Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Naufal Rayhan
Abstrak :
Skripsi ini membahas sistem manajemen yang saat ini berjalan untuk pengembangan industri kreatif di Indonesia dalam sub sektor kuliner. Penelitian ini disusun dengan desain studi kasus dengan mengadaptasi model Lazuardi & Triady (2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pandangan yang berbeda dalam mengembangkan industri kreatif melalui pendekatan sistem dinamis. Industri kuliner sendiri adalah industri yang sangat menjanjikan di Indonesia dan telah menjadi penyumbang nomor satu dalam banyak aspek untuk Industri Kreatif. Hasil analisis ini adalah pemerintah harus menerapkan kebijakan Pengembangan Pendidikan dibandingkan dengan kebijakan Pendanaan Langsung untuk UMKM dalam industri kuliner. ......This research discusses the existing management system for the development of creative industries in Indonesia in the culinary subsector. This study was compiled by case study design by adapting the Lazuardi & Triady model (2015). The purpose of this study is to provide different views in developing the creative industry through the system dynamics approach. The culinary industry itself is a really promising industry in Indonesia and have become the number one contributor in many aspects for Creative Industry. The results of the analysis is government should implement Education Development policy instead of Direct Funding policy for MSMEs in culinary industry.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Fitriati
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
338.642 RAC m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Uyuunul Mauidzoh
Abstrak :
ABSTRAK
Panti Asuhan Miftahunnajah Wonocatur Banguntapan dapat dikembangkan agar lebih mandiri secara ekonomi dengan tidak selalu menggantungkan pada sumbangan donator yang ada. Lingkungan disekitar panti asuhan banyak tersedia sumber daya yang bisa diangkat untuk dikembangkan dalam bentuk industri kreatif. Salah satu sumber daya yang ada adalah adanya limbah konveksi berupa kain perca. Kreatifitas para santri panti asuhan Miftahunnajah ini perlu dikembangkan agar bisa menangkap peluang yang ada di sekitarnya, salah satunya dengan memanfaatkan kain perca menjadi produk kreatif dan bisa dipasarkan sehingga dapat mendukung perekenomian panti asuhan dan menjadi Panti Asuhan yang mandiri secara ekonomi. Oleh karena itu dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Tahun Akademik 2017/2018 ini, pelaksana pengabdian melakukan pendampingan untuk membimbing Panti Asuhan Miftahunnajah dalam memasarkan produk kreatif dari bahan limbah kain perca sehingga dapat mendukung perekenomian panti asuhan dan menjadi Panti Asuhan yang mandiri secara ekonomi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah sebagai berikut:1) Melakukan survey untuk mengetahui kondisi Panti Asuhan Miftahunnajah Wonocatur Banguntapan, 2) Melakukan pendataan industri kreatif yang layak untuk dilakukan pendampingan, 3) Melakukan pendampingan usaha berupa bimbingan pemasaran produk kreatif dari bahan limbah kain perca. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah anak-anak di Panti Asuhan Miftahunnajah dapat membuat media promosi di media sosial (fan page facebook) serta dapat membuat iklan sederhana menggunakan software Coral draw.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2018
600 JPM 1:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yasrin Zabidi
Abstrak :
ABSTRAK
Panti Asuhan Miftahunnajah merupakan kelompok masyarakat yang mengelenggarakan pendidikan pesantren untuk anak anak yatim. Untuk tujuan tersebut pengelola panti asuhan tersebut membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit dalam penyelenggaraan pendidikan dan memenuhi kebutuhan hidup santri-santrinya. Selama ini dana yang digunakan untuk operasional sebagian besar masih menggantungkan pada donatur dari para penyandang dana. Santri-santri yang ada di Panti Asuhan ini mempunyai potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan agar bisa lebih mandiri secara ekonomi dan tidak hanya menggantungkan pada sumbangan donator atau penyandang dana yang ada. Sementara di lingkungan sekitar panti asuhan tersebut banyak sumber daya yang bisa diangkat untuk dikembangkan dalam bentuk industri kreatif. Salah satu sumber daya yang ada adalah adanya limbah kain perca hasil dari industri kecil konveksi yang ada di Yogyakarta. Kreatifitas dan inovasi santri-santri panti asuhan Miftahunnajah ini perlu dikembangkan agar bisa menangkap peluang yang ada di sekitarnya. Solusi untuk mengatasi permasalahan kurangnya kreatifitas dan inovasi para santri di Panti Asuhan Miftahunnajah adalah dengan memberikan pendampingan bimbingan usaha. Oleh karena itu dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat T.A. 2017/2018 ini, pengusul melakukan kegiatan pendampingan untuk membina dan membimbing Panti Asuhan Miftahunnajah dalam membuat produk kreatif dan inovasi dari bahan limbah kain perca yang ada di lingkungan sekitarnya untuk menjadi produk kreatif dan bisa dipasarkan sehingga dapat mendukung perekenomian panti asuhan dan menjadi Panti Asuhan yang mandiri secara ekonomi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah sebagai berikut :1) Melakukan survey untuk mengetahui kondisi Panti Asuhan Miftahunnajah di wilayah Wonocatur Banguntapan, 2) Melakukan pendataan industri kreatif yang layak untuk dilakukan pembinaan/pendampingan, 3) Melakukan pendampingan usaha berupa bimbingan pembuatan produk kreatif dan inovatif dari bahan limbah yang bisa dikembangkan di Panti asuhan Miftahunnajah Wonocatur Banguntapan. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah anak-anak di Panti Asuhan Miftahunnajah dapat membuat produk kreatifitas dan inovasi dari bahan limbah kain perca.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2018
600 JPM 1:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Ais Pangampih, 2010
079 CUPMA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Fathurahman
Abstrak :
Improving creative economy is very important for a nation. Bandung City for example, has increased creative industry to construct competitive business climate (Pangestu, 2012). Developing telematics creative industry at Cimahi City done to enhance region competitiveness and society welfare through community of practice is called Cimahi Creative Association (CCA) (Nugroho, 2011). This research use framework: the relational economy from Bathelt & Glűckler (2011). The novelty of this research is used the relational economy theory to explain development of telematics creative industry. In order to develop competitiveness for Cimahi telematics creative industry use intellectual instrument that is human activity systems in the form of root definition and then create conceptual models for research interest with eight dimension of relational economy that are: organization, evolution, innovation, interaction, knowledge, geographic market, cluster, and institution. These eight dimensions of relational economy are improvement from four dimensions of relational economy from Bathelt & Glűckler (2011). There are three conceptual models of problem solving interest: Cimahi telematics creative industry, developing relational economy: Cimahi creative industries, Cimahi Creative Associations as hybrid organization. Intellectual instrument such as conceptual models used for comparison stage and formulate recommendation for research result that is at the five and six stage in using soft systems methodology. Refer to norms of soft systems methodology; comparison and debating process to research interest involve soft systems methodology practitioner, academic advisor and academic reviewers. While for problem solving interest involve stakeholders at three level institutions of Cimahi telematics creative industry and soft systems methodology practitioner. Economic processes as "relational" because economic action is social action. Individual preferences, norms, values, ethics, tastes, styles, needs, and objectives emerge from and are co-constituted through the social embedding of economic action and interaction. Implication relational economy framework contains contextuality, path dependency and contingency. Dimensions of relational economy such as organization, evolution, innovation, interaction, knowledge, geographic market, cluster, institution look into economy action embedded at social relation structure and alignment with institutional structure and relevant social reality. Using relational framework is suitable and relevant with developing competitiveness for Cimahi telematics creative industry.
Pengembangan ekonomi kreatif sangatlah penting dimana ekonomi kreatif mempunyai pengaruh pada suatu negara. Kota Bandung dapat dijadikan contoh di mana pertumbuhan industri kreatif mengarahkan pada pembentukan iklim bisnis yang kompetitif. (Pangestu, 2012). Pengembangan industri telematika di kota Cimahi dilakukan untuk meningkatkan daya saing daerah dan kesejahteraan masyarakatnya yang berkumpul dalam satu wadah komunitas yang diberi nama Cimahi Creative Association (CCA) (Nugroho, 2011). Penelitian ini menggunakan kerangka teori (F) the Relational Economy dari Bathelt & Glűckler (2011). Kebaharuan dalam penelitian ini adalah digunakannya teori the Relational Economy dari Bathelt & Glűckler (2011) untuk menjelaskan pembangunan daya saing industri kreatif telematika di mana penggunaan teori tersebut dalam bidang Ilmu Administrasi dapat dikatakan relatif masih sedikit. Dalam upaya membangun daya saing Industri Kreatif Telematika Kota Cimahi, digunakan alat bantu intelektual berupa human activity systems dalam bentuk root definition, yang kemudian dibuat model konseptualnya untuk research interest yang terdiri dari delapan dimensi relational economy yaitu dimensi organisasi, evolusi, inovasi, interaksi, pengetahuan, pasar geografis, klaster, institusi dari ekonomi relasional dan klaster industri kreatif telematika Kota Cimahi. Hal ini merupakan pengayaan dimensi relational economy dari empat dimensi seperti yang diperkenalkan oleh Bathelt & Glückler (2011). Terdapat tiga model konseptual untuk problem solving interest terkait dengan industri kreatif telematika Kota Cimahi yaitu membangun ekonomi relasional industri kreatif Kota Cimahi, klaster industri kreatif Kota Cimahi dan hybrid organization - Cimahi Creative Associations. Alat intelektual berupa model konseptual tersebut digunakan pada tahap perbandingan dan perumusan rekomendasi hasil riset, yaitu pada tahap lima dan tahap enam dalam prosedur Soft Systems Methodology. Sesuai dengan kaidah dalam Soft Systems Methodology, proses pembandingan dan debating ini untuk tujuan penelitian teoretik yang melibatkan peneliti, promotor dan ko promotor serta para penguji lainnya sebagai academic reviewers. Sedangkan untuk problem solving interest melibatkan para pemangku kepentingan di tiga tataran kelembagaan industri kreatif Kota Cimahi dan praktisioner SSM. Proses ekonomi merupakan relasional karena tindakan ekonomi merupakan tindakan sosial. Implikasi pemahaman relasional dari tindakan ekonomi melahirkan kontektualitas (contextuality), jalur ketergantungan (path-dependency) dan kontingensi (contingency). Dimensi organisasi, evolusi, inovasi, interaksi, pengetahuan, pasar geografis, klaster, institusi dari ekonomi relasional memandang tindakan ekonomi melekat dalam struktur hubungan sosial dan juga berhubungan dengan struktur institusi dan realitas material yang relevan. Penggunaan kerangka berfikir relational economy dalam membangun daya saing Industri Telematika terlihat dalam sistem yaitu klaster industri kreatif telematika Kota Cimahi, membangun ekonomi relasional industri kreatif Kota Cimahi dan hybrid organization ? Cimahi Creative Association.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1411
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK Pada industri kreatif, tantangan akibatglobalisasiyang membuat karyawannya mengalami burnoutmerupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Tantangan tersebut dapat memicu sikap kompetitif pada karyawan yang ada pada ranah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran dari sikap kompetitif berlebihan terhadap burnoutpada pekerja kreatif. Proses pengumpulan data dilakukan kepada para pekerja industri kreatif dengan jumlah sebanyak 103 orang. Para partisipan diminta untuk mengisi kuesioner secara online yang di dalamnya terdapat Copenhagen Burnout Inventorydan skala sikap kompetitif berlebihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kompetitif berlebihanmemiliki efek positif yang signifikan (β =.35, p < .05)dalam memprediksi burnout pada pekerja kreatif. Hasil dari temuan ini dapat berguna dalam mengupas dan memperkaya lebih dalam literatur terkait dengan sikap kompetitif berlebihan dan burnout.
ABSTRACT Pada industri kreatif, tantangan akibat globalisasi yang membuat karyawannya mengalami burnout merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Tantangan tersebut dapat memicu sikap kompetitif pada karyawan yang ada pada ranah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran dari sikap kompetitif berlebihan terhadap burnout pada pekerja kreatif. Proses pengumpulan data dilakukan kepada para pekerja industri kreatif dengan jumlah sebanyak 103 orang. Para partisipan diminta untuk mengisi kuesioner secara online yang di dalamnya terdapat Copenhagen Burnout Inventory dan skala sikap kompetitif berlebihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kompetitif berlebihan memiliki efek positif yang signifikan (β =.35, p < .05) dalam memprediksi burnout pada pekerja kreatif. Hasil dari temuan ini dapat berguna dalam mengupas dan memperkaya lebih dalam literatur terkait dengan sikap kompetitif berlebihan dan burnout.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Maria Hatta
Abstrak :
[ABSTRAKbr Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif pada perusahaan X. Penelitian ini didasarkan pada pesatnya perkembangan dari industri kreatif. Pendekatan yang sesuai dalam menghadapi hal tersebut adalah pendekatan inovatif yang dapat memicu diterapkannya perilaku kerja inovatif dalam organisasi. Salah satu hal yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku kerja inovatif adalah identitas organisasi. Identitas organisasi sendiri memiliki peranan penting dalam memandu perilaku kayawan yang diharapkan muncul. Terdapat total 401 karyawan perusahaan X yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Perusahaan X merupakan perusahaan yang memiliki nilai inovatif dan bergerak dalam bidang industri kreatif dengan sub-kelompok penerbitan dan percetakan. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Organizational Identity Scale (Etikariena, 2015). Dengan menggunakan teknik analisis pearson product moment correlation, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif (r= .063, p> .05). ;This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05). , This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05). ]
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Fajar Purnama
Abstrak :
Perubahan merupakan suatu kondisi yang akan selalu dihadapi oleh perusahaan di bidang industri kreatif. Industri kreatif perlu berubah menyesuaikan dengan pasar untuk dapat tetap bertahan. Kesiapan untuk berubah merupakan hal penting dalam industri kreatif untuk melakukan perubahan. Terdapat beberapa atribut individu yang dapat mendukung kesiapan karyawan untuk berubah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan kesiapan untuk berubah pada karyawan industri kreatif. Responden penelitian ini sebanyak 58 karyawan di industri kreatif. Resiliensi diukur menggunakan Resilience Scale (RS-14) (Wagnild & Young, 2009) dan kesiapan untuk berubah diukur menggunakan Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara signifikan dengan kesiapan untuk berubah (r = .514, p = .000, dan signifikan pada LOS .01). Artinya, semakin tinggi tingkat resiliensi individu, maka semakin tinggi pula kesiapan individu untuk berubah. ...... Change is a condition that will always be faced by companies in creative industries. Creative industries need to change to adjust to the market in order to survive. Readiness for change is important in creative industries to make changes. There are many individual attributes that can support the readiness of employees to change. This research was conducted to examine correlation between resiliency and readiness for change. The respondents for this research are 58 employees who worked at creative industry. Resiliency was measured using Resilience Scale (RS-14) (Wagnild & Young, 2009) and readiness for change was measured using Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997). The main result of this research showed that resiliency correlated significantly with readiness for change (r = .514, p = .000, and significant at LOS .01). That is, the higher employee resiliency, the higher employee readiness for change.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Nurwati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S24826
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>