Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Smeenk, Rund
Amsterdam: Rodop , 1982
616.079 3 SME l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
Abstrak :
Dalam penelitian ini, prevalensi dan titer IgG total dan IgG subkelas (IgGI, IgG2, IgG3 & IgG4) terhadap peptida RESA dinilai pada 108 penduduk yang terdiri dari 24 anak-anak di bawah usia 10 tahun dan 84 penduduk di atas usia 10 tahun yang menggunakan kelambu celup insektisida. Pengambilan serum dilakukan setiap tahun, selain daripada itu juga dilakukan pemeriksaan darah yang diwarna Giemsa untuk melihat angka parasit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok di bawah 10 tahun, prevalensi IgG total meningkat secara perlahan-lahan selama 2 tahun (1993: 20,8%; 1994: 25%; 1995: 41,7%) walaupun prevalensi infeksi P. falciparum menurun (1993: 33,3%; 1994: 8,3%; 1995: 0%). Sedangkan pada kelompok umur di atas 10 tahun, prevalensi IgG total ini stabil selama penelitian (1993: 77,4%; 1994: 77,4%; 1995: 79,8%), walaupun prevalensi parasitemia juga menurun (1993: 11,9%; 1994: 1,2%; 1995: 1,2%), Analisa secara kuantitatif, memperlihatkan penurunan titer IgG total pada 68 individu yang IgG total terhadap RESA positif, baik sebelum maupun setelah intervensi (744,9 ± 4,3 menjadi 543 ± 4,3 ; nilai p= 0,046). Pada kelompok individu yang mengandung IgG subkelas terhadap RESA (> 10 tahun) sebelum dan sesudah intervensi, ditemukan juga penurunan titer rata-rata geometrik secara bermakna pada IgG3 (72 ± 2,6 menjadi 36,7 ± 2,6) (p=0,4045) dan IgG4 (28,1 ± 1,7 menjadi 15,5 ± 2,7) (p=0,0208). Sebagai kesimpulan penggunaan kelambu celup insektisida dapat menurunkan respons imun humoral sekelompok penduduk desa secara kuantitatif, sedangkan pada kelompok di bawah 10 tahun terlihat peningkatan prevalensi pengandung IgG total RESA. 1. Latar belakang Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Setiap tahun dilaporkan lebih kurang 120 kasus klinis malaria dengan 300 juta pengandung parasit dan 2,5 juta penderita meninggal karena malaria (WHO, 1994). Di Indonesia, penyakit ini banyak dijumpai di luar Jawa-Bali, terutama di Indonesia Bagian Timur. Menurut laporan Departemen Kesehatan prevalensi malaria di daerah tersebut dapat mencapai 5%, sedangkan di Pulau Jawa-Bali annual parasite incidence (API) biasanya kurang dari 5% (Arbani, 1991). Di daerah endemis tinggi, biasanya gejala klinis tidak begitu menonjol, karena penduduknya sudah kebal secara alami. Di daerah ini biasanya yang menderita adalah anak di bawah 5 tahun, sedangkan di daerah dengan tingkat endemisitas rendah, baik anak maupun orang dewasa bila terinfeksi mudah menderita malaria berat karena kedua kelompok itu belum mempunyai kekebalan. Kekebalan alami terbentuk setelah penduduk terpapar parasit malaria selama bertahun-tahun, dan memerlukan pemaparan berulang-ulang; untuk mempertahankannya diperlukan kontak terhadap parasit yang berkesinambungan. Pada tahun 1983, WHO mencanangkan program penanggulangan malaria dengan menggunakan kelambu yang dicelup insektisida. Hal ini dapat mengurangi paparan terhadap parasit. Sehingga timbul pertanyaan : apakah penurunan paparan parasit di daerah tersebut akan mempengaruhi respons imun penduduk daerah penelitian?
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Farida
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai saat ini amalgam masih banyak digunakan di Kedokteran Gigi sebagai bahan tumpatan, mengingat harganya yang relatif murah, cara penggunaannya sederhana dan cukup kuat untuk menerima daya kunyah. Tetapi akhir-akhir ini dilaporkan bahwa amalgam dapat menyebabkan keracunan. Uap merkuri dari amalgam yang terhisap secara langsung dapat menyebabkan antara lain kegelisahan, kehilangan konsentrasi, ketakutan, depresi, pusing, lelah, lemah, kehilangan daya ingat, sulit tidur, gejala penyakit ginjal, tremor, bahkan dapat mengenai susunan saraf pusat. Dari aspek imunologik, juga dilaporkan adanya pengaruh merkuri tersebut terhadap proses tanggap kebal. Merkuri-protein yang terbentuk dalam rongga mulut dilaporkan dapat bertindak sebagai imunogen yang dapat menimbulkan respons imun. Mengingat bahaya merkuri seperti yang telah dilaporkan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumpatan amalgam yang mengandung merkuri tersebut berpengaruh terhadap proses tanggap kebal dalam rongga mulut dengan mengukur kadar IgA dalam saliva individu dengan tumpatan amalgam dengan alat turbitimer. Hasil kadar IgA dari masing masing grup dibedakan dengan Anova. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar IgA (x=99.25 IU/ml) dalam saliva individu dengan 1-4 tumpatan amalgam dan telah berada dalam rongga mulut kurang dari 5 tahun lamanya dibandingkan dengan kadar IgA dalam saliva kelompok individu tanpa tumpatan amalgam (x=59.88 IU/ml). Sedangkan grup individu dengan tumpatan amalgam lebih dari 5 tahun mempunyai kadar IgA yang lebih rendah (x=42.47 IU/ml) dibandingkan dengan grup kontrol maupun grup dengan tumpatan yang berada dalam rongga mulut lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tumpatan amalgam dalam rongga mulut dapat bersifat imunogenik yang menimbulkan respons imun berupa peningkatan kadar IgA dalam saliva. Selain itu, tumpatan amalgam akan menekan proses tanggap kebal yang berupa penurunan jumlah kadar Ig-A dalam saliva apabila tumpatan ini dibiarkan lebih lama berada dalam rongga mulut (lebih 5 tahun). Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tumpatan amalgam yang mengandung merkuri dapat mempengaruhi proses tanggap kebal terutama dalam rongga mulut sehingga kita perlu waspada dalam pemakaiannya sebagai bahan tumpatan gigi.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Maria Penga
Abstrak :
ABSTRAK
Trypanosoma evansi merupakan parasit penyebab surra pada hewan ternak kuda, kerbau dan sapi . Penyakit ini ditularkan oleh beberapa jenis lalat binatang termasuk Tabanus. Infeksi oleh suatu mikroorganisme menyebabkan tubuh memberikan respon baik pada tingkat seluler maupun humoral, seperti antibodi. Respon humoral dapat dilihat dalam analisis darah terutama dalam bentuk protein plasma total, kadar albumin dan globulin, rasio A/G, IgM dan IgG total dalam serum dan respon spesifik terhadap antigen penyebab yaitu T. evansi dalam bentuk reaksi serologi seperti ELISA, CATT Card Agglutination Test for T. evansi , Imobilisasi Trypanosoma dan pengikatan komplemen. Pandeglang, Banten diketahui endemik penyakit surra. Peternak sering berada dekat dengan hewan ternak sehingga ada kemungkinan dihinggapi oleh lalat vektor. Untuk mengetahui apakah para peternak ini pernah mengalami infeksi dengan T. evansi dilakukan analisis protein serum dan tes serologi menggunakan antigen T. evansi. Sebagai kontrol digunakan subyek yang tinggal dikota yang dianggap tidak berkontak dengan ternak. Analisis pada 23 peternak menunjukkan bahwa kadar Globulin total serum, IgM dan IgG, pembacaan spektrofotometry hasil ELISA dengan ekstrak T. evansi sebagai antigen dan imobilisasi menunjukkan perbedaan secara bermakna dibandingkan non endemik. Disimpulkan bahwa subyek peternak yang tinggal di daerah endemik dan berada dekat dengan ternak mempunyai peluang mengalami infeksi dengan T. evansi.
ABSTRACT
Trypanosoma evansi produces surra disease in livestock animals horse, buffalo and cattle . This disease is transmited by several type of flies, such as Tabanus fly. Any infection by microorganism will induce biological responses, at the cellular as well as humoral level. Humoral response can be seen in the total plasma protein profile, total IgM and IgG and especially by serological test like ELISA, CATT Card Agglutination Test for T.evansi , T. evansi imobillisation test, or by complement fixation test. Pandeglang District, Banten province, West of Java, is one of surra endemic area in Indonesia. Local farmers are often in closed to their animal and consequently more exposed to the fly vector. The aim of our study is to know weather the farmer were infected by T. evansi, and for this objective we performed serum protein analysis, as well as serological test using purified antigen of T. evansi. For uninfected control, the same analysis were perform on the sera from urban, non endemic individual. Observation on 23 farmers showed that serum total globulin, serum total IgM and IgG, and spectrofotometric reading on ELISA test specificly conseived for T. evansi and also trypanososma immobilisation test are significantly different with the sera from the endemic area. The results suggest that farmer from the endemic area and in close contact with animal have a high probability to undergo the T. evansi infection.
2017
T55697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Harun
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Kelompok atlet yang melakukan latihan berat dan intensif lebih senng terkena infeksi terutama infeksi saluran pemafasan dibandingkan populasi umum. Dengan demikian diperlukan penilaian yang dapat mencerminkan kemampuan tubuh untuk mempertahankan kondisi tubuh yang sehat. TgA sekretorik salah satu dan sistem imun yang penting dan merupakan mekanisme pertahanan tubuh pertama dapat ditemukan dalam cairan saliva. Penilaian terhadap IgA saliva dapat memberikan gambaran tentang perubahan sistem imun akibat latihan. Selain itu pemeriksaan IgA saliva mudah dikerjakan dan tidak menyakiti ( noninvasif ), sehingga lebih berdaya guna untuk kepentingan kegiatan dilapangan. Oleh karena itu perlu diteliti perubahan kadar IgA saliva pasca latihan. Untuk itu telah dilakukan penelitian pada 14 orang subyek laki - laki atlet balap sepeda nasional berusia 18 - 28 tahun yang sedang mengikuti pemusatan latihan nasional di Jakarta. Subyek menjalani pemeriksaan V02max umur, indeks massa tubuh serta pemeriksaan kadar IgA saliva sebelum latihan, segera sesudah latihan, 1 jam sesudah latihan dan 24 jam sesudah latihan. Pemeriksaan kadar IgA saliva dilakukan dengan metoda imunodifusi radial. Dosis latihan yang ditetapkan yaitu menempuh jarak 180 km dengan kecepatan 35 - 40 km/jam dan intensitas latihan 80 - 85 % denyut nadi maksimal. Latihan dilakukan di alam terbuka daerah Subang - Jawa Barat. Hasil dan Kesimpulan : Pada 14 subyek yang diteliti terdapat penurunan kadar TgA saliva ( 28,46 % ) yang bermakna segera sesudah latihan ( p < 0,05 ) dan 1 jam sesudah latihan kadar TgA saliva masih tetap lebih rendah (20,96 % ) dibandingkan kadar 19A saliva sebelum latihan dan pada uji t berpasangan perbedaan tersebut bermakna ( p< 0,05 ). Kad~ 19A saliva 24 jam sesudah latihan dibandingkan kadar IgA saliva sebelum latihan tidak terdapat perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ). Hasil analisis uji korelasi antara V02max, umur, indeks massa tubuh dengan pola perubahan kadar 19A tidak terlihat hubungan yang bermakna ( p > 0,05 ). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa latihan daya tahan menyebabkan penekanan pada IgA saliva, namun penekanan tersebut bersifat sementara. Hubungan antara faktor V02max, umur dan indeks massa tubuh dengan pola perubahan kadar 19A saliva sesudah latihan tidak dapat disimpulkan oleh karena populasi subyek penelitian yang sangat homogen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T59005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Gusti Dwiartyani
Abstrak :
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pengaruh penambahan xylitol dan propilen glikol terhadap stabilitas fisik gel IgY. Metode: Formulasi gel IgY, dibuat dengan mencampur carbomer, gliserol, trietanolamin lalu dilakukan penambahan xylitol sebagai pemanis dan propilen glikol sebagai pengawet. Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan organoleptis pada hari ke 0 dan 14. Hasil: Distribusi stabilitas fisik gel IgY pada penyimpanan selama 14 hari untuk kelompok gel IgY dengan Xylitol dan Propilen glikol terlihat 100% stabil pada suhu 25°C dan 40°C. Sedangkan pada kelompok gel IgY murni terlihat 33.3% stabil pada suhu 25°C akan tetapi pada suhu 40°C semua sampel tidak stabil. Kesimpulan: Penambahan xylitol dan propilen glikol pada gel IgY dapat memperpanjang waktu paruh (shelf life) IgY sehingga gel IgY tetap stabil pada penyimpanan di suhu 25°C dan 40°C selama 14 hari dan secara uji akselerasi, bahan ini stabil pada suhu kamar dan lemari pendingin untuk penyimpanan selama 6 bulan hingga 1 tahun. ......Background: The purpose of this study was to observe the effect of adding Xylitol and Propylene glycol on the physical stability of IgY gel. Methods: IgY gel formulation was made by mixing carbomer, glycerol and triethanolamine then adding Xylitol as a sweetener and Propylene glycol as a preservative. Observation was made by organoleptic observation method on day 0 and day 14. Results: Distribution of the physical stability of IgY gel on storage for 14 days for groups of IgY gel with Xylitol and Propylene glycol looks 100% stable at 25°C and 40°C. While the look of group pure IgY gel are 33.3% stable at 25°C but at 40°C all the samples is not stable. Conclusion: The addition of Xylitol and Propylene glycol in the IgY gel can prolong the shelf life of the IgY, so that the IgY gel remained stable on storage at 25°C and 40°C for 14 days, based on acceleration test these results mean the IgY gel is stable for storage at room temperature and refrigeration for 6 months to 1 year.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31159
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library