Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jusup Endang
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada era sebelum tindakan reperfusi, kadar fibrinogen merupakan faktor independen terhadap mortalitas pada pasien-pasien dengan infark miokard akut dengan elevasi segmen-ST (IMA-EST) dibandingkan dengan kadar fibrinogen yang normal. Dan kemudian era reperfusi dikatakan obstruksi mikrovaskular merupakan salah satu faktor menyebabkan kejadian mayor kardiovaskular. Dengan kemajuan teknologi dibidang kardiologi kejadian dan besaran MVO dapat di ketahui secara akurat dan pada fase akut. Dari studi terbaru dikatakan bahwa indeks resistensi mikrovaskular memiliki hubungan positif terhadap MVO dibandingkan dengan magnetic resonance imaging. Dan diduga faktor hemostasis terutama kadar fibrinogen diduga memiliki peran yang penting terhadap kejadian obstruksi mikrovaskuler melalui mekanisme hiperkoagulasi dan embolisasi distal. Metode: Sebanyak 55 subjek IMA–EST yang menjalani IKPP dipilih secara konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sejak 15 Oktober 2013 – 31 Maret 2014. Fibrinogen diambil saat masuk UGD, penilaian indeks resisten mikrosirkulasi (IMR) diambil segera pasca IKPP. Perhitungan statistik menggunakan SPSS 17. Hasil: Dari lima puluh lima pasien yang masuk dalam penelitian didapatkan proporsi laki-laki 87,3%, dengan rerata umur pasien adalah 53,1+8,9 tahun. Faktor risiko penyakit jantung koroner yang paling besar adalah merokok yaitu 76,36. Semua pasien menjalani IKPP dengan waktu perfusi 89.04+37.114 menit dan waktu Iskemia 458,69+170,709. Nilai rerata IMR 55,2 + 47,454 dengan nilai rerata fibrinogen 350,80+103,190. Melalui diagram scattered plot didapatkan kadar fibrinogen memilliki kecenderungan yang terbalik terhadap IMR, dengan kekuatan hubungan yang lemah dan secara statistik tidak bermakna. ( r = - 0,137 ; p = 0,319 ). Kesimpulan: Kadar fibrinogen saat admisi tidak memiliki hubungan terhadap IMR pada pasien pasien IMA-EST yang menjalani IKPP.
ABSTRAK
Background: In no coronary reperfusion era, fibrinogen is known as an indepndent risk factor for cardiac mortality in acute myocard infract patient. And in revascularization era, microvascular obstruction (MVO) is associated with adverse ventricular remodelling and patient prognosis. With the advanced technology in cardiology, MVO can be detected accurately in the acute phase. In recent study index microcirculatory resistance (IMR) show a positive correlation with magnetic resonance imaging while detecting and counting severity of MVO. It is suspected that hemostatic factor mainly fibrinogen play an important role in MVO due to hypercoagulable state and distal embolization. Methode: 55 STEMI patients undergoing primary PCI were consecutively recruited from October 15th, 2013 to march 31th, 2014. The fibrinogen was withdraw at admission. We evaluate the IMR immediately after PCI done. Statistical analysis was done by SPSS 17. Results: From fifty-five patients included in the study, there were 87,3% men, with mean age 53,1±8.9 years old, and smoker show the biggest proportion compare with risk factor for coronary artery disease. All the patient undergo primary percutaneus coronary intervention with mean door to ballon time 89.04+37.114 minute and ischemia time 458,69+170,709 minute. Mean IMR was 55,2 + 47,454 and mean fibrinogen level was 350,8+103,19. From the scaterred plot fibrinogen prone to had a weak negatif correlation with IMR and statistically non significant (r = - 0,137 ; p = 0,319) Conclusion: There is no correlation between fibrinogen level and IMR value in STEMI patients that undergoing PPCI
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Harvianti
Abstrak :
[ABSTRAK Data survey SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Hasil ini menunjukkan bahwa AKB belum mencapai target MDGs dan masih terjadi kesenjangan antar provinsi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara faktor sosial ekonomi, ibu dan bayi, lingkungan, gizi, serta pengendalian penyakit pada setiap provinsi di Indonesia dengan AKB pada tahun 2012. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi ekologi (multiple group comparison) dengan uji statistik yang digunakan adalah korelais dan regresi linear sederhana. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu, penggunaan kontrasepsi, dan koefisien gini), faktor ibu dan bayi (jarak kelahiran, kehamilan remaja, BBLR), faktor lingkungan (ketersediaan alat cuci tangan dan pembuangan tinja), serta faktor pengendalian penyakit (perawatan antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, kunjungan neonatal pertama, dan imunisasi dasar lengkap) dengan AKB di Indonesia tahun 2012. Namun, faktor-faktor bias perlu diperhatikan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan di tingkat individu.
ABSTRACT , "IDHS 2012 survey data showed that the infant mortality rate (IMR) in" "Indonesia is 34 per 1,000 live births. These results indicate that the IMR not achieve the MDGs and still be a gap between the provinces in Indonesia. The purpose of this study was to determine the correlation between socioeconomic factors, maternal and infant, environment, nutrition, and disease control in every province in Indonesia with IMR in 2012. The study design used in this research is the design of ecological study (multiple group comparison) the statistical test used was correlation and simple linear regression. The results show that there is a correlation between socioeconomic factors (maternal education, contraceptive use, and the Gini coefficient), maternal and infant factors (spacing births, teenage pregnancy, low birth weight), environmental factors (availability of hand washing and disposal of feces), as well as the controlling factor disease (antenatal care, birth attendance, place of delivery, neonatal first visit, and complete basic immunization) with IMR in Indonesia in 2012. However, these factors need to be considered biased, so more research is needed to determine the relationship at the individual level."]
Universitas Indonesia, 2015
S60339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Fikawati
Abstrak :
Salah satu upaya penting yang sedang ditempuh oleh pemerintah untuk mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang antara lain dilakukan melalui penempatan bidangdi desa (BDD). Studi ini merupakan studi kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan BDD untuk bekerja dan tinggal di desa di Kabupaten Tanggerang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2003 dengan populasi penelitian adalah seluruh BDD yang bertugas di Kabupaten Tanggerang pada bulan tersebut. Data dikumpulkan melalui kuesioner self-administered yang telah di ujicoba. Dari total 196 BDD yang ada di kabupaten Tanggerang terkumpul data sebanyak 120 BDD atau 61.2%. Ditemukan bahwa status perkawinan, lama kerja, keinginan untuk melanjutkan pendidikan, lokasi tempat keja suami, dukungan masyarakat dan dukungan puskesmas merupakan faktor-faktor yang secara signifikan berhubungan dengan kesediaan BDD untuk bekerja dan tinggal di desa. Faktor lama masa bekerja, keinginan melanjutkan pendidikan, lokasi tempat kerja suami dan dukungan puskesmas merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kesediaan BDD untuk tetap bekerja dan tinggal di desanya. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam rangka mempertahankan keberadaan BDD di desa. Pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga profesional dan institusi akademik harus bekerja sama untuk mencegah menurunnya jumlah BDD.
Factors Related to Willingness of Village Midwifes to Work and to Stay in the Village in Tangerang District, Banten Province Year 2003. One important effort that has been implemented by the Government of Indonesia to accelerate the reduction of MMR (Maternal Mortality Rate) and IMR (Infant Mortality Rate) in Indonesia is narrowing the distance between health care services and community including placement of village midwives (BDD). This study is a cross-sectional quantitative study aimed to investigate factors related to the willingness of BDDs to work and stay in the villages of Tangerang District. Data were collected in July 2003 from 120 BDDs (among a total of 196 BDDs in Tangerang District or 61.2%) through self-administered questionnaires. The study found that marital status, length of work, motivation to continue study, location of husband?s work, community support, and community health center?s support were factors significantly related to BDD willingness to work and stay in the village. The most dominant factors were length of work, motivation to study again, location of husband?s work, and health center support. Those factors are to be considered if BDD is going to be sustained in the village. Government, both central and local, and professional institution such as Indonesia Midwives Association and academic institution should collaborate to prevent the attrition of BDD from villages where their existence is mostly needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Ikatan Bidan Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zafril Luthfy R.A.
Abstrak :
Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu terus dipantau dan di evaluasi dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak konstribusinya dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek manajemen program KIA yang dilakukan oleh Bidan di Desa. Meskipun pemerintah telah melakukan terobosan dengan penempatan bidan di seluruh pelosok desa tanah air, namun hasilnya sampai sekarang belum sesuai dengan harapan, termasuk di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan unit analisis Bidan di Desa (individu) yang telah bertugas lebih dari dua tahun dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sistematic Random Sampling, sebanyak 100 sampel. Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu fungsi-fungsi pelaksanaan Manajemen Program KIA (Perencanaan, Penggerakan dan Penilaian), sedangkan variabel independen adalah umur, status perkawinan, tempat tinggal, lama bertugas, pelatihan, dukungan masyarakat, bimbingan teknis, umpan balik, hasil kerja dan saran kerja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Manajemen Program KIA oleh Bidan di Desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat, proporsinya sama antara yang baik dan yang kurang baik. Dengan uji Chi-Square, diketahui hanya ada satu faktor yang secara statistik berhubungan dengan pelaksanan manajemen program KIA yaitu umur (X2 6,723 p= 0,009). Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Departemen Kesehatan RI agar penempatan dan pemberian tugas Bidan di Desa harus memperhatikan faktor umur, kepada Kepala Seksi KIA Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas dan Bidan Pengelola Puskesmas, agar mengingatkan serta menegaskan kembali pentingnya melaksanakan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, selalu melakukan bimbingan teknis dan segera memberikan umpan balik hasil kerja Bidan di Desa. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini terus dilanjutkan dengan metode yang lebih tepat dan variabel-variabel yang lebih spesifik serta akurat. ......The Factors Related to the Application of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh District Years 1998In disrreasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) as one of the effort in the human resource improvemant, the implemantation of Mother and Child Care must be monitored and evaluated on several aspects. One of the aspect that is necessary and will contribute to success of break through Mother and Child Care program in village midwife. While government have done by distributing in village midwife, but the result still for from expectation as to get discriptian of the including that in Aceh District. Related to these problems this research has an objective management of the program of Mother and Child Care by midwife, and the related factors. This research is done in Aceh West District, Aceh Province, using Cross Sectional design with analisys unit in village Midwife (individual) as who have worked more than two years and sample have done with Simple Random Sampling sum 100 samples. The variables who researched involve dependent variable by the function of the Aplication of Management Mother and Child Health Care program namely planning, actuating , and evaluation, independent variables were age, marriage status, resident, task, training, community support, technical guidance, job feed back and infrastructure. The research conclution that the Aplication of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh, the same proportion between good and not so good_ By the Chi-Square statistics exam, known that age was a factor related with aplication management mother and child health care program (X2=6,723 According to the research, recommended for Health Department Republic of Indonesia in order to placement and giving job to village midwife must be concider age factor. Head of mother and child care health, section, head of public health center and midwife commitee, in order to remain and will focus how necessary application of Mother and Child care by midwife, always do technical guidance and job feed back with midwife resulted in village. While for researcher this research could continued with several method which more effective and specific variables and so accurate.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Pada
Abstrak :
Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama tercapainya keluarga yang sejahtera karena ibu mempunyai nilai strategis dalam pembangunan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan kelompok rawan karena resiko kesakitan dan kematian. Angka kematian ibu (AM) dijadikan salah satu indikator nasional yang digunakan dalam menilai tingkat kesejahteraan ibu dan derajat kesehatan. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi. Pemanfaatan penolong persalinan adalah satu mata rantai dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan pemeriksaan kehamilan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data Survei Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia tahun 2001 dengan desain cross sectional. Sampel adalah wanita yang sudah menikah, berumur 15-45 tahun dan pernah melahirkan anak, baik lahir hidup maupun lahir mati dalam satu tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sebesar 94,3%, akan tetapi yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan hanya 62,6%. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa ibu yang tidak memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan (tidak ANC) mempunyai peluang 5,09 kali memanfaatkan bukan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan setelah dikontrol variabel pendidikan dan pengetahuan ibu. Selain itu akses terhadap media informasi dan status ekonomi keluarga juga berhubungan secara independen dan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin di Propinsi Jawa Barat adalah dengan meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam konseling-komunikasi interpersonal, memberikan layanan antenatal yang lebih berkualitas, pemantapan sistem rujukan yang komprehensif dari keluarga, masyarakat, puskesmas sampai rumah sakit serta mengupayakan kesinambungan pembiayaan kesehatan bagi keluarga miskin khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin serta rujukan melalui APBD propinsi dan kabupaten/kota setelah program JPS-BK berakhir. ......Relationship between Antenatal Care History and Birth Delivery Assistant Utilization in the Province of West Java 2001 (Secondary Data Analysis: Indonesia Mother and Child Survey, 2001)The existence of a mother is the main pillar to attempt a welfare family due to it has a strategic value in human resource development. Also, the mother is classified as vulnerable group because of having morbidity and mortality risk. Maternal Mortality Rate (MMR) is one of national indicators assessing the level of well-being mother and health status. In comparison with other ASEAN countries, MMR in Indonesia is relatively high. So, in order to decrease MMR and Infant Mortality Rate (IMR), delivery assistant utilization is an important chain. The objective of the study was to obtain the information about relationship between antenatal care and birth delivery assistant utilization. This study used secondary data from Indonesia Mother and Child Survey 2001 as well as a cross sectional design, The sample of this study was married women aged 15-45 years and having given birth history, both alive or stillbirth in the last one year. The results showed that antenatal care provided by health provider was 94.3% but of those who utilized health provider as birth delivery assistant was 62.6%. Logistic regression test revealed that mothers who did not examine their pregnancy to the health provider had chance 5.09 times to utilize other provider beside health provider as their birth delivery assistant after being controlled by mother's educational and knowledge. Furthermore, the access to information media and economical status in the family related to birth delivery assistant utilization independently and significantly. It is recommended that some attempt that could be conducted to increase health provider utilization in health care for pregnant women and delivery women in the Province of West Java by increasing the health provider's skill on interpersonal communication and counseling, providing quality antenatal care and comprehensive referral system, as well as trying to give continuous health expenses for the poor family, particularly providing the service for pregnant/delivery women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidig Handanu Widoyono
Abstrak :
Dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, maka salah satu upaya pemerintah adalah menempatkan bidan di desa. Penempatan bidan di desa sampai dengan tahun 1999, di Kecamatan Nanga Pinoh sudah mencapai 85,7% dari 21 desa. Masuknya bidan di desa, menunjukkan adanya peningkatan cakupan pelayanan program kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kecamatan Nanga Pinoh, kecuali cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (31,2%), yang belum terdapat peningkatan yang berarti dikaitkan dengan jumlah bidan yang ditempatkan di desa. Pertolongan persalinan juga dilaksanakan oleh dukun bayi, dengan demikian pemanfaatan dukun bayi untuk menolong persalinan di Kecamatan Nanga Pinoh masih sangat besar. Dampak dari masih tingginya pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Nanga Pinoh adalah terjadinya dua kematian ibu, delapan kematian bayi lahir dan 12 kematian perinatal pada tahun 1999, yang sebagian besar ditolong oleh dukun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik pelayanan persalinan oleh dukun bayi, yang menyebabkan pilihan persalinan kepada dukun bayi dan informasi tentang karakteristik pelayanan positip dari dukun bayi yang dapat diadopsi oleh bidan di desa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan bidan di desa. Karakteristik pelayanan dukun bayi dilihat dari faktor biaya persalinan, kepercayaan, jarak tempuh, kemudahan mendapatkan pelayanan, kelengkapan pelayanan dan kekerabatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Baran Pelaksanaan pengumpulan data dimulai bulan September 2000 sampai Nopember 2000. Desain penelitian adalah kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakteristik pelayanan oleh dukun bayi yang menyebabkan pilihan persalinan cenderung kepada dukun bayi, baik di wilayah perdesaan maupun di perkotaan. Karakteristik tersebut adalah persepsi jarak ke dukun lebih dekat, lebih cepat dipanggil, tidak menolak, selalu siap di tempat dan pelayanan pasca persalinan antara lain memasak, mencuci dan mengurut ibu (ngangkil), serta pembayaran kepada dukun dapat dicicil atau ditunda. Pemilihan kepada dukun bayi juga didasari oleh kepercayaan yang tinggi, karena do'a (.selusuh), pengalaman dan faktor kebiasaan, serta pengaruh dari orang tua. Pada penelitian ini juga mengungkap beberapa kelemahan pelayanan persalinan oleh dukun bayi yaitu kebersihan, keamanan persalinan dan risiko keterlambatan rujukan, yang perlu segera dicarikan pemecahannya. Karakteristik pelayanan persalinan oleh bidan desa, yang membuat masyarakat cenderung tidak memilih bidan, antara lain bidan sering tidak ada di tempat, persepsi jarak ke rumah bidan lebih jauh, bidan yang kadang-kadang menolak, persepsi terhadap pembayaran biaya persalinan yang tidak dapat ditunda. Terdapat beberapa karakteristik positif pelayanan oleh dukun bayi, yang dapat diadopsi oleh bidan di desa antara lain cara pembayaran biaya persalinan yang dapat dicicil, pendekatan spiritual dan budaya, selalu siap ditempat dan tidak menolak, memperpanjang pelayanan pasca persalinan dan menciptakan empati dengan klien. Untuk itu disarankan agar membuat kebijakan lokal dengan musyawarah tentang biaya persalinan dan mekanisme kerja sama atau kemitran antara dukun dan bidan, di samping perlunya pembekalan kepada bidan di desa tentang ilmu komunikasi, ilmu sosial dan budaya serta situasi dan kondisi tempat kerja. Selain itu pembinaan, supervisi dan monitoring kepada bidan desa perlu dilakukan, di samping perlunya dilaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi, karena masih banyak ditemukan risiko pelayanan persalinan oleh dukun bayi.
Analysis on Choice of Delivery by Traditional Birth Attendants (TBAs) in Nanga Pinoh Sub District, Sintang District, West Kalimantan Province Year 1999To accelerate the decrease of mothers mortality rates (MMR) and infants mortality rates (IMR) in Indonesia, the government has commenced midwives placement program throughout villages in Indonesia. The placement of midwives until 1999, in Nanga Pinoh sub district, has reached to 85.7% of 21 villages. The existence of midwives in villages has increased the output of mother and children health service program in Nanga Pinoh sub district. However, it has not yet increased delivery assistance by health workers (31.2%) compared to the number of midwives available in the villages. Delivery assistance also took place with TBAs, therefore the use of TBAs delivery assistance in Nanga Pinoh sub district is still considerable. The outcome of delivery assistance by TBAs still considerable, there are two maternal mortality, eight infant mortality and twelve prenatal mortality, in Nanga Pinoh sub district, there was assistance by TBAs. This study was aimed at investigating characteristics of delivery assistance conducted by TBAs by which the choice of baby delivery by TBAs was made. It also focused on examining characteristics of positive service by TBAs that can be adopted by midwives in villages to improve midwives service quality. Characteristics of TBAs service were reduced from the cost of delivery, accountability, distance, accessibility to the service, type of service and rapport. This study was conducted in Nanga Pinoh sub district, Sintang district, West Kalimantan province. Data collection was commenced from September 2000 until November 2000. The study design was qualitative and employed in-depth interview and focus group discussion techniques. The study shows that there are same characteristics of service by TBAs that inclined to choice of delivery by TBAs, in rural and urban areas. Such characteristics are closer distance to the TBAs, immediate visit, no refusal, constant availability and post delivery assistance including preparing meals, washing clothes and massaging (ngangkil) as well as postponeable or installed service fee. Moreover, choice of delivery by TBAs is based on high accountability due to prayer (selusuh), experience and habit as well as influence from parents. In addition, the study reveals some shortcoming of such delivery by TBAs that consist of sanitary and safety of delivery as well as risk caused by lateness of reference. These shortcomings demand immediate solution. There are less favorable characteristics in choice of midwives for delivery include on-site in availability, longer distance, refusals, unpostponeable payment of service fee. There are several positive characteristics of TBAs that may be adopted by midwives in villages. These consist of mode of service fee payment, spiritual and cultural approaches, availability and acceptance, providing post delivery assistance and creating empathy toward clients. It is recommended that local policies be established by discussing service fee and joint service mechanism between midwives and TBAs, work orientation for midwives be conducted concerning communication, social and cultural knowledge and work environment as well as coaching, supervising, monitoring over village midwives. Training and coaching for TBAs should also be provide due to the fact that the risk of delivery assistance by TBAs.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T 10038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursania
Abstrak :
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui AKB di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014 yang menargetkan AKB tahun 2014 sebesar 24/1000 kelahiran hidup, dan target Millenium Development Goals (MDGs) yang menargetkan AKB tahun 2015 sebesar 23/1000 kelahiran hidup. AKB tersebut menunjukan peningkatan derajat kesehatan anak di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, dan dapat mengancam kelangsungan hidup anak di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan kematian bayi di Indonesia dengan menganalisis lebih lanjut data SDKI Tahun 2012. Determinan kematian bayi pada peneilitian ini dapat dilihat dari faktor ibu (umur ibu saat melahirkan, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, paritas, perdarahan saat melahirkan, merokok), faktor lingkungan (keadaan rumah, wilayah tempat tinggal, status ekonomi), faktor bayi (jenis kelamin, berat bayi lahir, mendapatkan ASI), faktor upaya kesehatan (pemberian imunisasi tetanus pada saat ibu hamil, mendapat pil/sirup zat besi pada saat ibu hamil, tempat persalinan, penolong persalinan, kepemilikan jaminan kesehatan). Unit analisis adalah bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum survei SDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian diketahui dari 2965 bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum survei, 1,9% meninggal dunia, dan 98,1% bayi masih hidup. Diketahui faktor status ibu bekerja, berat bayi lahir, dan mendapatkan air susu ibu merupakan faktor yang signifikan terhadap kematian bayi, dengan faktor dominan adalah faktor mendapatkan air susu ibu (ASI). Penelitian ini menyarankan agar memasyarakatkan pentingnya ASI, pentingnya nutrisi ibu hamil, meningkatkan kualitas penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR), serta meningkatkan akses, kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan memperhatikan aspek teknis dan manajerial.
Based on Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 IMR in Indonesia known is 32 deaths per 1000 live births. This figure is still far from the target of the Ministry of Health Strategic Plan, 2010-2014 targeting 2014 IMR of 24/1000 live births, and the millennium Development Goals (MDGs) that targets IMR 2015 at 23/1000 live births. The IMR showed an increase in the degree of child health in Indonesia is not as expected, and could threaten the survival of children in Indonesia. This study was conducted to determine the determinants of infant mortality in Indonesia to further analyze the data IDHS 2012. Determinants of infant mortality in this study can be seen from maternal factors (maternal age, maternal education, maternal employment status, parity, bleeding during childbirth, smoking), environmental factors (home state, region of residence, economic status), infant factors (gender, birth weight, breast fed), and factors of health efforts (tetanus immunization of pregnant women at the time, got pills/syrup iron, place of delivery, birth attendents, health insurance ownership). The unit of analysis is the baby born in the span of a year prior to the survey IDHS 2012. Study design was cross-sectional by using logistic regression analysis. The results of the 2965 research showed the babies born in the span of a year before the survey, 1,9% died, and 98,1% of babies are still alive. Known factors working mother status, birth weight, and get breast milk is a significant to infant mortality, the dominant factor is the factor of getting breast milk. This study suggests that promote the importance of breastfeeding, the importance of maternal nutrition, improve the quality of management of low birth weight (LBW), as wel as improving access, quantity and quality of maternal and child health services by taking into account the technical and managerial aspects.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Irma Junita
Abstrak :
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator untuk menggambarkan status kesehatan suatu bangsa. Angka Kematian Perinatal merupakan bagian dari (AKB) dan dapat menjadi indikator kualitas pelayanan obstetrik dan neonatal di suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian perinatal di Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2002. Besarnya hubungan dilihat dari hasil perhitungan Odds Ratio antara bayi yang dilahirkan dari ibu yang memperoleh pelayanan antenatal dengan kualitas buruk dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang memperoleh pelayanan antenatal dengan kualitas baik. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda Kasus Kontrol dengan jumlah sampel keseluruhan 180 responden yang terdiri dari 90 kasus dan 90 kontrol. Kasus adalah bayi yang dilahirkan pada periode Januari-Desember 2002 dan meninggal pads masa perinatal. Kontrol adalah bayi yang dilahirkan dalam periode Januari-Desember 2002, tidak meninggal pada masa perinatal dan tinggal dibatas wilayah yang sama dengan kasus. Kasus diambil dari laporan audit maternal perinatal sedangkan kontrol diambil dari batas wilayah yang sama dengan kasus tanpa dilakukan matching. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS versi 10. Analisa statistik yang digunakan adalah regresi logistik sederhana untuk bivariat dan regresi logistik ganda (model faktor risiko) untuk multivariat. Secara statistik ditemukan keeratan hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian perinatal (p= 0001) di mana ibu yang memperoleh pelayanan antenatal buruk memiliki risiko 4.059 kali (95% CI : 1.263 - 6.241) terhadap kematian perinatal dibandingkan ibu yang memperoleh pelayanan antenatal yang baik, setelah dikontrol oleh variabel paritas dan jarak antara kelahiran.
Peningkatan kualitas pelayanan antenatal harus ten's dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jenis pemeriksaanlpelayanan yang diberikan dan keteraturan kunjungan berdasarkan kriteria minimal 1,1,2. Mu !until sebagai pihak yang berkepentingan harus memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur dan petugas kesehatan wajib memberikan pelayanan antenatal sesuai standar minimal yang telah ditetapkan oleh Depkes RI. Daftar bacaan : 54 ( 1984 - 2002 )
The Relationship Between Antenatal Care With the Perinatal Mortality in Indragiri Hulu Regency year 2002 Infants mortality rate is the indicator to describes health degree of a country. Perinatal mortality rate, as the part of infants mortality rate, can be the indicator of the obstetrics and neonatal services in a territorial. The objective of this study is to find out the relationship between antenatal care with the perinatal mortality in Indragiri Hulu year 2002. The size of the relationship is described from the result of Odds Ratio measurement among the babies, which were born from mothers who obtained bad quality antenatal care compared to babies who were born from mothers who obtained good quality antenatal care. The research plan, which was used in this study, is the Case Control method with 180 respondents as the sample on the whole, which include 90 cases and 90 controls. Cases are babies who were born in the period of January-December 2002 and passed away on the perinatal stage. Controls are babies who were born on the period of January-December 2002, did not passed away on the perinatal stage, and lived in the same region as the cases. Cases were taken from perinatal maternal audit report without undertaken matching. Data processing was carried out using SPSS program 10 version_ Statistical analysis which was employed is the simple logistic regression for bivariat and multiple logistic regression (risk factor model) for multivariate. Statistically that the meaningful relationship between antenatal care with perinatal mortality it is acquired (p = 0.001) where mothers who obtained bad quality antenatal care has the risk of 4.059 times higher (95% CI : 1.263 - 6.241) towards perinatal mortality compared to mothers who obtained good quality antenatal care, after being controlled both by parity variable and ranges between births variable. The improvements of antenatal care quality must be continuously undertaken through consideration of the completeness of examination/service types, which is given, and the consultation regularity based on the minimal criteria of 1,1,2. Pregnant mothers as the concerning components must have mindful to check up their pregnancy regularly, and the health workers are obliged to provide antenatal services which are in accordance to the minimum standards which has been established by the Health Ministry. Bibliography List: 54 (1984-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library