Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkarnain Rani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
Abstrak :
ABSTRAK
Industri Ban sebagal suatu industri yang Iebih bersifat labour intensif dan teknoogi intensif, akan menyerap sumber daya tenaga kerja yang relatif sangat besar selain teknologi dan modal. Perkembangan rekayasa dan teknologi secara perlahan - lahan menggeser peranan dan kebutuhan tenaga kerja sejalan dengan kesadaran manajemen atas tingginya upah yang cenderung meningkat dari masa ke masa bagi negara berkembang maupun negara maju. Indikasi inilah menyebabkan Indonesia sebagai negara berkembang dengan suatu atribut tersedianya suplai tenaga kerja yang sangat besar, akan menjadi suatu basis yang strategis dalam pengembangan industri Ban.

PT. Gajah Tunggal, selaku produsen swasta Nasional memanfaatkan peluang dengan mendirikan Pabrik Ban di Indonesia pada tahun 1951. Rekayasa Teknologi dan Pengawasan mutu di ambil langsung dari Inoue Rubber Co, Ltd. Jepang. Keterlibatan dan alih teknologi dimulai dari pendirian fisik pabrik, rancang bangun sampai pengawasan mutu hasil produksi.

Sebagai produsen swasta nasional, PT. Gajah Tunggal harus berhadapan dengan para pesaing kuat tingkat dunia dalam percaturan pasar global. Tidak ketinggalan para pesaing juga telah melakukan investasi langsung ( FDJ ) dengan mendirikan pabrik ban di Indonesia melalui fasilitas Penanaman Modal Asing ( PMA) seperti : Bridgestone dan Good Year. Selain Brand Image para pesaing diatas sudah di kenal di tingkat pemasaran global, juga pasar domestik dikuasai dalam porsi cukup besar.

Pada awalnya sebagai Market dan Price Leader adalah Bridgestone yang iebih dikenal karena mutu, kelayakan, dan kenyamanan yang lebih tinggi dibanding merk lain. Menyadari ini semua, perusahaan dengan Gajah Tunggal sebagai global image berusaha meningkatkan pangsa pasar domestik dan ekspor sebagai global image berusaha meningkatkan pangsa pasar domestik dan ekspor melalui kampanye media cetak dan elektronik secara gencar, disamping meningkatkan hubungan dan kinerja para distributor.

Dari sisi proses produksi, PT. Gajah Tunggal menambah sarana dan prasarana produksi serta meningkatkan alih teknologi secara berkesinambungan dalam upaya mengantisipasi permintaan pasar yang cenderung naik, balk dikarenakan pertumbuhan pasar itu sendiri maupun keyakinan masyarakat terhadap produk Gajah Tunggal semakin tinggi, sekedar gambaran kapasitas produksi perusahaan akan dikembangkan dan 3,5 juta sampal 5,25 juta ban per tahun.

Perluasan kapasitas produksi selain untuk memenuhi pasar domestik juga dimanfaatkan untuk Expansi Geografis. Dan untuk menjamin kelangsungan pasok bahan baku produksi, perusahaan melakukan integrasi hulu dengan mengambil alih PT Andayani Megah, PT. Filamindo Sakti, dan PT Baja Langgeng Pratama. Sedangkan dari segi pasok sumber daya manusia yang berkualitas, perusahaan mendirikan Balai Latihan ?Patigat? yang melatih tenaga kerja sesuai dengan tingkat kejuruan yang dibutuhkan.

Dari segi keuangan, analisis ratio keuangan PT. Gajah Tunggal cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari disclosure perusahaan, selain itu tercermin pula dari minat masyarakat terhadap saham PT. Gajah Tunggal. Dalam perkembangan pasar global dewasa ini, sebagai exportir ban ranmor Indonesia, terbesar, PT. Gajah Tunggal harus menghadapi tantangan dari pesaing - pesaing dari China, Thailand dan Korea yang menggunakan keunggulan Overal Cost Leadership sebagai strategi bersaing perusahaan.

Perlu disadari, peran pemerintah dalam hal ini sebenarnya banyak diharapkan untuk secara langsung atau tidak langsung akan dapat menekan harga PT. Gajah Tunggal dan pada gilirannya akan mampu mendorong kinerja ekspor ban Gajah Tunggal mengisi pasar dunia. Sebagai contoh : Paket Juni 1993 yang membebaskan bea masuk beberapa bahan baku Impor.

Namun demikian masih banyak hal dan aturan yang perlu dibenahi antara lain penurunan tarif impar bahan baku produksi, penghapusan birokrasi yang berlebihan, dan aturan - aturan lain yang dapat menghambat laju ekspor produksi dalam negeri.

Pada akhirnya, peran pemerintah diharapkari ikut pula mendorong pengembangan industri nasional pada umumnya, dan pengembangan strategi bersaing PT. Gajah Tunggal pada khususnya.
1996
T1728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mahdya Wardah
Abstrak :
Pada tahun 2018, terjadi pelemahan neraca perdagangan yang juga menyebabkan defisit transaksi berjalan yang mereflesikan kondisi perekonomian negara dari sisi eksternal. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah kemudian mengeluarkan beberapa kebijakan untuk memperkuat stabilitas rupiah. Salah satu diantaranya ialah dengan meningkatkan pertumbuhan ekspor dan menekan laju impor. Kebijakan peningkatan tarif Pajak Penghasilan (PPh) atas impor adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menekan impor dalam PMK No. 110/PMK.010/2018. Salah satu objek industri yang terpengaruh dari adanya kenaikan tarif PPh pasal 22 atas impor ialah industri ban. Penelitian ini mengangkat permasalahan peraturan yang mengatur ketentuan impor ban, dimana sebelum adanya PMK No. 110/PMK.010/2018, terdapat pula Permendag No. 6 Tahun 2018 yang disinyalir justru memiliki dampak berkebalikan untuk menekan impor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kebijakan kenaikan tarif PPh Pasal 22 atas impor dan implikasi kebijakan bagi pemerintah serta industri. Konsep yang digunakan antara lain konsep kebijakan fiskal, kebijakan pajak, kebijakan tarif pajak, pajak penghasilan, withholding tax system, kredit pajak, perdagangan internasional dan impor. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan adanya perubahan kebijakan kenaikan tarif PPh Pasal 22 atas impor lebih mempertimbangkan fungsi reguleren dan diatur berdasarkan kriteria jenis barang konsumsi. Selain itu implikasi yang dirasakan bagi pemerintah ialah adanya peningkatan penerimaan PPh Pasal 22 dan dikembalikannya rekomendasi dalam Permendag No. 117 tahun 2018 yang diubah kembali dalam Permendag No. 05 Tahun 2019. Kemudian implikasi bagi importir yang diharapkan dapat mengganggu cashflow perusahaan dan menambah beban psikologis Wajib Pajak belum begitu berpengaruh dikarenakan kebijakan masih bersifat jangka pendek. ......In 2018, there was a weakening of balance of trade which also caused the current account deficit to reflect the states external financial condition. To overcome this problem, the government issued several policies to strengthen the Rupiah, Indonesian currency. One that was agreed with was an increase in export growth and decrease the import. A policy of the increase of the Income Tax Rate is one of those policies that issued to decrease the import as contained in Ministry of Finance (MoF) Decree No. 110/PMK.010/2018. One of the industrial objects that opposed the increase in Income Tax Rate Article 22 on the import is tire industries. This study discusses the regulations about provision on import of tires, which before the MoF Decree No. 110/PMK.010/2018, there was Ministry of Trade Regulation No. 6 of 2018 which allegedly can be used to change the opposite for import purposes. The purpose of this research is to study the policy changes in the increase in Income Tax Rates Article 22 of imports and policy implications for government and industries. The concepts used are the concept of fiscal policy, tax policy, tax rate policy, income tax, withholding tax system, tax credit, international trade and imports. The research used is qualitative with descriptive research types. This research showed that the purpose of the change in the policy of the increase of Import Tax Rate Article 22  of imports is to consider the regulerend function and regulated based on the criteria of the type of consumer goods. Furthermore, the impact that perceived by government is an increase in the receipt of payment of Income Tax Article 22 and the return of recommendation in Ministry of Trade Regulation No. 117 of 2018 which as amended in Ministry of Trade Regulation No. 05 of 2019. Then, by importers, that is expected to disrupt the companys cashflow and increase the Taxpayers psychological costs have not been so influential because the policy is still short-term based.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Hanifah Rizkiyanto
Abstrak :
Gadjah Tunggal mernpakan pernsahaan yang bergerak dalam industri ban. Pernsahaan yang didirikan pada tahun 1951 tersebut mulai memproduksi ban motor pada tahun 1971. Sedangkan ban mobil mulai diproduksi tahun 1981. Pesatnya perkembangan pernsahaan dilakukan dengan akuisisi pada beberapa produsen industri terkait seperti GT Petrochem (produsen kain ban dan benang nilon), PT. Langgeng Bajapratama (produsen kawat baja) dan Meshindo Alloy Whell Corporation (proclusen velg aluminium). Pernsahaan menjadi pernsahaan publik setelah tercatat di BEJ clan BES sejak tahun 1990. Perkembangan tersebut membuat Gadjah Tunggal masuk sebagai produsen ban terbesar di Asia Tenggara. Memasuki tahun 1998, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rnpiah terhadap dollar AS sampai 5 kali lipat. Kondisi demikian menimbulkan efek domino dengan menurnnnya daya beli masyarakat dan terjadinya instabilitas politik clan keamanan. A.kibat dari kondisi tersebut, Gadjah Tunggal mengalami dampak dari krisis tersebut, dengan semakin besamya nilai hutang perusahaan dalam bentuk mata uang asing. Sehingga pada tahun 1998, perusahaan mencatat rngi bersih sebesar 400 rnilyar rupiah dengan nilai debt to equity ratio sebesar 1200% atau meningkat sekitar 700% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh struktur keuangan perusahaan yang dibiayai oleh hutang baik dalam bentuk rupiah atau mata uang asing. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan masuk dalam kategori tidak sehat dan mengancam kelangsungan hidupnya. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis berusaha untuk melakukan penelitian tentang bagaimana cara perusahaan dalam menghadapi krisis ekonomi melalui pernbahan strategi. Penelitian dilakukan me!alui wa\vancara dengan pihak pernsahaan dan me!alui studi kepustakaan yang intensif untuk mengetalmi lingkungan internal dan ekstema! perusahaan. Dari hasil perolehan data tersebut, penulis menggunakan beberapa a!at ana!isa. Dimulai dari identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, pe!uang dan ancaman serta posisi kompetitif perusahaan. Untuk kemudian dipetakan dalam matriks TOWS. Setelah itu dilakukan pembobotan dari faktor-faktor diat
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T6533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wema Augustia Ermalasari
Abstrak :
Pada Industri Karet khususnya pada Industri Ban yaitu menggunakan 75% bahan baku yang mengandung kimia karet Import (BR,ZNO,Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC, Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) dan 25% mengandung bahan baku lokal (karet alam, kaolin & sulfur) sehingga harga yang tertekan adalah harga bahan baku lokal ini tidak dapat di upgrade karena 75% cost produksi bahan baku import. Bahan baku ini terkait dengan dollar maka selalu ada kenaikan harga. Oleh karena itu kami memanfaatkan Sumber Daya Alam Indonesia untuk memproduksi Karet Antioksidan yang mengganti produk import. Yang mana karet antioksidan ditentukan oleh nilai Aktifitas Antioksidan (IC50) yaitu konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk meredam 50% radikal bebas. Nilai Aktifitas Antioksidant (IC50) semakin kecil berarti semakin bagus karena dalam penggunaannya hanya sedikit sudah mampu meredam radikal bebas, sehingga produk yang dihasilkan dalam kondisi stabil. Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak produk. Karena radikal bebas dapat merusak dan terjadinya perubahan properties seperti (Hardness, Tensile Strength, Elongation dan blooming (jamur). ...... In the rubber industry especially in the tire industry, 75% of raw materials contain imported rubber chemicals (BR, ZNO, Stearic Acid, N330, Accelerator, MBTS, MBT, Wax, RPO, Pine Tar Oil, Homogenizing Agent, Antioxidant TMQ, Antioxidant SPC). , Antioxidant 6PPD, Antioxidant IPPD) and 25% contain local raw materials (natural rubber, kaolin & sulfur). This raw material is related to the dollar so there is always an increase in price. Therefore, we utilize Indonesia's Natural Resources to produce Antioxidant Rubber which replaces imported products. Which antioxidant rubber is determined by the value of Antioxidant Activity (IC50) which is the concentration of antioxidants needed to reduce 50% of free radicals. The lower the Antioxidant Activity (IC50) value, the better it is because in its use only a small amount is able to reduce free radicals, so the resulting product is in a stable condition. Antioxidants are molecules that are able to slow down or prevent the oxidation process. Oxidation is a chemical reaction that can produce free radicals that can damage the product. Because free radicals can damage and change properties such as (Hardness, Tensile Strength, Elongation and blooming (fungus).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library