Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fera Azrita Khairunura
Abstrak :
Dalam relasinya dengan ranah dunia industri, seni dan segala wujud aktivitas berkesenian tidak lagi dilihat sebatas pada kemampuannya mewujudkan kreasi bentuk dari kualitas-kualitas kehidupan manusia, melainkan sejauh mana ia mampu menciptakan daya konsumsi pasar. Sebagai konsekwensinya, seni pun cenderung kehilangan „aura? sejatinya (kehilangan wibawa/hak aslinya, hingga menjadi sangat bergantung pada kesukaan dan kegemaran massa selaku pihak konsumen). Alienasi dan fethisisme lantas menjadi dilemma sekaligus problematika klasik yang senantiasa menyertai situasi serta kondisi semacam ini. Dari sudut pandang para star, alienasi yang mampu menggeser posisi berbagai bentuk karya musik sebagai objek hasil ciptaan mereka, menjadi subjek yang justru dengan kekuatannya sendiri memiliki “kuasa” untuk mengarahkan pilihan-pilihannya dalam bermusik, akhirnya melahirkan model pemujaan (fetish) terhadap bentuk-bentuk karya tersebut, yang bahkan tidak lagi mencerminkan diri mereka didalamnya. Namun demikian, segenap rangkaian proses perjalanan Storia sebagai satu kelompok musik (band) pendatang baru yang tengah berupaya menapaki rangkaian proses perjalanannya sebagai star di kancah blantika industri musik tanah air, nyatanya menunjukkan bahwa diluar dari dilemma dan problematika khas ranah dunia industri tersebut, tiap-tiap keputusan penting hingga perubahan-perubahan besar di tubuh sang bintang sesungguhnya justru berakar dari beragam konstruksi moda relasi yang terwujud diantara para aktor terkait. Disisi lain, gambaran seperti ini secara tidak langsung juga menegaskan bagaimana perihal orientasi bermusik dari para musisi di realitas ranah dunia industri yang hadir lewat kategori-kategori anonim penanda status maupun peranan mereka terkait klasifikasi bidang pekerjaan/keahlian, seperti; istilah star, sessionist, composer, arranger, vocal director, dan lain sebagainya, sejatinya merupakan imajinasi dari para aktor, yang mewujud ke dalam tindakan maupun proses sosial, melalui relasinya antara satu sama lain. Begitu pula halnya sebagai sebuah sistem gagasan yang besar lagi kokoh, kedudukan kapitalisme sebagai basis logika yang memayungi realitas dunia industri modern saat ini, tetap saja tidaklah ajeg, melainkan sangat luwes, dinamis, serta kontekstual. ......Arts and all forms of artistic activities is no longer limited to its ability to materialize the quality of life into the creation of a form, but the extent to which it can create the consumption capacity of the market. This is especially true in its context to the realm of industry. Consequently, arts tend to loose its true 'aura' (loosing its power / basic right, so it is highly dependent on the preferences and craze of the mass as the consumers). Alienation and fetishism then become a dilemma as well as classic problems that usually arise in this kind of situation and conditions. From the star point of view, alienation can shift the position of various forms of musical product as the product of their creations to become a subject precisely that just with its own strength has the "power" to determine his choices in music. This eventually ends up with worship (fetish) against the product, which does not even reflect themselves in it any more. However, the whole processes that Storia has gone through as a new group (Band) crafting its way up in the arena of music industry in the country, in fact, shows that beyond the typical dilemma and problems of the industry, every important decision, even up to major changes in the existence of the star, is actually rooted from the diverse forms or modes of relationships between the stakeholders involved. On the other hand, this picture also indirectly confirms, how musical orientation of the musicians in the industry exists through the anonymous categories, marked by their status as well as roles in relations to the types of work/expertise they do in music. Terms such as star, sessionist, composer, arranger, vocal director, and so forth, are actually the imagination of the actors that manifests into actions and social processs, through their relationships with each other. Similarly, as a great and robust system of ideas, the position of capitalism as the basic logics that overarches the reality of the modern industry today, is still not steady, but very flexible, dynamic and contextual.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Umar Ghifari
Abstrak :
Penelitian ini membahas bagaimana perkembangan Musica Studio rsquo;s dalam mempertahankan eksistensinya dalam industri musik Indonesia selama 1971-2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan Musica Studio rsquo;s dalam mempertahankan eksistensinya. Metode penelitian sejarah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi digunakan dalam penelitian ini. Data-data penelitian bersumber dari sumber primer dan sekunder yang didapat dari Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan Batu Api Jatinangor, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta dan lain-lain. Upaya Musica dalam mempertahankan eksistensinya mulai dari beradaptasin dengan perubahan teknologi, tren masyarakat Indonesia dan melawan pembajakan membuatnya tetap eksis selama 44 tahun. Musica Studio rsquo;s menunjukkan kualitas perusahaan dengan mengorbitkan banyak musisi ternama seperti Chrisye, Iwan Fals, Titiek Puspa, Rafika Duri, Grace Simon, New Rollies dan masih banyak lagi. Keberhasilan Musica dalam mendirikan perusahaan tidak lepas dari kontribusi Amin Widjaja, pendiri dari Musica itu sendiri. Amin memimpin Musica pada tahun 1971 hingga akhirnya ia meninggal pada tahun 1979. Kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yang kedua, Sendjaja Widjaja. Benang merah kepemimpinan Amin dengan anaknya adalah nilai kekeluargaan yang diterapkan dalam perusahaan. ...... This study discusses how the development of Musica Studios in maintaining its presence in the Indonesian music industry during 1971 2005. This study aims to determine the efforts made Musica Studios in maintaining its presence. Heuristic methods of historical research, criticism, interpretation and historiography used in this study. Data were derived from primary and secondary sources were obtained from the Central Library of the University of Indonesia, Jatinangor Flint Library, the Library of Jakarta and others. Musica efforts in maintaining its presence from beradaptasin with changes in technology, the trend of Indonesian society and the fight against piracy makes it remained for 44 years. Musica Studio's orbit show quality company with many renowned musicians like Christophe, Iwan Fals, Titik Puspa, Rafika Duri, Grace Simon, New Rollies and much more. Musica success in establishing the corporation can not be separated from the contribution Amin Widjaja, founder of Musica itself. Amin led Musica in 1971 until he died in 1979. His leadership was replaced by a second son, Sendjaja Widjaja. The common thread is the leadership of Amin with his family values that are applied within the company.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S67846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Christian Andre
Abstrak :
Penelitian ini membahas disintermediasi, praktik bisnis musik yang memotong perantara alur komunikasi produser dengan konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang akan mengeksplorasi peranan jejaring sosial Instagram pada industri musik. Fokusnya lebih kepada perubahan alur produksi hingga distribusi karya musik, serta ragam manfaat yang diperoleh musisi. Adapun subjek penelitiannya adalah komunitas Indomusikgram yang merupakan pionir video berisikan permainan musik/lagu berdurasi 15 detik di Instagram Indonesia. Pada akhirnya, penelitian ini menemukan realita bahwa penggunaan Instagram memberikan kemudahan bagi musisi dalam hal produksi dan distribusi (khususnya promosi) sehingga mampu mencapai tujuan-tujuan komersil dan eksis di industri musik Indonesia. Model bisnis crowdsourcing juga perlu diterapkan dalam perkembangan industri musik selanjutnya. Indomusikgram dan para musisinya menunjukkan keberhasilan model ini bahkan dapat menduniakan musik Indonesia melalui Instagram.
This research mainly talks about disintermediation, business practice which may effect to cut off the intermediation ?flow of communication? between producer and consumer. This research uses a study case approach that explore the role of social network Instagram on music industry. This research focuses in change the flow of music production and distribution, as well as the variety of benefits that musicians can get. The research's subject is Indomusikgram community who become the pioneer of fifteen second music video in Instagram?s Indonesia. The research finds that Instagram gives an easiness in music production and distribution especially for promoting musician to reach the commercials aim and survive on music industry. Crowdsourcing model should also be applied in the further development of the music industry. Indomusikgram and their musicians have demonstrated the success of this model can even globalize music Indonesia through Instagram.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S63447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Argia Adhidhanendra
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Kenny Skagerlund et al (2018) dengan menggunakan model yang ditawarkan oleh penelitian tersebut dalam cakupan yang sempit dan tepat waktu (just in time), sesuai dengan saran Fernandes et al (2014) untuk penelitian literasi finansial agar dapat menjadi landasan intervensi yang tepat. Industri musik independen hari ini mewakili 39% dari total industri musik, namun industri musik sendiri hanya berkontribusi 0.48% terhadap GDP industri kreatif di Indonesia.  Penelitian ini menganalisis mengapa kontribusi industri musik begitu kecil dengan mengamati literasi finansial industri musik independen beserta variabel dibaliknya (construct) sesuai dengan model yang ditawarakan Skagerlund et al (2018). Studi ini menemukan bahwa model yang ditawarkan tidak bisa diimplementasikan pada industri musik independen dan studi yang sifatnya spesifik pada suatu industri lebih jauhnya harus bersifat induktif, bukan deduktif. Studi ini juga menemukan adanya kegelisahan yang bersifat industrial.
ABSTRACT
This research is an adaptation of a prior research by Kenny Skagerlund et al (2018) to test the model proposed by said research within a narrow and just in time scope, as suggested by Fernandes et al (2014). The indepedent music industry has come a long way, now holding 39% of the whole music industry, but the industry at large only contributed 0.48% to the total GDP of Indonesia. This study explored the cause of this by analyzing the independent music industrys financial literacy and its construct, as proposed by Skagerlund et al (2018). This study finds that the proposed model cannot be implemented in the independent music industry and any industry-specific model of financial literacy and its construct should be done in an inductive approach rather than deductive. This study also finds  that theres an industrial anxiety that should be explored in further research.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
R. Muhammad Mulyadi
Abstrak :
Musik Pop, jazz, dan rock berkembang di Indonesia setelah kebijakan antikebudayaan Barat tidak lagi diterapkan di Indonesia. Sebagai musik yang berakar dari Barat, ketiga jenis musik itu tidak hanya tumbuh sebagai suatu ekspresi kesenian, musik telah tumbuh pula sebagai suatu industri. Ada beberapa kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan musik sebagai industri, antara lain pencipta lagu, musisi, penyanyi, produser, dan promotor pementasan. Kelompok yang terlibat dalam penciptaan suatu karya musik saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga terwujud suatu karya musik. Selain itu mereka juga berinteraksi dengan situasi politik, ekonomi, dan teknologi. Interaksi itu membentuk poly industri musik yang ditentukan oleh suatu kekuatan tertentu.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T4858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Nila Chrisanty
Abstrak :
ABSTRAK Musik merupakan salah satu produk yang selalu diciptakan dan dibutuhkan oleh semua orang di dunia, Perusahaan rekaman telah membuat musik dapat dipasarkan ke konsumen selama ini dengan mencari artis yang berkualitas, merekam musik dan akhirnya memasarkannya ke konsumen disertal kegiatan promosi. Kegiatan operasional yang telah dilakukan oleh berbagai perusahaan rekaman telah berjalan selama bertahun-tahun secara konvensional. Industri rekaman sendiri telah memasuki tahapan dewasa (mature) dimana produknya telah terstandarisasi, memiliki jangkauan pasar yang luas dan memiliki jumlah distribusi yang besar. Namun lingkungan bisnis pada industri rekaman yang telah terbentuk tersebut terus mengalami perubahan yang diakibatkan adanya faktor-faktor yang membawa dampak positif maupun negatif bagi para perusahaan rekaman. Faktor utama yang telah mengubah tahapan sikius hidup industri rekaman tersebut adalah banyaknya produk bajakan yang melalui proses Counterfeit, Pirate dan Boot Legging yang berada di pasaran. Hal ini membuat produk serupa menjadi over-capacity sehingga dapat menimbulkan terjadinya perang harga. Keadaan ini diperburuk dengan adanya jenis faktor lain berupa teknologi telah menciptakan adanya internet yaitu salah satu media yang memiliki jaringan elektronik dengan menggunakan komputer. Internet tersebut selain membawa keuntungan bagi pemakainya berupa mempemudah dalam memperoleh akses untuk mendapatkan informasi maupun melakukan transaksi juga telah mempermudah terjadinya proses pembajakan karena belum adanya hukum (Cyberlaw) yang mengatur berbagal kegiatan yang dilakukan melalui internet. PT. Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) sebagai salah satu perusahaan rekaman besar di indonesia juga menghadapi perubahan lingungan bisnis yang ada. Strategi yang sebagian besar merupakan strategi yang diterapkan oleh pibak Sony Music pusat yang berada di New York telah membuat perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya secara baik selama ini. Namun dengan adanya perubahan lingkungan bisnis yang terjadi, PT. SMEI harus dapat mereformulasikan kembali strategìnya. Berbagai masalah yang timbul bagi perusahaan SMEI alcibat perubahan lingkungan tersebut antara lain adalah: over-capacity product yang dapat menyebabkan terjadinya perang harga, kegiatan pembajakan (konvensional maupun melalui Internet) yang terus mengambil market share dan profit yang dimiliki perusahaan serta semakin banyaknya pesaing baru yang menggunakan media internet dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Karya akhir ¡ni berusaha melihat alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan berdasarkan resources based dan market based. Hal tersebut dilakukan dengan dasar keinginan untuk terus melakukan inovasi tanpa lepas dari kenyataan yang terjadi di pasarnya. Sehingga berbagai alat yang digunakan masih terkait dengan pasar dengan harapan pengembangan yang dilakukan pada kemampuan sumber daya perusahaan sejalan dan sesuai dengan keadan lingkungan pasar. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan perusahaan SMEI adalah melakukan Non Price Competition Strategy yang meliputi tindakan perluasan produk, pengembangan produk, perluasan pasar serta pengembangan pasar. Semua tindakan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya peperangan harga antar pesaing. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah perluasan pasar dengan tetap melakukan kegiatan promosi secara konsisten pada berbagai media termasuk media internet secara maksimal, pengembangan produk dengan cara memasarkan produknya kedalam bentuk (features) baru yaitu MP3 (piringan yang mampu memuat puluhan file musik), mengembangkan pasar dengan cara memenuhi semua segmen konsumen yang ada serta memiliki semua artis yang mewakili setiap jenis rnusik yang ada dan yang terakhir adalah memperluas produk dengan cara menawarkan suatu bentuk produk MP3 kepada konsurnen lainnya yang relevan seperti konsumen elektronik dan komputer. Sedangkan untuk memerangi kegiatan pembajakan dalam bentuk kaset atan CD, pihak SWEET dapat terus serta dalam kegiatan penerapan Undang-Undang HAKI dengan pihak pemerintah serta melakukan berbagai kampanye tentang kesadaran menerapkan UU HAKI kepada masyarakat, Cyberlaw, yang sedang melalui proses penyusunan, juga akan menjadi pelindung perusahaan dalam melakukan kegiatannya melalui media internet. Dalam mempertahankan keunggulan bersaingnya, pihak SWEET dapat terus menerapkan sistem manajemen yang baik dan fair kepada para artis maupun organisasinya sehingga artis yang merupakan assets perusahaan rekaman akan terus terjaga kualitas maupun keloyalannya. Brand produk juga tetap dijaga dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta menjalin hubungan yang balk dengan konsumen. Sedangkan untuk mengatasi keadaan persaingan dengan para pemain baru yang menggunakan media internet untuk melakukan kegiatan operasionalnya, pihak SMEI dapat melakukan tindakan bekerjasama dengan berbagai perusahaan Dot.Com yang ada contohnya MP3.Com untuk melakukan pendistribusian file musiknya melalui proses Down-Loading dengan pembayaran yang sesuai saat Cyberlaw telah diterapkan secara pasti oleh pihak yang berwenang. Proses pendistribusian melalui internet ¡ni merupakan salah satu jenis jalur distribusi baru yang dapat digunakan perusahaan. Namun hal ini juga harus didukung dengan adanya Complementasy Assets berupa assets physical yang menunjang (hardware & infrastruktur), kemampuan organisasi perusahaan (SDM) serta kemampuan mengelola dengan sistem kinerja yang baru.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirul Khair
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dampak dari teknologi digital dan kemajuan teknologi informasi terhadap keseluruhan operasi industri musik independen, khususnya efektivitas strategi pemasaran. Hasil analisis dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan cara mengeksploitasi teknologi digital dan teknologi informasi, industri musik independen mampu meningkatkan efektivitas strategi pemasaran. Dengan demikian, biaya layanan streaming dimasukkan sebagai salah satu komponen dari model produk dan promosi. Selain itu, strategi penetapan harga alternatif diperlukan untuk memberikan insentif yang signifikan dalam menarik minat konsumen. Peentingnya format digital menyoroti distribusi musik ke depannya. ......The purpose of this study is to analyse the implication of digital technology and advanced information technology in regards to the overall operation of independent music industry, particularly in terms of marketing effectiveness. The analysis revealed that through such exploitation of digital and information technology, independent music industry is able to enhance marketing strategies more effectively. In doing so, the inclusion of streaming services is used as part of product and promotion model. Furthermore, alternative pricing strategy is necessary to provide necessary incentivesin enticing music consumer. The importance of digital format highlights the future of distribution through music.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanda Khalifah Putri
Abstrak :
Dalam industri musik terdapat dua jenis industri yaitu major dan independen. keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Kedua industri tersebut memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, adalah d’Masiv sebuah band yang memiliki identitas sebagai band major yang ingin memperluas karyanya hingga ke kalangan independen. d’Masiv sebagai band major perlu menyusun strategi-strategi agar dapat diterima di kalangan independen, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa strategi dibutuhkan untuk membentuk identitas band dalam bermusik ......In the music industry there are two kinds of industries, namely are major and independent. with very significant differences. Between them both of these industries have a different focus and purpose. d'Masiv is a band that has an identity as a major band that wants to expand his work to the independent circles. d'Masiv as a major band needs to devise strategies to be accepted among independents from it can be seen that the strategy needed to establish the identity of the band musically
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>