Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simangunsong, Belman
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap daya saing industri Sepatu Indonesia dan menetapkan strategi bersaing yang harus dikembangkan PT. Sepatu Bata dalam menghadapi persaingan dalam industri sepatu. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan alat analisis Iingkungan persaingan untuk melihat keunggulan dan kelemahan perusahaan, dihubungkan dengan peluang dan ancaman yang ada. Teknik atau alat analisis utama yang digunakan adalah analisis atas 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dan analisis rantai nilai. Analisis dilakukan atas data primer yang berasal dari Iaporan intern perusahaan, dan wawancara dengan berbagai pihak ekstern. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari studi kepustakaan, maupun informasi Iainnya yang terkait dengan penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelemahan utama PT. Sepatu Bata adalah sistim birokrasi dimana setiap keputusan dalam penentuan model sepatu yang akan diproduksi harus mendapat persetujuan dari induk organisasinya rganisasinya Bata Shoe Organization, Canada. Kelemahan Iainnya adalah kurangnya kesadaran karyawan di bagian produksi terhadap kualitas produk yang dihasilkan akibat mengejar target produksi. Hal ini membuat perusahaan tertinggal dari industri sepatu Iainnya dalam menghasilkan model-model sepatu terbaru. Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan telah teruji dengan baik khusunya untuk sepatu ekspor, tetapi untuk konsumen dalam negeri karyawan biasanya kurang teliti dalam mengerjakan pembuatan sepatu tersebut. PT. Sepatu Bata saat ini berkonsentrasi untuk melayani segmen sepatu anak-anak, sepatu olah raga dan sepatu untuk orang dewasa. Sepatu yang menguasai pasar adalah sepatu anak-anak dan alas kaki yang harganya relatif berdaya saing dan mutu disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen dalam negeri. Untuk mencapai pertuanbuhan usaha sebagaimana digariskan, maka PT. Sepatu Bata harus mampu mengantisipasi persaingan dimasa yang akan datang dan memperbaiki pasisi bersaingnya dengan mengatasi kelemahan diatas. Adapun strategi yang harus dikembangkan adalah strategi konsentrasi, perluasan pasar, dan diversifikasi produk.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Wulandari
Abstrak :
Pajanan kronis benzena di lingkungan kerja selalu dihubungkan dengan gangguan hematologi. Hal ini dikarenakan sistem hematologi adalah jaringan target yang paling kritis terhadap pajanan benzena melalui rute inhalasi dan diketahui sebagai penyebab pansitopenia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar S-PMA urin dengan leukosit pada pekerja industri sepatu informal yang terpajan benzena. Penelitian menggunakan desain cross sectional di enam industri sepatu informal yang berada di kawasan Cibaduyut dengan jumlah sampel 64 pekerja. Sampel urin dan darah diambil pada masing-masing sampel untuk menilai kadar S-PMA urin dan jumlah leukosit. Kadar S-PMA urin diukur dengan menggunakan alat LC-MS/MS dan leukosit diukur menggunakan alat Automated Hematology Analyzer. Data karakteristik individu diperoleh melalui wawancara langsung. Konsentrasi benzena di udara menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar S-PMA dengan leukosit (p value: 0,048) dan kadar S-PMA urin dengan jenis pekerjaan (p value: 0,004). Sebanyak 31,3% pekerja memiliki kadar S-PMA urin melampaui BEI ACGIH (>25 μg/g kreatinin). Semakin tinggi konsentrasi benzena di udara ruang kerja, semakin banyak pekerja yang memiliki kadar S-PMA urin >25 μg/g kreatinin. Hasil uji regresi linear ganda menemukan bahwa ada kecenderungan asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan leukosit, setelah dikontrol dengan variabel jenis pekerjaan, jam kerja per hari, dan kebiasaan berolahraga. Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan penurunan jumlah leukosit. ...... Benzene high exposure in working is environment always connected to hematology disorders. This is caused by hematology system is the most critical target network toward benzene exposure through inhaling route. This study aims to analyze the relation between urinary and leukocytes S-PMA level of informal shoes industrial workers exposed to benzene. This study uses cross sectional design in six informal shoes industries which are located in Cibaduyut with the number of sample of 64 workers. Urinary and blood samples are collected on each sample to measure urinary S-PMA level and the number of leukocytes. Urinary SPMA level is measured using Automated Hematology Analyzer. Individual characteristic data are obtained through direct interview. To measure benzene concentration, secondary data of previous study is used. The result of the study indicates that there is significant correlation between S-PMA level with leukocytes (p value: 0.048) and urinary S-PMA level with the type of job (p value: 0.004). By 31.3% workers have urinary S-PMA level more than BEI ACGIH (>25 μg/g creatinine). The higher the benzene concentration of indoor air, the more workers have urinary S-PMA level > 25 μg/g creatinine. The result of double linear regression test finds that there is association tendency between urinary and leukocytes S-PMA level, after it is controlled by type of job, time of work per day, and exercising habit variables. It can be concluded that there is association between urinary S-PMA level and the number of leukocytes decrease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Rizki Sanjaya
Abstrak :
Benzene merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Dampak nonkarsinogenik yang diakibatkan diantaranya anemia dan pensitopenia. Pada pajanan benzene ditingkat rendah, menunjukkan adanya perbedaan dampak hematologi. Kadar hemoglobin merupakan salah satu parameter awal yang digunakan untuk mengetahui dampak hematologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui asosiasi pajanan benzene terhadap kadar hemoglobin. hasil penelitian. Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel mengggunakan cluster satu tingkat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 pekerja laki-laki responden. Pengukuran benzene menggunakan metode NIOSH 1501, pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan automated hematlogy analyzer. Lama kerja, usia, status merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi diukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pajanan benzene adalah 0,34 ppm dan kadar hemoglobin pekerja laki-laki adalah15,34 ± 1,14 g/dL. Berdasarkan analisis statistik, rata-rata kadar hemoglobin pajanan benzene ≤ 0,50 ppm adalah 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) dan pada pajanan benzene 0,51 ? 1 ppm adalah g/dL 15.55 (95% CI : 15.19 - 15.91). Pekerja dengan lama kerja lebih dari 6 tahun memiliki kadar hemoglobin lebih rendah 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13) dibandingkan pekerja dengan lama kerja kurang dari 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pajanan benzene di bawah 1 ppm tidak ada asosiasi yang signifikan terhadap kadar hemoglobin, namun pekerja terdapat indikasi bahwa durasi pajanan yang diukur dengan lama kerja berasosiasi dengan penurunan hemoglobin. ...... Benzene is one of the chemical substances which can cause some health effect. Noncarcinogenics effect can caused by benzene is anemia and pancytopenia. Benzene at lower concentrations have is conflicting evidence on potential hematological effects. Hemoglobin is one of hematological paramaters of hematological effects. The purpose of this study to explain association benzene exposure and effect of hemoglobin. Cross sectional study design was used, and 71 male workers selected by cluster random sampling. Benzene measurement used NIOSH 1501 method and hemoglobin measurement used by automated hematalogy analyzer. Confounding factors such as work duration, age, smoking status, alcohol consumption, and history of infection measurements by questionnares. The results showed that means of benzene exposure is 0,34 ppm and means of hemoglobin is 15,34 ± 1,14 g/dL. Statistical analysis showed that means of hemoglobin at benzene exposure ≤ 0,50 ppm is 15.15 g/dL (95% CI : 14.80 - 15.50) and means of hemoglobin at benzene exposure 0,51 - 1 ppm is 15.55 g/dL (95% CI : 15.19 - 15.91). Male-workers that work duration more than 6 yearshave decreased of hemoglobin 0,7 g/dL (95% CI: -1.32 s.d. -0.13). The conclution is benzene exposure below 1 ppm statistically not association with hemoglobin. However long-time exposure of benzene that measure with work duration statistically significant with decreased of hemoglobin.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Eva Herawati
Abstrak :
Perkembangan pemakaian karet yang terus meningkat akan meningkatkan pula limbah. Hal ini yang akan menjadi salah satu persoalan yang serius karena jika limbah hasil produksi ini tidak terkelola dengan baik. Dalam konteks ini, dilakukan penelitian daur ulang limbah dengan cara degradasi mekanis. Limbah digunakan kembali dalam formulasi kompon karet sebagai bahan pengisi dengan variasi 0; 7,5; 15; 22,5; 30; 37,5 PHR. Hasil kompon karet tersebut akan diuji sifat mekanik, sifat gugus fungsi dan sifat struktur mikrosopik. Berdasarkan hasil uji mekanik diperoleh penurunan kekuatan tarik sebesar 5,56 – 22,97%, perpanjangan putus sebesar 1,95 – 35,88% dan ketahanan kikis sebesar 5,72 – 57,31% sedangkan nilai mekanik lainnya mengalami kenaikan, yaitu kekerasan sebesar 1,61 – 3,17%, berat jenis sebesar 0,14 – 0,95% dan kekuatan sobek sebesar 7,41 – 17,14%. Berdasarkan hasil FTIR, kompon karet baik tanpa maupun penambahan limbah terlihat bahwa tidak menunjukkan adanya gugus fungsi baru, tetapi jika diamati dapat diketahui bahwa ada perubahan intensitas dan pergeseran spektrum pada kompon karet yang ditambahkan limbah karet. Berdasarkan hasil uji SEM, semakin banyak penambahan limbah pada kompon karet maka semakin banyak rongga (pori-pori) udara dan permukaan akan lebih kasar. Dari hasil pengujian sifat mekanik limbah karet pada kompon karet, diperoleh nilai-nilai yang masuk persyaratan ASTM dari formula 1 sampai dengan formula 4 dengan penambahan limbah karet ke dalam kompon karet sebesar 0; 7,5; 15 dan 22,5 PHR. ......The development of rubber usage that continues to increase will also increase waste. This will become one of the serious problems because if the waste is not managed properly. In this context, waste recycling research is carried out by vb mechanical degradation. Waste rubber is reused in the rubber compound formulation as filler with variation 0; 7.5; 15; 22.5; 30; 37.5 PHR. The results of the rubber compound will be tested for mechanical properties, functional groups and microscopic structure properties. Based on the results of mechanical tests obtained a decrease in tensile strength of 5.56 – 22.97%, elongation at break of 1.95 – 35.88% and abrasion resistance of 5.72 – 57.31% while other mechanical values have increased, namely hardness of 1.61 – 3.17%, specific gravity of 0.14 – 0.95% and tear strength of 7.41 – 17.14%. Based on the results of FTIR, both rubber compounds and waste addition does not show that there is no new functional group, but if it is observed it can be seen that there is a change in intensity and spectrum shifts in the rubber compound added with rubber waste. Based on SEM test results, the more waste added to the rubber compound, the more cavities (pores) of air and the surface will be more rough. From the results of testing the mechanical properties of rubber waste on rubber compound, obtained values that meet ASTM requirements from 1st until 4th formula with the addition of rubber waste by 0; 7.5; 15 and 22.5 PHR.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library