. Then the data is processed using the SPSS 11.5 for Windows and analyzed by chi-square test for testing the differences. Research results obtained prevalence of preterm birth in the RSCM in 2011 amounted to 27%. There is no significant difference of preterm delivery between positive UTI’s mother and negative UTI’s mother in RSCM in 2011 (P> 0.05). And the results showed no significant correlation between preterm labor and maternal UTI in the RSCM in 2011"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
"Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang sering terjadi dan salah satu alasan paling umum untuk penggunaan antibiotik. Salah satu masalah yang kini menjadi perhatian utama adalah masalah resistensi antimikroba, akibat penggunaan antibiotik secara tidak bijak, baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan. Tujuan analisis resep antibiotik di Apotek Roxy Ciledug adalah pengkajian resep sesuai persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analisis kesesuaian terapi berdasarkan Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia dan EAU Guidelines on Urological Infections 2022, dan memberikan rencana tindak lanjut untuk penyelesaian masalah terkait obat yang terjadi atau berpotensi terjadi. Penelitian ini bersifat observasional dengan pengambilan sampel secara retrospektif. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu pasien dengan peresepan antibiotik oral maupun topikal. Kriteria eksklusi yaitu resep antibiotik telemedicine. Resep antibiotik yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan yaitu satu resep. Pasien dengan peresepan antibiotik yang masuk di Apotek Roxy Ciledug pada periode Juli 2022 berjumlah 87 pasien. Resep yang digunakan adalah resep antibiotik azithromycin, doxycycline, metronidazole. Hasil pengkajian menunjukkan resep telah sesuai persyaratan administratif, tidak ada bentuk sediaan menurut kajian farmasetik, terdapat efek samping obat dan tidak tepat dosis menurut kajian aspek klinis. Tindak lanjut mengenai masalah terkait potensi efek samping obat yaitu pemberian informasi obat kepada pasien, sedangkan masalah terkait interaksi obat yaitu pemberian jeda waktu penggunaan obat.

Urinary Tract Infection (UTI) is a common bacterial infection and one of the most common reasons for taking antibiotics. One of the problems that has now become the main concern is antimicrobial resistance, due to the unwise use of antibiotics, either by the public or health workers. The purpose of analyzing antibiotic prescriptions at Apotek Roxy Ciledug is to review prescription according to Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analysis of the suitability of therapy based on the Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 by the Indonesian Association of Urologists and the EAU Guidelines on Urological Infections 2022, and provides a follow up plan for solving DRP that occur or potentially to occur. This study is an observational study with retrospective sampling. The inclusion criteria were patients prescribed oral or topical antibiotics. The exclusion criteria were telemedicine antibiotic prescriptions. Antibiotic prescriptions used as sample in this study were determined by simple random sampling. The number of samples used is one prescription. Patients with antibiotic prescriptions who entered the Apotek Roxy Ciledug in July 2022 totaled 87 patients. The prescription used was azithromycin, doxycycline, metronidazole. The results showed that the prescription met administrative requirements, there were no dosage forms according to pharmaceutical studies, there were drug side effects and the dosage was incorrect according to clinical aspects. Follow up regarding problems related to potential drug side effects is providing drug information to patients, while problems related to drug interactions is providing drug use interval."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Taralan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas penggunaan sefuroksim aksetil pada anak dengan ISK, baik dengan dosis konvensional maupun dengan dosis tunggal. Kelompok A (konvensional) diberi dosis 15 mg./kg. Bb./hari secara oral selama tujuh hari berturut-turut. Kelompok B (dosis tunggal) diberi pengobatan 15 mg./kg./bb./ hari juga secara oral, diberikan sekaligus, hanya satu kali pemberian.
Dari 54 kasus yang dapat dievaluasi, secara keseluruhan kesembuhan klinis terjadi pada 26 dari 39 kasus ISK simtomatik (66,6%); piuria menghilang pada 23 dari 30 penderita (76%),sedang eradikasi kuman hanya didapatkan pada 43% kasus (23 dari 54 kasus). Dari 27 penderita yang termasuk kelompok pengobatan konvensional, kesembuhan klinis didapatkan pada 59,2% kasus, piuria menghilang pada 55,5% kasus sedang eradikasi kuman hanya mencapai 40,7%. Pada kelompok terapi dosis tunggal (27 kasus) kesembuhan klinis didapatkan sebesar 59% dari kasus yang semula termasuk ISK simtomatik. Piuria menghilang pada 13 dari 22 {59%) kasus, sedang eradikasi kuman hanya mencapai 44,5%.
Pada sub kelompok ISK simpleks (38 kasus), diperoleh hasil sebagai berikut: Kesembuhan klinis, piuria yang menghilang dan eradikasi kuman secara berturut-turut sebesar 64,7%, 58,8% dan 64,7% dengan terapi konvensional, sedangkan dengan pengobatan dosis tunggal diperoleh angka sebesar 52,4% baik kesembuhan klinis, hilangnya piuria maupun eradikasi kuman. Terapi konvensional sedikit lebih baik dibandingkan dengan terapi dosis tunggal, meskipun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna.
Pada sub kelompok ISK kompleks (16 kasus), belum dapat diambil kesimpulan yang berarti karena jumlah kasusnya terlalu kecil. Dengan pengobatan konvensional diperoleh kesembuhan klinis, piuria menghilang dan eradikasi kuman secara berturut-turut didapatkan pada 5, 3 dan 4 kasus dari 10 penderita, sedangkan dengan terapi dosis tunggal kesembuhan klinis, piuria menghilang serta eradikasi kuman didapatkan masing- masing pada 2 dari 6 kasus.
Sebagai kesimpulan, pada subkelompok ISK simpleks hasil pengobatan dengan terapi konvensional sedikit lebih baik dibandingkan dengan pengobatan dosis tunggal, sedangkan pada subkelompok ISK kompleks efektifitas pengobatan tampaknya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok ISK simpleks meskipun belum dapat ditarik kesimpulan yang pasti karena jumlah kasus yang belum mencukupi.

ABSTRACT
Treatment Of Urinary Tract Infection In Children With Cefuroxime AxetilThe aim of this study is to evaluate the efficacy of oral cefuroxime axetil 15 mg./kg. bw. either given conventionally for seven days or as a single -one - shot dose. Fifty-four cases were feasible for evaluation. Clinical recovery was achieved in 26 out of 39 symptomatic patient (66,6%%), pyuria disappeared in 23 out of 30 cases (76%). Bacterial eradication was found in 23 out of 54 cases {43%).
Twenty-seven cases were treated conventionally. Clinical recovery was achieved in 59,2% of the cases, pyuria disappeared in 55,5% , but eradication rate was only 40,7% of the cases. Similar result was also obtained from the group of single-dose treatment. Clinical recovery was achieved in 59% of the cases, pyuria disappeared in 59% and eradication rate was only 44,5%.
From this report we conclude that clinical recovery was fair but this drug was not so effective in eradicating urinary tract infection, either in conventional or in single dose treatment.
Conventional treatment in simplex UTI revealed that clinical cure rate was 64,7%, pyuria disappeared in 58,8% and the eradication of pathogens were found in 64,7%, while in those patient who treated with single dose regimen, the clinical cure rate, disappearance rate of pyuria and pathogen eradication activity were 52,4% consecutively.
Conventional treatment in complex UTI showed that the clinical cure, disappearance of pyuria and the eradication of pathogens were found in five, three and four cases respectively, while in the group of single dose therapy the clinical cure, disappearance of pyuria and the eradication on microorganism were only found in two out of six cases (30%) respectively.
In simple UTI, there was a tendency of better result obtained in the group of conventional treatment in compare with the group of single dose regimen.
In complicated UTI, cure rate was lower than in simple UTI, especially in those cases who treated with single dose regimen although the final conclusion cannot be drawn yet due to the inadequacy of the sample size.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Miesien
"Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya bakteri dalam saluran kemih. Dalam keadaan normal saluran kemih adalah steril kecuali ujung uretra. Saluran kemih merupakan tempat yang relatif sering mengalami infeksi pada bayi dan anak kecil. Demam dengan sebab tidak jelas pada anak berusia 2 bulan - 2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK. Pada usia ini prevalensi ISK pada anak perempuan dua kali lebih tinggi dari pada anak laki-laki.
Gejala klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas, cara mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar terjadi kerusakan ginjal.
Diagnosis ISK yang akurat sangat penting karena 2 alasan, pertama untuk identifikasi dan tata laksana anak yang mempunyai risiko kerusakan ginjal. Kedua untuk mencegah intervensi yang mahal, potensial bahaya dan tidak bennanfaat pada anak yang tidak mempunyai risiko kerusakan ginjal. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, serta dipastikan dengan biakan urin kuantitatif.
Escherichia coli adalah penyebab ISK pertama terbanyak pada anak yaitu sekitar 80 - 90% kasus. Pada awal abad ke - 20 mortalitas neonatus dan bayi yang dirawat karena pielonefritis sekitar 20%. Pendekatan diagnostik dan terapiutik yang agresif dan modem, serta perkembangan antibiotik saat ini telah dapat menekan mortalitas mendekati 0%. Adanya ISK akan membawa dampak jangka panjang terhadap fungsi ginjal yaitu berkembangnya uremia, terjadinya hipertensi dan adanya komplikasi selama kehamilan. Sebuah survey di Swedia tahun 1992 - 1995 pada 2000 anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK pertama, didapatkan refluks pada 36% anak perempuan dan 24% anak laki - laki serta 50% di antaranya sudah menunjukkan dilatasi saluran kemih bagian atas. Dengan bervariasinya profil ISK maka perlu diketahui bagaimana profil ISK pada anak yang berobat di RSCM saat ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Muhamat Gozali Arif
"Pendahuluan dan tujuan: Peradangan yang berasal dari batu buli dapat dikaitkan dengan tumor buli. Meskipun infeksi saluran kemih dan batu buli sebelumnya dianggap sebagai faktor risiko terjadinya tumor buli, hingga saat ini hubungan antara batu buli dan tumor masih belum jelas. Sehingga studi ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor resiko apa saja yang mempengaruhi terjadinya tumor buli pada penderita batu buli.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan Study Crossectional Analitik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian kanker buli pada pasien Batu Buli di RSUP H. Adam Malik Medan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 s/d 2018 dan pasien diambil secara total sampling berdasarkan data registrasi pasien batu buli yang dilakukan biopsi dasar batu pada periode trsebut. Jumlah pasien yang diperoleh sebanyak 32 pasien. Tes korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan perbaikan fungsi ginjal dengan faktor-faktor terukur. Dilakukan analisa multivariat dengan regersi linier untuk memperoleh faktor mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pencetus terjadinya kanker. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 23.0 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil: pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang, atau 96,9% berbanding 1 pasien perempuan hanya 1 pasien (3,1%). Keseluruhan rata-rata usia pasien adalah 43,72 (±16,79) tahun. Karsinoma sel skuamosa 15 sampel (46,9%), sel radang 10 sampel (31,3%), dysplasia 3 sampel (9,4%), karsinoma sel transisional 2 sampel (6,3%), dan metaplasia skuamosa 2 sampel (6,3%). Rata-rata ukuran batu buli adalah 5,88 (±2,00) cm. Batu tunggal yang dijumpai pada 27 sampel (84,4%), sedangkan untuk batu multipel pada 5 sampel (15,6%). Infeksi saluran kemih dijumpai pada 12 sampel (37,5%). Lebih dari setengah sampel memiliki riwayat merokok, yaitu pada 20 pasien (62,5%). Tidak terdapat hubungan antara infeksi saluran kemih dengan tumor buli (p = 0,314), terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,001) antara pasien dengan riwayat merokok dengan kejadian kanker buli, tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah batu dengan kanker buli (p = 0,737). Pada kelompok dengan kanker buli, rerata dari ukuran batunya adalah 6,65 (±2,09) cm berbanding pada kelompok tanpa kanker buli dengan nilai rerata 5,00 (±1,51) cm.
Kesimpulan: Pasien dengan batu buli memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena tumor buli dan terdapat hubungan yang bermakna antara tumor buli dan riwayat merokok.

Introduction and purpose: Inflammation of bladder origin can be associated with bladder tumors. Although urinary tract infections and bladder stones were previously considered a risk factor for bladder tumors, the relationship between bladder stones and tumors is still unclear. So this study aims to analyze what risk factors influence the occurrence of bladder tumors in patients with bladder stones.
Methods: This research is an analytical study with an analytical cross-sectional study design to determine what factors influence the incidence of bladder cancer in patients with bladder stones at H. Adam Malik Hospital, Medan. The affordable population in this study were patients who were hospitalized at H. Adam Malik Hospital Medan from 2014 to 2018 and patients were taken by total sampling based on the registration data of bladder stone patients who underwent a stone base biopsy during that period. The number of patients obtained were 32 patients. Correlation test was used to determine the relationship between improvement in kidney function and measurable factors. Multivariate analysis was performed with linear regression to obtain which factors had the greatest influence on the originator of cancer. The data obtained were processed using SPSS 23.0 and presented in the form of tables and narratives.
Results: 31 male patients, or 96.9% compared to 1 female patient, only 1 patient (3.1%). The overall mean age of the patients was 43.72 (±16.79) years. Squamous cell carcinoma 15 samples (46.9%), inflammatory cell 10 samples (31.3%), dysplasia 3 samples (9.4%), transitional cell carcinoma 2 samples (6.3%), and squamous metaplasia 2 samples (6.3%). The average bladder size is 5.88 (±2.00) cm. Single stones were found in 27 samples (84.4%), while for multiple stones in 5 samples (15.6%). Urinary tract infection was found in 12 samples (37.5%). More than half of the sample had a history of smoking, namely in 20 patients (62.5%). There was no relationship between urinary tract infections and bladder tumors (p = 0.314), there was a significant difference (p = 0.001) between patients with a history of smoking and the incidence of bladder cancer, there was no significant relationship between the number of stones and bladder cancer (p = 0.737) . In the group with bladder cancer, the mean stone size was 6.65 (±2.09) cm compared to the group without bladder cancer with a mean value of 5.00 (±1.51) cm.
Conclusion: Patients with bladder stones have a greater risk of developing bladder tumors and there is a significant relationship between bladder tumors and smoking history
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grady Krisandi
"Latar belakang: Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi peringkat kedua paling sering ditemukan di dunia. Bakteri merupakan penyebab terbanyak ISK. Antibiotika yang menjadi tata laksana utama sering digunakan secara empirik dan irasional sehingga memicu terjadinya peningkatan resistensi yang berpotensi menjadi multiresisten. Keterbatasan pilihan antibiotika yang dapat digunakan terhadap bakteri multiresisten mempersulit tata laksana ISK. Oleh karena itu, diperlukan studi mengenai pola kepekaan bakteri untuk menjadi panduan pengobatan ISK pada pasien rawat inap dan rawat jalan di Indonesia. 

Metode: Spesimen urin porsi tengah dikumpulkan dari pasien rawat inap dan rawat jalan dengan ISK di Jakarta dan Tangerang. Spesimen urin dikultur pada media agar darah dan MacConkey untuk mendapatkan pertumbuhan bakteri yang signifikan. Bakteri yang diisolasi dilakukan identifikasi dan diuji kepekaannya terhadap antibiotika melalui VITEK 2 compact system.

Hasil: Sampel urin berhasil didapat dari 43 pasien rawat inap dan 43 pasien rawat jalan. Dari 3 sampel urin memiliki 2 isolat bakteri berbeda sehingga terdapat 89 isolat bakteri dengan keragaman sebanyak 15 spesies bakteri. Pada pasien rawat inap didapatkan 4 bakteri Gram positif dan 42 bakteri Gram negatif, sedangkan pada pasien rawat jalan didapatkan 10 bakteri Gram positif dan 33 bakteri Gram negatif. Sebanyak 52 isolat bakteri bersifat multidrug-resistant (MDR) dengan dominasi oleh E. coli penghasil extended-spectrum beta lactamase (ESBL). Ertapenem, meropenem, amikasin, dan tigesiklin merupakan antibiotika yang masih memiliki kepekaan yang baik terhadap E. coli penghasil ESBL serta isolat bakteri MDR lainnya.

Kesimpulan: Bakteri E. coli penghasil ESBL merupakan bakteri MDR yang paling banyak ditemukan di Jakarta dan Tangerang. Ertapenem, meropenem, amikasin, dan tigesiklin merupakan antibiotika yang masih memiliki kepekaan yang baik terhadap E. coli penghasil ESBL serta isolat bakteri MDR lainnya.


Introduction: Urinary tract infection is ranked the second most common infectious disease. Antibiotics have been used to treat urinary tract infections. Irrational use of antibiotics give rise to multidrug-resistant bacteria. Antibiotics options to treat multidrugresistant bacteria are limited which complicates the treatment of urinary tract infection. Besides that, studies in Indonesia regarding the susceptibility pattern of urinary tract infection bacteria is still limited. Thus, this study is conducted to report the pattern of bacteria and its susceptibility towards antibiotics in inpatients and outpatients in Indonesia.

Method: Inpatients and outpatients with urinary tract infections in Jakarta and Tangerang were taken midstream urine specimens. The urinary specimens were cultured in MacConkey blood agar culture media and significant bacterial growth were reported. Significant bacterial growth from urinary specimens were further isolated to be identified and tested for antibiotic susceptibility through VITEK 2 compact system.

Result: Urinary samples were taken from 43 inpatients and 43 outpatients. 3 urinary samples had 2 bacterial isolates which resulted in 89 bacterial isolates consisting of 15 bacterial species. Patients in inpatient care had 4 Gram positive bacteria and 42 Gram negative bacteria, while patients in outpatient care had 10 Gram positive bacteria and 33 Gram negative bacteria. 52 bacterial isolates were multidrug-resistant (MDR) with extended spectrum beta lactamase-producing (ESBL) E. coli being the most common. Ertapenem, meropenem, amikacin, and tigecycline are the antibiotics which still have good susceptibility towards ESBL-producing E. coli and other MDR bacteria.

Conclusion: ESBL-producing E. coli was the most common MDR bacteria in Jakarta and Tangerang. Ertapenem, meropenem, amikacin, and tigecycline are the antibiotics which still have good susceptibility towards ESBL-producing E. coli and other MDR bacteria."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>