Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Ardjuna Ganesa
Abstrak :
ABSTRAK
Industri Pesawat Terbang sudah lama ditandai oleh kerjasama yang erat an tara swasta dengan pemerintah. Pemerintah dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropah dimasa yang lalu dan bahkan juga sekarang memberikan subsidi kepada industri pesawat terbangnya serta terlibat langsung dalam kegiatan penjualan antara lain melalui kedutaan besarnya di luar negeri.

Pemerintah dari berbagai negara di dunia menyadari manfaat melakukan investasi dalam industri pesawat terbang karena limpahan ekonomi dan teknologinya menciptakan puluhan industri baru dan ribuan peke1jaan baru. (Bartlett, Ghoshal 1995, 256).

Negara di Asia belakangan ini tidak mau ketinggalan dengan Amerika Serikat dan Eropah dalam pengembangan industri pesawat terbang, yakni disamping IPTN negara sepe11i Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina dan bahkan Malaysia juga ingin memiliki industri pesawat terbang.

Seiring dengan . berjalannya waktu para produsen pesawat terbang tidak dapat lagi mengandalkan pesawat terbang yang diproduksinya selama ini karena sudah mulai ketinggalan zaman, dimana kebutuhan pesawat terbang dimasa mendatang menuntut pesawat terbang yang lebih besar dan dengan kinerja yang lebih baik.

Pengembangan pesawat terbang baru membutuhkan biaya yang sangat besar yang diperkirakan mencapai $ 20 juta per tempat duduk, yakni berdasarkan estimasi investasi AIRBUS A-330 sebesar $ 2.5 miliar. Kebutuhan dana yang sangat besar ini membuat banyak produsen pesawat terbang yang ragu-ragu mengembangkan pesawat terbang baru, dimana beberapa diantaranya yang sudah memulai kegiatan rancang bangunnya ternyata akhirnya membatalkan rencananya.

IPTN pada tanggal 10 Agustus 1995 telah berhasil melaksanakan terbang perdana pesawat terbang N-250 yang merupakan pesawat terbang regional pertama di dunia yang menggunakan kendali operasi _fly-by-wire, menggunakan mesin turboprop modern dengan kecepatan high subsonic, menggunakan konsep pesawat terbang berbadan Iebar dan memiliki konfigurasi sayap tinggi sehingga dapat beroperasi pada Iandasan pendek.

Masalah yang kami teliti adalah strategi yang perlu ditempuh oleh IPTN untuk merebut pangsa pasar internasional maupun untuk memproteksi pasar dalam negeri agar dapat berupa captive market dalam waktu cukup lama.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, yakni menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai majalah terbitan luar negeri dan berbagai buku baik yang diterbitkan di dalam maupun luar negeri, kami menemukan akhir-akhir ini telah terjadi kolaborasi dari beberapa industri pesawat terbang dari berbagai negara dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing (AIR), dilain pihak terdapat industri pesawat terbang yang mengalami kebangkrutan (FOKKER) atau yang menghentikan produksi pesawat terbangnya (SAAB), sehingga dimasa mendatang kami perkirakan produsen pesawat terbang regional yang semula jumlahnya sangat banyak akan mengalami penciutan secara drastis, dimana kami perkirakan pesaing IPTN di pasar internasional adalah AIR dan BOMBARDIER.

Dalam persaingan di pasar internasional kami menyimpulkan IPTN jauh Iebih lemah dibandingkan pesaingnya terutama sekali dari segi posisi keuangan dan pangsa pasar. Posisi keuangan sangat penting dalam industri pesawat terbang karena titik impas umumnya dicapai karena menyangkut kurva belajar dan skala ekonomi serta efek berantai. dimana tidak heran hila AIRBUS dalam menghadapi BOEING menggunakan strategi untuk memenangkan pangsa pasar walaupun dengan resiko harus menjual dengan merugi.

Dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix kami memilih strategi IPTN berupa memasuki pasar internasional yang secara geografis dekat dengan Indonesia seperti negara-negara Asean dan Australia dengan mengandalkan keunggulan teknis dan harga dari N- 250, dimana untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional IPTN harus memproteksi pasar dalam negeri sehingga menjadi captive market sambil mengembangkan pasar dalam negeri agar lebih banyak menggunakan pesawat terbang regional seperti N-250 karena lebih ekonomis dibandingkan pesawat terbang besar dan dapat beroperasi pada landasan yang relatif pendek, segera melaksanakan restrukturisasi IPTN, menghindari persaingan frontal dengan pimpinan pasar, menjajagi aliansi strategik dengan pemilik modal berlimpah dan aliansi strategik dengan satu atau lebih pabrik pesawat terbang luar negeri, mengusahakan mendapatkan peke1jaan subkontrak dengan nilai signifikan dari BOEING dan AIRBUS.

Dalam melayani captive market Indonesia, IPTN harus berusaha secara terus menerus berorientasi kepuasan pelanggan; antara lain, memperbaiki kwalitas, waktu penyerahan dan harga dari produk dan jasanya sehingga dalam waktu relatif tidak lama sudah siap bersaing tangguh dengan produk luar negeri dipasar Indonesia tanpa perlindungan seperti hambatan tarif maupun non tarif.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Yuli Arini
Abstrak :
Industri pesawat terbang adalah industri teknologi tinggi dengan sistem industri yang kompleks. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistem yang kompleks, dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk memahami sistem industri pesawat terbang Indonesia serta mengeksplorasi struktur kebijakan yang dapat mengembangkan industri tersebut. Dengan menguji alternatif-alternatif kebijakan dan berbagai skenario pada model kuantitatif yang telah dibuat, dihasilkan kesimpulan bahwa industri pesawat terbang Indonesia perlu memiliki kebijakan yang dapat mendorong peningkatan pembelian pesawat komersial, karena selama ini industri ini terlalu bergantung kepada pihak militer untuk penjualannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas model dengan menggunakan data, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang dimiliki oleh berbagai pihak yang merupakan para aktor di industri ini. Dengan data yang lebih banyak dan luas, pemodelan untuk dapat dilakukan untuk pengujian alternatif-alternatif kebijakan lainnya dengan lebih luas.
Aircraft industry is a high-tech and complex industry. When solving problems in complex system, a holistic view of the system structure is needed. This research use System Dynamics approach to understand the system structure of Indonesian aircraft inudstri and to explore policy structure that can drive the development the industry. The policy alternatives have been set and simulated in the quantitative model of system dynamics with several scenario conditions that may happened in the future. The result of the simulation shows that Indonesian aircraft industry needs policies that can drive the sales of commercial aircraft since currently the industry still highly depended in the sales of aircraft for military uses. In the future research, the model can be expanded by using the data, both qualitative and quantitative, that hold by several actors of the industry. The more variety of data can be used to expand the model and run other policy alternatives and scenario with more level of confidence.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Soempono
Abstrak :
ABSTRAK
PT.IPTN merupakan wahana pengembangan industri yang berteknologi tinggi, sepantasnya bahwa sumber daya manusianya harus dikembangkan melalui pengembangan intelektual, pengembangan intuisi dan pengembangan phisik agar dicapai tenaga kerja yang handal.Disamping itu pengelolaanya pun mulai dari perencanaan sampai pada pemutusan hubungan kerja harus baik dan efesien, termasuk didalamnya sistem kompensasinya harus adil secara intern maupun ekstern.

Permasalahan yang timbul bahwa sistem kompensasi yang berlaku saat ini berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerja sehingga kurang memberikan motivasi berprestasi. Disamping itu bagi karyawan yang berprestasi diberikan tunjangan auser tarip berdasarkan penilaian dari masing - masing Kepala Unit Organisasi, yang belum mempunyai pedoman yang baku. Pada tahun 1989 PT. IPTN. ingin mengadopsi sistem kompensasi yang berlaku di perusahaan Boeing namun sampai saat ini belum dapat diselesaikan.

Atas dasar hal diatas maka penulis mengadakan penelitian secara discriptip yang bertujuan untuk menganalisis sistem kompensasi yang berlaku dan ingin membandingkan sistem kompensasi di Boeing serta ingin menjelaskan aspek - aspek yang tergolong dalam sistem kompensasi. Dengan demikian di harapkan dapat membantu bagi pimpinan dalam memecahkan masalah sistem kompensasi di PT. IPTN.

Sistem kompensasi harus dapat memenuhi asas keadilan intern dan keadilan ekstern.Untuk mencapai keadilan intern organisasi harus dapat menilai prestasi karyawan secara adil, Untuk pencapaiannya dapat memakai beberapa metoda diantaranya job ranking, job grading, metoda perbandingan dan point system. Sedang untuk mencapai keadilan ekstern, perusahaan harus melakukan survey pada perusahaan yang setara.

Dari hasil penelitian bahwa sebagian besar menejemen menyatakan bahwa sistem kompensasi yang berlaku tidak memberikan motivasi kerja karena tidak menilai prestasi kerja yang diberikan oleh karyawan, pemberian auser tarip tidak memberikan keadilan intern karena belum memiliki pedoman yang baku.Usaha untuk mengadopsi sistem kompensasi dari Boeing juga tidak berhasil, hal ini disebabkan karena :

Nama pekerjaan yang lama antara PT.IPTN dan Boeing tetapi job description tidak sama walaupun ada beberapa yang sama. Adanya perbedaan budaya antara karyawan PT. IPTN dengan Boeing. Belum pernah diadakan analisis jabatan. Belum memiliki tenaga ahli tentang sistem kompensasi.

Atas dasar hal diatas maka sistem yang berlaku saat ini supaya diadakan perubahan yang mendasar agar dapat memenuhi asas keadilan intern maupun ekstem. Untuk mengadakan perubahan, disarankan untuk tidak mengadopsi sistem Boeing namun memakai sistem yang sesuai dengan kondisi di PT.IPTN.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Widjajanto
Abstrak :
PT. IPTN sebagai salah satu-sahmya induslri pesawat terbang di Indonesia pada waldn-waldu mendatmg alcan meninglrallmn jumlah produlcsinyn, yang artinya alum meninglmtlmn beban kerja produlmi. Dengan meninglmmya beban kelja pada semuamesin produlcsi, hal ini alum memberllum 2 alternatif dalam pencapaian target produksi, yaitu penambahan mesin bam atm: menyerahlmn kelebihan beban kemja pads pihalc lain (vendor). Sebelum alternatifyang ada dipilih masih terdapat cara lain lllllllk mengurmgi kelebihan beban kenjaternobut yaitu dengan mengoptinmlkzm mana rnesin yang ada. Yang dimalmud menu main dalam tulism ini adalah semuajenis alat (pahat potong, fixture dm material) yang dipasanglcan alan digunakan oleh suatu mesin. Penelitian dan pembahasan pada tulisan ini berisilum studi literatur dan sludi kmus dari prosedur pembuatan menu mesin. Dalam proses penulisamya telah dilakulmn langkah-lmgkah pengumpulan inibrmasi mengenai wnldu setup, pahat potong, ixture dm produksi pesawat terbang dalam periode tertenlu. Pengolahan data d.ll!8SB1'l(2ll pada label standar ymg diperoleh dari pengalaman dan telah ada pada number referensi. Untuk menganalisia pemhuaian menu bam, perlu dibuat kelompok-kelormok ddadan diinformasiknn dalam bentnk label dan graiik. Data-data tersebut selanjuinya diolah dan digmalum oleh penulis nmluk mendapallmn hubmgan antafa lcapasitns wnktu pemesinan dengan beban ke1ja sebagai dasar pembuatan menu bam yang optimal sekaligns meminimalisasikanjumlah pahat potozg yang digunalrnn. Dengan memilih mesin TOSHIBA BMC 100(5) sebagai pilot project, hasil aldrir dari optimalisasi pemesinan ini akan diteraplmn umtuk semua mesin prodnl-mi dengan perlakuan yang sama.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raedi Fadil Zulfahmi
Abstrak :
Secara garis besar skripsi ini akan membahas mengenai sejarah perkembangan teknologi dibidang industri pesawat terbang di Indonesia. Dunia dirgantara merupakan salah satu bidang yang mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Indonesia. IPTN sebagai badan usaha milik negara mendapatkan tugas untuk menguasai teknologi tinggi tersebut. Untuk mengejar Technological Gap IPTN menggunakan konsep alih teknologi yang dinamakan Progressive Manufacturing Program. Melalui PMP Indonesia mampu menciptakan sebuah pesawat terbang sendiri bernama N-250 dalam jangka waktu 19 tahun. Konsep yang digunakan IPTN ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari 15 negara yang mampu menciptakan pesawat terbang sendiri pada tahun 1995. ......Generally this thesis will discuss about the history of the development of technology in the aircraft industry in Indonesia. World Aerospace is one of the areas that get the attention of Government Indonesia. IPTN as State-owned enterprises get the task to master high technology. To pursue the Technological Gap by IPTN using the concept of a technology called ' Progressive Manufacturing Program. Through the PMP Indonesia is able to create its own aircraft, the N-250 for a period of 19 years. The concept used by IPTN made Indonesia one of the 15 countries which are able to create his own aircraft in 1995.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widharma Raya Dipodiputro
Abstrak :
Pembangunan yang berkaitan dengan industri pesawat terbang, bangsa Indonesia telah merencanakan sejak tahun 1950an, dengan program Banteng. Dilanjutkan dengan membangun fasilitas industri penerbangan (L1PNUR) pada tahun 1960an yang masuk dalam Rencana Pembangunan Semesta Berencana. Selain itu pendirian Divisi ATTP di Pertamina tahun 1974. Tahun 1975 pemerintah terus meletakkan berbagai kebijakan, salah satunya mendirikan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yaitu pada masa PELITA II. Strategi yang berdasarkan aeronatika adalah sebuah upaya untuk menguasai teknologi dengan mulai dari atas. Dengan telah diproduksi beberapa pesawat seperti N235, N250 dan dilanjutkan dengan program pengembangan pesawat Jet-N2130. Semua itu merupakan kebijakan pemerintah di dalam meneruskan berbagai strategi yang direncanakan. Namun disadari betapa besarnya kendala pemerintah dalam pengembangan usahanya, apalagi dalam rangka mengantisipasi pasar bebas dituntut Iebih efisien, efektif, produktif dan antisipatif serta mampu bersaing dan selalu berorientasi dan berprilaku bisnis.

Maka kebijakan privatisasi merupakan salah satu solusi untuk dapat mengatasi berbagai kendala tersebut. Privatisasi berarti melibatkan pihak swasta untuk turut berperan di dalam program pengembangan pesawat Jet-N2130. Kebijakan privatisasi diharapkan akan memberikan berbagai keuntungan, secara garis besar dapat kami gambarkan sebagai berikut: Pertama perseroan tersebut akan menjadi transparan, dengan tujuan untuk menghilangkan iklim birokrasi yang korup serta akan menghilangkan Pula praktek KKN. Kedua Perseroan tersebut akan memperoleh modal baru sehingga pengembangan usaha akan menjadi lebih cepat. Ketiga dimungkinkan adanya pengalihan teknologi. Keempat privatisasi akan merubah budaya birokrasi yang lamban menjadi korporasi yang lincah dan akan bermain dengan mekanisme pasar. Kelima menjadikan perseroan tersebut independen bebas dari intervensi birokrasi sehingga kelayakan usaha dapat diutamakan. Keenam akan memperoleh akses pemasaran pesawat terbang ke manca negara. Ketujuh bermanfaat bagi rakyat banyak dan ekonomi Indonesia pada umumnya, karena saham perseroannya dijual di pasar modal sehingga pasar modal dapat lebih cepat berkembang. Selain itu penjualan saham perseroan kepada publik akan menciptakan pendistribusian pemilikan saham kepada masyarakat. Semua itu akan menumbuhkan persaingan yang sehat dan mendorong kekuatan pasar serta akan mencegah intervensi birokrasi dan kepentingan politik dalam kegiatan perusahaan tersebut.

Dengan alasan-alasan tersebut Privatisasi Program Pengembangan Pesawat Jet-N2130 merupakan salah satu alternatif terbaik untuk dilaksanakan karena dari pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa berbagai keputusan bisnis yang didasarkan pada campur tangan birokrasi dan politik pada umumnya hanya akan menyebabkan memburuknya kinerja perseroan akibat dikesampingkannya pertimbangan kelayakan usaha dan didahulukannya kepentingan-kepentingan lain yang tidak selaras dengan misi perusahaan. Berbagai kajian menunjukkan bahwa bila sebuah perusahaan dimiliki oleh pemerintah 100%, maka kontrol atas badan usaha tersebut terjadi berbagai distorsi. Benturan kepentingan antara fungsi pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara bisnis tidak dapat dihindari. Privatisasi Program Pengembangan Pesawat Jet-N2130 merupakan salah satu cara pemerintah untuk menjadikan Perseroan dapat berjalan sebagaimana mestinya badan usaha.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Said
Abstrak :
Paduan aluminium AI 2024-T3 bentuk pelat (clad) sering digunakan dalam industri pesawat terbang sebagai bahan kulit, lantai dan struktur. Bahan ini dalam pengoperasiannya yang cukup lama sebagai bahan komponen pesawat terbang akan mengalami retak, dan jenis keretakan yang sering dijumpai dalam praktek adalah retak fatik (fatigue cracking) dan retak karena korosi (corrosion cracking). Retak kecil yang terjadi tidak boleh dibiarkan merambat karena pada akhirnya akan menyebabkan katastrope pada pesawat terbang. Retak kecil perlu direparasi, dan salah satu teknik reparasi retak yang dibahas dalam penelitian ini adalah tambalan retak (crack patching) dengan menggunakan bahan penguat komposit jenis graphite/epoxy. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah mengurangi faktor intensitas tegangan (K) di sekitar ujung retak di bawah tambalan, sehingga pertumbuhan retak diperlambat yang berakibat umur komponen/struktur bertambah. Namun tambalan retak akan menyebabkan timbulnya tegangan-sisa jenis tarik pada pelat aluminium retak di bawah tambalan setelah proses pengeleman (bonding) selesai. Analisa tegangan sisa disekitar ujung retak di bawah tambalan dengan menggunakan strain gauges kisi 0,6 mm sebanyak 5 (lima) buah pada sampel pertama (sisi-B) dan 4 (empat) buah pada sampel kedua (sisi-A) menunjukkan bahwa untuk temperatur kamar, daerah sekitar ujung retak masih elastis. Besarnya tegangan sisa arah sumbu-Y secara eksperimental yang ditunjukkan oleh strain gauge SG6/7 dan SG3 yang ditempelkan dalam jarak 2 mm dan 5 mm dari ujung retak, masing-masing adalah 119,739 MPa dan 108,843 MPa. Hasil pengukuran tegangan sisa ini dibandingkan dengan tegangan sisa puncak (ór) hasil perhitungan teoritis, dan dari perbandingan tersebut diperoleh suatu faktor korelasi (frs) atas rumus ór teoritis terhadap hasil eksperimental. Faktor korelasi (f) juga diperoleh dengan membandingkan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) eksperimental dengan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) teoritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor korelasi tegangan sisa (frs) adalah 1,13243 (untuk r = 2 mm) dan 1,02937 (untuk r = 5 mm), sedangkan faktor korelasi intensitas tegangan sisa (Fkr) adalah 0,82735 (untuk r = 2 mm) dan 1,22296 (untuk r = 5 mm). Selanjutnya, akibat beban kerja/aplikasi sebesar ómax=120 MPa , maka pada ujung retak akan terbentuk daerah plastis setempat, di mana diameter daerah plastis tersebut adalah : 2rp = 1,2503 mm menurut teori Irwin dan R = 1,5425 mm menurut teori Dugdale. Selain itu, dalam penelitian ini dicari juga korelasi antara tegangan sisa arah sumbu-Y dua milimeter dari ujung retak terhadap perubahan temperatur, dan hasilnya diperoleh suatu korelasi linier pada ambang temperatur 28°C - 67°C. Kemudian dari analisa komposisi kimia dan uji tarik statis bahan AI 2024-T3 ternyata bahan yang diteliti sesuai dengan spesifikasi standar dalam buku referensi aluminium.
An aluminum alloy of AI 2024-T3 clad is frequently used in aircraft industries as the basic material of skins, floors and structures. Due to service loading, the material can undergo defects that are normally in the forms of fatigue or corrosion cracks. The existence of these cracks can not be ignored because if they propagate to their critical sizes, they can cause a catastrophe of the aircraft. In order minimize the risk of the aircraft catastrophe the growth of the cracks along with the service loading has to be periodically monitored or repaired. In this thesis, one aspect of repairing defective aircraft structures using adhesively bonded graphite/epoxy patches (crack patching) is studied. This technique of repair can provide some advantages, where one of them is to reduce the stress intensity factor (K) in the vicinity of the crack tip under the patched area so that the crack growth rate can be decelerated and consequently, this can improve the fatigue life of the patched component. However, the technique of crack patching will result in a tensile residual stress in the metallic component after a bonding process and this residual stress is the main interest, which is studied in this research program. Experimental measurement of the residual stress under the patched area was carried out using 5 and 4 strain gauges of 0.6 mm grid fixed on the first sample (side-B) and the second one (side-A) respectively, where the results show that at a room temperature the area near by the crack tip is still elastic. The values of residual stresses in the direction of Y axis, which were measured by the strain gauges SG6/7 and SG3 at the distance of 2 mm and 5 mm ahead of the crack tip are 119.739 MPa and 108.843 MPa respectively. The results of the residual stress measurement are compared to peak values (ór) calculated using a theoretical formula and then a correlation factor (frs) between the formula and the actual values can be obtained. The same method of comparison is also performed for the theoretical and experimental residual stress intensity factor in order to obtain a correlation factor (fkr) between the theoretical and experimental residual stress intensity factor. Research results indicate that at r = 2 mm, the values of frs is 1.13243 and fkr is 0.82735, while at r = 5 mm both values of frs and fkr are 1.02937 and 1.22296 respectively. Under the maximum stress ómax=120 MPa applied remote from the patched area, a small plastic zone is formed at the crack tip and its size is 2rp = 1.2503 mm according to Irwin's theory or R = 1.5425 mm according to Dugdale's one. In this research program, the effect of temperature changes on the value of residual stress in the direction of Y axis at the distance of 2 mm ahead of the crack tip was also studied and the result shows that at temperature ranges of 28°C - 67° the residual stress linearly correlates to the temperature changes. A chemical composition analysis and a tensile test of the AI 2024-T3 used indicate that the results obtained agree well to the data in the aluminum hand book.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadan Maulana Hermawan
Abstrak :
[ABSTRAK Selain menjalankan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) juga dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan loyalitas konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh aktivitas CSR pada perusahaan pesawat terbang lokal dan perusahaan perbankan lokal terhadap Customer Loyalty dengan memasukkan Customer Trust, C-C Identification, dan Customer Satisfaction yang dimiliki konsumen sebagai pertimbangan. Pemilihan kedua industri ini dilakukan melihat pertumbuhan yang dialami kian meningkat setiap tahunnya. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang pernah menggunakan jasa pesawat terbang lokal dalam enam bulan terakhir dan konsumen yang telah tercatat sebagai nasabah dari bank lokal enam bulan terakhir sebelum penelitian dimulai. Penelitian ini menggunakan metode Stuctural Equation Modeling SEM dan menemukan bahwa untuk konsumen perusahaan pesawat terbang lokal aktivitas CSR perusahaan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap Custmer Loyalty melalui mediasi Customer Trust sedangkan untuk konsumen bank lokal aktivitas CSR dapat berpengaruh secara signifikan terhadap Customer Loyalty melalui mediasi dari C-C Identification.
ABSTRACT ;In addition to running the rules set by the government the activity of Corporate Social Responsibility CSR is also carried out by the company in increasing customer loyalty This study aims to analyze the influence of CSR activities at the local aircraft company and local banking company to Customer Loyalty by inserting Customer Trust C C Identification and Customer Satisfaction owned by the consumer as consideration Selection of these two industries because of growth that has occurred every year The sample was consumers who have used the services of local aircraft in the last six months and consumers were registered as clients of local banks in the six months before the study began This study uses Stuctural Equation Modeling SEM and found that for consumers from local aircraft the company 39 s CSR activities significantly affect Customer Loyalty through mediation of Custmer Trust while consumers from local bank CSR activities significantly affect the Customer Loyalty through mediation of C C Identification , In addition to running the rules set by the government the activity of Corporate Social Responsibility CSR is also carried out by the company in increasing customer loyalty This study aims to analyze the influence of CSR activities at the local aircraft company and local banking company to Customer Loyalty by inserting Customer Trust C C Identification and Customer Satisfaction owned by the consumer as consideration Selection of these two industries because of growth that has occurred every year The sample was consumers who have used the services of local aircraft in the last six months and consumers were registered as clients of local banks in the six months before the study began This study uses Stuctural Equation Modeling SEM and found that for consumers from local aircraft the company 39 s CSR activities significantly affect Customer Loyalty through mediation of Custmer Trust while consumers from local bank CSR activities significantly affect the Customer Loyalty through mediation of C C Identification ]
2015
S60735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library