Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Saefudin
"Objek penelitian kebijakan ini adalah 31 Sekolah Dasar (SD) Negeri diwilayah Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Provinsi lawn Tengah. Keberadaan beberapa SD dalam satu wilayah desa dengan jumlah siswa per kelas yang tidak optimal, dan di sisi lain belum terpenuhinya jumlah kebutuhan minimal tenaga kependidikan masing-masing sekolah, merupakan inefisensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Altematif untuk mewujudkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan adalah melalui kebijakan total regrouping, managerial regrouping, dan resource sharing.
Pada tahun ajaran 2005/2006 di Kecamatan Kedungbanteng terdapat 31 SD Negeri. Untuk mengetahui jumlah sekolah optimal, sekaligus mencari banyaknya sekolah yang hares digabung, dilakukan analisis kuantitatif dengan model Linear Programming. Perhitungan jumlah sekolah otpimal mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Proses regrouping mempertimbangkan jarak antar sekolah, serta dampak politis-psikologis apabila kebijakan ini diberlakukan. Hasil perhitungan Linear Programming menunjukkan, jumlah sekolah otpimal di Kecamatan Kedungbanteng adalah 19 buah, terdiri dari 14 Sekolah ripe A (kapasitas 480 siswa) dan lima Sekolah Tipe B (kapasitas 240 siswa). Dengan perhitungan Linear Programming dan mempertimbangkan jarak antar sekolah, setiap desa membutuhkan satu Sekolah Tipe A; lima desa di antaranya membutuhkan dua sekolah sekaligus (Tipe A dan Tipe B). Perbedaan kebutuhan sekolah disebabkan oleo perbedaan jumlah penduduk usia sekolah di desa bersangkutan. Mengingat bagi sekolah tertentu kebijakan regrouping belum memungkinkan, maka dalam jangka pendek dapat dilakukan resource sharing.
Selain bermanfaat pada efisiensi tenaga kependidikan, implikasi kebijakan regrouping adalah lepasnya jabatan Kepala Sekolah bagi sekolah-sekolah yang harus digabung. Pihak paling yang merasakan. dampak kebijakan regrouping adalah pars Kepala Sekolah yang saat ini menjabat. Dari hasil analisis, penelitian ini merekomendasikan: (I) perlunya pemberlakuan kebijakan regrouping dan resource sharing sebagai upaya efisiensi sumber daya kependidikan; (2) sosialisasi intensif bagi jajaran tenaga kependidikan mengenai jabatan Kepala Sekolah menurut Peraturan Bupati Ban yumas Nomor 33 tahun 2005 tentang Penugasan Guru PNS sebagai Kepala Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas; dan (3) perlunya kajian studi lanjutan yang membahas kebijakan regrouping dikaitkan dengan biaya (cost). dan kualitas output."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Triwibowo
"Abstract
Most cities in developing countries face inefficiency problem of waste collection service run by government. The purpose of this study is to estimate the efficiency of waste collection service and the capital cost requirement in 2019 to cover 100% waste collection service in Cilegon City. The efficiency is calculated by comparing the current costs with the optimization costs by the model of vehicle routing problem. The result shows that the obtained inefficiency reaches 37,48% which largely comes from the labor component. To cover all of resident in Cilegon City, the city needs to increase their budget allocation as much as IDR 33,884 billion in 2019.
Abstrak
Sebagian besar kota di negara berkembang menghadapi permasalahan inefisiensi pengangkutan sampah yang dikelola pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi inefisiensi pengangkutan sampah di Kota Cilegon. Inefisiensi dihitung dengan membandingkan biaya saat ini dengan biaya hasil optimasi rute dengan model vehicle routing problem. Penelitian ini juga mengestimasi kebutuhan biaya modal jika rasio pengangkutan sampah mencapai 100% pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inefisiensi sebesar 37,48%, yaitu porsi komponen tenaga kerja sebesar 94,48 dari total inefisiensi. Terkait kebutuhan modal, diperlukan kenaikan anggaran Rp33,884 miliar untuk meningkatkan rasio pengangkutan sampah menjadi 100% pada tahun 2019."
2016
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rachellya Volvo
"ABSTRAK
Tingginya tingkat ketergantungan lansia disebabkan karena semakin meningkatnya usia baik jantung maupun pembuluh darah mengalami perubahan struktural dan fisiologis, perubahan tersebut terjadi lambat dan terus menerus tanpa disadari sehingga berisiko mengalami gangguan perfusi jaringan perifer. Penulis melakukan intervensi keperawatan dikombinasikan dengan tindakan komplementer refleksologi kaki pada lansia sebanyak 20 kali selama 25 - 40 menit. Bertujuan sebagai teknik relaksasi dengan meningkatan aliran darah dan nutrisi kaya oksigen ke sel, menurunkan angka kesakitan akibat iskemia jaringan distal yang bila memburuk dapat berakibat terjadinya ganggren semakin memberat berisiko amputasi. Sehingga meningkatnya angka disability dan mortality lansia yang kemudian menurunkan kualitas hidup lansia sebelum akhir hayatnya.

ABSTRACT
The high level of elderly dependence is due to the increasing age of both the heart and blood vessels undergoing structural and physiological changes, such changes occur slowly and continuously unnoticed thereby at risk of peripheral tissue perfusion disorders. The authors performed nursing interventions combined with complementary reflexology measures of the foot on the elderly as much as 20 times for 25 40 minutes. Aimed as a relaxation technique with increased blood flow and oxygen rich nutrients to cells, decreasing morbidity due to distal tissue ischemia which, when worsened, can result in gangrene becoming more and more potent at risk of amputation. So the increasing rate of disability and mortality elderly which then degrade the quality of life of the elderly before the end of their life. "
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Betty Nurindah Rustiawati
"Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh aktivitas ekspor terhadap inefisiensi teknis pada industri andalan ekspor Indonesia dengan menggunakan data level perusahaan yang bersumber dari Survei Industri Besar Sedang BPS periode 2010 sampai dengan 2014. Penelitian ini menggunakan model stochastic frontier dengan one step approach yang diterapkan pada fungsi produksi translog. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas ekspor berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perusahaan, yang mana industri yang tergolong dalam industri dengan tingkat teknologi rendah memiliki tingkat inefisiensi yang lebih rendah dibandingkan industri dengan tingkat teknologi tinggi.

Inefficiency of Indonesian manufacturing sector has been the concern of many parties because of importance of this sector for the Indonesian economy and several studies have been conducted to determine the source of these inefficiencies with different approaches. This study examines the effect of export activity on the technical efficiency. As we know that in this era of globalization or trade opennes many firms have adopted an export-oriented strategy to seek their organic growth. We do so by using firm level panel data taken from Annual Survey of Manufacturing conducted by BPS for the period 2010 to 2014 and focus on Indonesia’s mainstay export industry which is divided into two types, resource-based exports and technology-based exports. A stochastic frontier model is applied to the translog production function to estimate firm level technical efficiency. In general we expect a positive relationship between export activities and firm’s efficiency. The implication is that firms can learn more and understand the market of their products, thereby improving their performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achyar
"Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis hubungan antara inefisiensi investasi tenaga kerja dengan penghindaran pajak dan (2) menganalisis apakah Pandemi Covid-19 memoderasi hubungan antara inefisiensi tenaga kerja dan perilaku penghindaran pajak. Fokus penelitian adalah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange untuk periode tahun 2016-2020 karena merupakan sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja sehingga efek dari inefisiensi investasi tenaga kerja akan lebih terlihat. Dengan menggunakan 550 observasi yang terdiri dari 110 perusahaan selama 5 tahun, penelitian ini menemukan bahwa inefisiensi investasi tenaga kerja memiliki hubungan negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini juga menemukan bahwa pandemi Covid-19 memperkuat hubungan antara inefisiensi investasi tenaga kerja dengan penghindaran pajak, yang berarti bahwa efek kondisi ketidakpastian ekonomi memperkuat hubungan inefisiensi investasi tenaga kerja pada penghindaran pajak.

This study aims to (1) analyze the relations between labor investment inefficiency and tax avoidance and (2) analyze whether the Covid-19 pandemic moderates the relations between labor investment inefficiency and tax avoidance behavior. The focus of the research is on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2016-2020 because they are the largest sector that absorbs labor so that the effects of labor investment inefficiency will be more visible. Using 550 observations consisting of 110 companies for 5 years, this study finds that labor investment inefficiency has a significant negative relationship to tax avoidance. This study also found that the Covid-19 pandemic strengthened the relationship between labor investment inefficiency and tax avoidance, which means that economic uncertainty could strengthen the relationship between labor investment inefficiency and tax avoidance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desandri
"Masalah kinerja Pertamina akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Walaupun masalah ini sebenarnya sudah dipertanyakan orang sejak dulu, namun sekarang kelihatannya menjadi semacam "pembenaran" atas dugaan tersebut setelah terungkapnya laporan inefisiensi Pertamina sejumlah US$ 6,1 Milyar yang terjadi hanya dalam dua periode akuntansi yaitu tahun anggaran 1996/1997 dan 1997/1998 oleh kantor konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC) atas hasil special audit yang ditujukan kepada Menteri Keuangan.
Walaupun jumlah kebocoran yang dilaporkan oleh PwC yang sangat besar itu bukan jumlah uang yang hilang dicuri atau di korupsi, tapi PwC mengklasifikasikannya sebagai jumlah kerugian akibat inefisiensi yang timbul akibat dari meningkatnya biaya yang sebenarnya dapat dihindari (losses quantified) dan hilangnya kesempatan untuk menghemat (opportunities for savings), hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pertamina belum optimum dan penilaian kinerja yang selama ini dilakukan sangat bias karena hanya menggunakan data informasi keuangan. Hal ini bisa terjadi karena struktur organisasi yang sentralistis dan sistem pelaporan keuangan yang tidak transparan.
Struktur organisasi Pertamina yang sangat besar dan sentralistis menyebabkan proses bisnis menjadi panjang dan memerlukan banyak waktu untuk pengambilan keputusan. Banyaknya penelaahan ulang (reviews) dan paraf (approvals) untuk suatu transaksi yang melibatkan banyak bagian mengakibatkan tidak adanya orang atau bagian yang mau bertanggung jawab terhadap suatu transaksi. Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya responsibility sehingga sulit untuk dimintakan akuntabilitasnya.
Sementara itu banyak kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh Pertamina mengacu langsung kepada peraturan dan per undang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti masalah tender pengadaan barang. Hal ini harus dilakukan oleh Pertamina walaupun secara nyata hal tersebut tidak menghasilkan efisiensi bagi Pertamina.
Selain itu ditinjau dari sitem pelaporan keuangan Pertamina, juga kurang transparan dalam arti bisnis. Hal ini disebabkan karena, pertama, sistem pelaporan Pertamina saat ini membagi Pertamina kedalam dua komponen yaitu sistem BBM dan operasi milik sendiri, bukan berdasarkan daerah bisnis. Kedua, tujuan utama dari pelaporan tersebut adalah lebih untuk menghitung kebutuhan subsidi dari pada untuk menentukan profitabilitas. Hal ini membuat pelaporan berfokus pada biaya dan mengabaikan komponen pendapatan. Ketiga, transfer dari produk-produk antar unit usaha didasarkan pada biaya atau pengaturan biaya yang tidak adil seperti harga prorata. Mekanisme penentuan harga seperti ini akan mengakibatkan distorsi pada kinerja unit usaha yang sesungguhnya.
Pengukuran kinerja unit usaha yang berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Realisasi Biaya juga tidak bisa memotivasi perusahaan dan karyawan untuk lebih cost consciousness. Hal ini disebabkan sistem pelaporan keuangan Pertamina yang tersentralisir dimana laporan keuangan unit hanyalah diperlukan untuk memudahkan Kantor Pusat dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi dan bukan ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan unit usaha dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimilikinya.
Oleh karena itu, Pertamina sebagai perusahaan yang terintegrasi secara vertikal membutuhkan sarana pengendalian agar seluruh aktivitasnya dapat diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Salah satu sarana pengendalian yang digunakan manajemen untuk mengarahkan unit organisasinya adalah melalui sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen mencakup dua hal yaitu struktur pengendalian dan proses pengendalian. Struktur pengendalian mencakup penentuan pusat pertanggungjawaban sedangkan proses pengendalian mencakup langkah penyusunan program, anggaran, laporan hasil kegiatan serta pengukuran kinerja.
Era giobalisasi dan perdagangan bebas sudah ada di depan mata. Dengan adanya perdagangan bebas menyebabkan persaingan antar perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh batas wilayah negara. Perkembangan lingkungan yang begitu cepat saat ini telah menyeret semua badan usaha, tidak terkecuali Pertamina, ke situasi persaingan yang ketat. Dalam situasi seperti ini kecenderungan inefisiensi serta kelemahan dalam fungsi manajemen akan berdampak pada kinerja perusahaan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap restrukturisasi organisasi saat ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang mendesak untuk dilakukan. Dimasa depan hanya organisasi yang efisien, produktif dan bergerak lincah yang akan dapat bertahan dan memenangkan persaingan.
Pertamina yang selama ini mengemban 2 (dua) misi sekaligus yaitu mencari keuntungan (profit oriented) sebagai mana layaknya sebuah badan usaha dan juga sekaligus non profit oriented yaitu sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam masalah operasi BBM di dalam negeri dimana Pertamina tidak memperoleh laba maupun menderita rugi atas operasi ini (nirlaba) sudah saatnya diubah. Dengan sistem seperti ini tidak memungkinkan Pertamina untuk mandiri dan efisien karena tidak menanggung resiko atas segala aktivitas usahanya serta selalu mengundang campur tangan pemerintah. Padahal sekitar 70 % dari operasi Pertamina adalah operasi BBM yang tidak mendatangkan keuntungan tersebut, sehingga pengukuran kinerja dengan melakukan analisa rasio dari laporan keuangan Pertamina sebagai mana dimaksud oleh SK Menteri Keuangan No. 740IKMK.0011989 akan dapat menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
Oleh karena itu disini penulis ingin melihat bagaimana kaitan antara struktur organisasi, sistem pelaporan keuangan, dan pengukuran kinerja serta dampaknya terhadap motivasi karyawan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Yudhi Supriadi
"Penulisan disertasi ini terbagi dalam 3 bagian utama: Pertama, menghitung biaya pokok penyediaan tenaga listrik tahun 2014 dibedakan menurut karakteristik pembangkit di masing-masing wilayah dan waktu (peak dan off-peak) menggunakan metode revenue requirement. Penggunaan biaya universal memperlihatkan bahwa subsidi lebih banyak dinikmati oleh wilayah Jawa, sedangkan penggunaan biaya pokok yang berbeda memperlihatkan sebaliknya. Penggunaan biaya pokok yang berbeda juga menghasilkan total alokasi subsidi yang lebih rendah dibandingkan penggunaan biaya universal. Di masa depan, penerapan biaya menurut wilayah dan waktu dalam menghitung alokasi subsidi hendaknya diikuti dengan penerapan tarif regional serta melibatkan pemerintah daerah setempat terkait cost sharing subsidi. Kedua, menghitung biaya penyediaan listrik di masing-masing kelas pelanggan dibedakan menurut wilayah menggunakan metode Long Run Marginal Cost berdasarkan rencana jangka panjang penyediaan listrik 2015-2024. Terjadi distorsi tarif (subsidi silang antar kelas pelanggan) dimana kelas pelanggan industri mensubsidi kelas pelanggan rumah tangga.
Tingginya selisih biaya penyediaan dan tarif berlaku, menyebabkan PLN kehilangan kesempatan untuk membiayai investasi ketenagalistrikan di Indonesia yang rata-ratanya per tahun mencapai US$ 6,94 miliar. Ketiga, mengaplikasikan metode Frisch untuk menghitung elastisitas permintaan terhadap harga melalui elastisitas pengeluaran. Nilai elastisitas harga yang diperoleh digunakan untuk menganalisis perubahan kesejahteraan rumah tangga, redistribusi dan inefisiensi subsidi menggunakan data triwulanan Susenas 2014 berdasarkan tiga skenario kenaikan tarif. Pencabutan subsidi untuk rumah tangga dengan daya minimal 1.300 VA dan pengurangan subsidi untuk rumah tangga dengan daya maksimal 900 VA memperlihatkan adanya penurunan kesejahteraan rumah tangga, dan peningkatan persentase penduduk miskin namun redistribusi subsidi menjadi lebih baik serta inefisiensi subsidi pada rumah tangga daya terpasang 450 VA. Sebelum kebijakan menaikkan tarif diimplementasikan hendaknya dilakukan verifikasi rumah tangga melalui pencocokan dan penelitian di lapangan dengan harapan di masa depan subsidi menjadi lebih tepat sasaran.

The writing of this dissertation is divided into three main ideas: First, calculate the cost of supplying electricity in 2014 is differentiated according to the characteristics of the plant in each region and time (peak and off-peak) using the revenue requirement method. The use of universal costs shows that more subsidies are enjoyed by the Java region, whereas the use of different basic costs shows otherwise. Different cost of use also resulted in a lower total subsidy allocation than the use of universal costs. In the future, the implementation of costs by region and time in calculating the subsidy allocation should be followed by the application of regional tariffs and involving local governments on the cost-sharing of subsidies. Second, calculate the cost of providing electricity in each class of customers differentiated by region using Long Run Marginal Cost method based on long-term plan of electricity supply 2015-2024. There is a tariff distortion (cross-subsidy between customer classes) where the class of industrial customers subsidizes the class of household customers.
The high cost of provisioning and tariffs is prevailing, causing PLN to lose the opportunity to finance an electricity investment in Indonesia, which averaged US $ 6.94 billion per year. Third, apply the Frisch method to calculate the elasticity of demand for prices through the elasticity of expenditure. The value of elasticity of prices obtained is used to analyze changes in household welfare, redistribution, and inefficiency of subsidies using quarterly data of Susenas 2014 based on three tariff increment scenarios. The abolition of subsidies for households with a minimum power of 1,300 VA and a reduction in subsidies for households with a maximum of 900 VA shows a decrease in household welfare, and an increase in the percentage of the poor but better redistribution of subsidies and the inefficiency of subsidies in installed households of 450 VA. Before the policy of raising tariffs implemented, household verification should be conducted through matching and field research in the hope that in the future subsidies will be more targeted.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D2446
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Lahuddin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank dan tingkat inefficiency perbankan terhadap tingkat non-performing loans pada perbankan di Asia-Pasifik yang diklasifikan menjadi negara high income, upper middle income, dan low middle income. Penelitian ini menggunakan metode panel dengan data tahunan selama 11 tahun yaitu pada periode sebelum dan sesudah global financial crisis 2008 2005 ndash; 2015.
Penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan kredit memiliki hubungan dengan non-performing loans di negara high income pada periode sebelum dan sesudah global financial crisis 2008 namun tidak memiliki hubungan dengan non-performing loans di negara upper middle income dan low middle income. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat inefficiency bank memiliki hubungan dengan non-performing loans pada periode sesudah global financial crisis 2008 di negara high income dan upper middle income namun, hanya di negara upper middle income saja tingkat inefficiency bank memiliki hubungan dengan non-performing loans pada periode sebelum global financial crisis 2008.

This study aims to examine the effect of credit growth and bank inefficiency on non performing loans in Asia Pacific countries. These countries are classified into high income countries, upper middle income countries, and low middle income countries. This study uses panel data methodology, using annual data for a 11 year period before and after global financial crisis 2008 2005 2015.
The results of the study show that credit growth has significant effect on non performing loans in high income countries before and after global financial crisis 2008, whereas it is insignificant on non performing loans in both upper middle income and low middle income countries. This study also finds that bank inefficiency has significant effect on non performing loans in both high income and upper middle income countries after the global financial crisis of 2008 but only significant in upper middle income countries before the global financial crisis of 2008.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Juliana
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi terhadap ketidakpastian endogen dengan melakukan observasi pada hubungan antara investasi perusahaan dan ketidakpastian pada level makro. Sampel studi ini adalah perusahaan Amerika yang tercatat pada bursa efek dengan periode observasi dari 1996q1 hingga 2019q4. Analisis Vector Autoregressive (VAR) menunjukkan bahwa underinvestment menyebabkan peningkatan dari ketidakpastian berasal dari berita yaitu ketidakpastian kebijakan ekonomi. Sedangkan, overinvestment meningkatkan ketidakpasian makroekonomi. Terlebih lagi, baik overinvestment maupun underinvestment menyebabkan peningkatan pada ketidakpastian pasar keuangan. Information channel hypothesis dapat menjelaskan hubungan positif antara underinvestment dan ketidakpastian kebijakan ekonomi. Selain itu, hubungan positif antara overinvestment dan ketidakpastian makro berhubungan dengan excessive growth speculation hypothesis. Analisis tambahan pada subsample perusahaan kecil (besar) juga memperjelas kembali penjelasan information flow (excessive growth speculation) hypothesis.

This study investigates endogenous uncertainty by observing the relationship between firm-level investments and macro-level uncertainty. The study sample is the U.S. publicly listed firms with an observation period from 1996 Q1 to 2019 Q4. The Vector Autoregressive (VAR) analysis shows that underinvestment drives the news-based Economic Policy Uncertainty (EPU). On the other hand, overinvestment increases macroeconomic uncertainty. More importantly, the results also exhibit that under- and over-investment cause financial market uncertainty to increases. The information channel hypothesis is closely related to the positive relationship between underinvestment and EPU. Moreover, the positive relation between overinvestment and macroeconomic uncertainty is related to excessive growth speculation hypothesis. Additionally, analysis on the small (large) firm subsample also reiterates the explanation of the information channel (excessive growth speculation)."
Depok: 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leon Alvinda Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat inefisiensi harga pada produk Exchange-Traded Fund yang memiliki aset dasar saham di Indonesia. Dalam studi ini terdapat delapan sampel ETF yang datanya diambil selama periode 2015 hingga 2019. Adapun variabel yang digunakan untuk mengetahui tingkat inefisiensi adalah deviasi yang dihasilkan dari selisih antara harga pasar dengan NAB. Selanjutnya studi ini juga mencari hubungan jangka panjang antara harga pasar dengan NAB. Hasil yang ditemukan adalah terdapat selisih antara harga pasar dengan NAB, namun secara mayoritas selisih tersebut hilang dalam satu hari perdagangan. Kemudian untuk variabel yang memimpin harga menuju keseimbangan, terdapat lima sampel yang memiliki NAB sebagai pemimpin harga, dan tiga sisanya adalah harga pasar.
.....This study aims to determine the level of price inefficiency on Exchange-Traded Fund products that have an underlying asset of shares in Indonesia. In this study, there are eight samples of ETFs whose data were taken from 2015 to 2019. The variable used to determine the level of inefficiency is the deviation resulting from the difference between market prices and NAV. Furthermore, this study also looks for the long-term relationship between market prices and NAV. The results found are that there is a difference between the market price and the NAV, but the majority of the difference is lost in one trading day. Then for the variable that leads the price to equilibrium, there are five samples that have NAV as the price leader, and the remaining three are market prices."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>