Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Erlangga Luftimas
Abstrak :
Meningitis tuberkulosis (MeTB) merupakan manifestasi klinis berat dari infeksi TB yang menyerang sistem saraf pusat (SSP) dan menyebabkan pasien mengalami penurunan asupan nutrisi karena menurunnya kemampuan makan dan selera makan. Asam amino rantai cabang (AARC) diketahui memiliki efek meningkatkan selera makan dan protektif terhadap massa otot. Pemenuhan kebutuhan AARC berpotensi memperbaiki kapasitas fungsional pasien sehingga menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien MeTB. Empat pasien MeTB dipantau selama perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pencatatan asupan makanan pasien dilakukan dengan metode FFQ semi kuatitatif dan 24h dietary recall. Selama masa perawatan diberikan terapi medik gizi sesuai kondisi klinis pasien, dilakukan pemantauan harian termasuk penilaian kapasitas fungsional pasien hingga pasien selesai perawatan. Semua pasien menunjukkan tanda malnutrisi berdasarkan kriteria klinis menurut American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN). Belum ada rekomendasi terapi medik gizi khusus MeTB yang dapat digunakan, namun pada pasien dengan masalah infeksi disertai masalah neurologis rekomendasi tatalaksana TB paru dan stroke dapat menjadi acuan untuk tatalaksana pasien. Pemberian asupan kalori 35-40 kkal pada pasien dengan protein minimal 1,5 g/kgBB berpotensi meningkatkan kapasitas fungsional pasien dan mencegah perburukan penyakit. Tiga pasien mendapatkan asupan AARC diatas rekomendasi dan didapatkan peningkatan kapasitas fungsional dengan menggunakan indeks Barthel. Terapi medik gizi dengan pemberian protein dan AARC yang lebih tinggi dari rekomendasi IOM pada pasien MeTB dapat meningkatkan kapasitas fungsional pasien. ......Tuberculous Meningitis (TBM) has been the most severe manifestation of Tuberculosis infection attacking central nervous system (CNS) and causes the risk of malnutrition in patients due to decrease the ability of eating and loss appetite. Branched chain amino acid (BCAA) has been known having effects in appetite and protection of muscle mass. Fulfilling BCAA requirement is potential to improve patient functional capacity, furthermore lowering the morbidity and mortality of TBM patient. Four TBM patients has been observed during hospitality in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM). Patient’s dietary intake was collected using semiquantitative FFQ and 24h dietary recall. During hospitality, medical nutrition therapy was administered based on patient clinical condition, daily observation including patient functional capacity was done until patient was discharged. All patients showed malnutrition signs based on clinical criteria according to American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN). Recommendation of nutrition therapy on TBM patient still not exist, however in patient with infection and neurological problem, guideline of nutrition therapy in TB infection and stroke can be used. Intake of 35-40 kcal/kgBW calories and 1,5 g/kgBW of protein can be potential to increase patient functional capacity and prevent further morbidity. Three patient can fulfill their BCAA beyond the requirement and there were increase in patient functional capacity using Barthel Index. Medical nutrition therapy using protein and BCAA administration above the IOM recomendation in TBM patient can improve functional capacity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arky Kurniati Alexandra
Abstrak :
Latar Belakang: Meningkatnya populasi geriatrik, menyebabkan tindakan pembedahan dan anestesia pada kelompok usia ini bertambah. Status fungsional geriatrik yang dapat dinilai menggunakan Indeks Barthel (IB) menjadi salah satu metode efektif penilaian kondisi mereka sebelum pembedahan. Respon stress yang dialami selama pembedahan menyebabkan penurunan kualitas status fungsional geriatrik pascabedah. Penelitian ini menganalisa perubahan Indeks Barthel pasien geriatrik yang menjalani anestesia umum pada jenis anestesia umum (intravena dan inhalasi), pembedahan (mayor dan minor) dan lama pembedahan (>120 menit dan <120 menit). Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional, kohort prospektif terhadap 61 subjek penelitian selama Januari-Maret 2022. Subjek penelitian ini adalah pasien geriatrik yang berusia 60 tahun atau lebih yang menjalani pembedahan dalam anestesia umum tanpa anestesia regional. Kriteria penolakan adalah pasien dengan ASA > 4, penilaian IB prabedah ≤ 8, rencana pembedahan emergensi, rencana amputasi anggota gerak, prosedur kardiotorasik. Penilaian IB dilakukan dalam 3 waktu, yaitu 1 hari prabedah, 3 hari pascabedah dan 30 hari pascabedah. Hasil: Terdapat perubahan nilai IB pada tiga periode penilaian dengan nilai p<0,005 dengan Mean rank 1 hari prabedah 1,92, menurun pada 3 hari pascabedah (1,7) serta meningkat kembali saat 30 hari pascabedah (2,38). Perubahan IB yang signifikan didapatkan saat membandingkan jenis anestesia (intravena dan inhalasi) pada saat menilai perubahan nilai IB prabedah dengan 3 hari pascabedah (p=0,019). Pada saat membandingkan jenis pembedahan yang dilakukan, perubahan IB yang signifikan didapatkan pada data perubahan IB 1 hari prabedah dan 3 hari pascabedah (p=0,010), serta perubahan IB 3 hari pascabedah dan 30 hari pascabedah (p=0,035). Hasil yang serupa didapatkan saat menilai lama pembedahan terhadapa perubahan IB dengan p=0,004 dan p=0,011. Simpulan: Terdapat perubahan IB pada pasien geriatrik yang menjalani anestesia umum intravena ataupun inhalasi, pembedahan mayor ataupun minor serta lama pembedahan kurang dan lebih dari 120 menit. ......Background: A rise in number of geriatric populations, causing an increase of surgical and anesthesia procedure among them. Barthel Index (BI), as one of the methods of function status assessment, has becoming an effective tool to assess geriatric condition prior to surgery. Stress response that occur during operation may lower the functional status outcome after surgery. This study analyzed the changes of BI point in geriatric patients who undergo general anesthesia in comparison with its type (inhalational, intravenous, or both), surgery type (mayor and minor) and procedure length (less and more than 120 minutes). Method: This was an observational cohort study in 61 subjects within January-March 2022. Research subjects were geriatric patients age 60 or older undergoing surgery with general anesthesia without regional anesthesia. Exclusión critertia were patients with ASA >4, BI preoperative ≤ 8, undergoing emergency or cardiothoracic procedure and having limb amputation. BI was assessed in three periods of time; 1 day preoperative, 3 dan 30 day postoperative. Result: There was a change in BI value of three periods of time with p<0.005 with meank rank of 1.92, 1.7 and 2.38 respectively. A significant BI difference shown when comparing type of anesthesia (inhalational and intravenous) with BI 1-day preop and 3 day postop (p=0.019). The result also shown a significant difference in surgery type during 1-day preop and 3 day postop (p=0.010), along with 3-day postop dan 30 day postop (p=0.035). Similar results shown in length of surgery group, with p=0.004 and p=0.011. Summary: There are changes found in BI of geriatric patients who undergo intravenous or inhalation general anesthesia, mayor or minor type of surgery and surgery duration less and more than 120 minutes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library