Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alexander
Abstrak :
Imobilisasi TiO2 telah banyak dilakukan pada berbagai jenis penyangga, salah satunya adalah Stainless Steel. Pada penelitian ini, imobilisasi pada pelat Stainless Steel 304 (pelat SS) dilakukan dengan metode dip coating lalu dikalsinasi dengan tujuan mendapatkan lapisan yang transparan dan bersifat fotokatalitik aktif. Kalsinasi dilakukan pada suhu awal 1500C selama 1 jam lalu suhu dinaikkan secara bertahap sampai 4000C selama 1 jam dan ditahan pada 4000C selama 1 jam. Secara visual, hasil yang didapat bersifat transparan. Hasil karakterisasi lapisan dengan XRD dan SEM menunjukkan kristal yang terbentuk adalah anatase dengan ketebalan lapisan 816,327 nm, lapisan TiO2 yang terbentuk menutupi permukaan pelat SS (membentuk pelat TiO2- SS) secara homogen, teramati adanya difusi Fe dari pelat SS ke lapisan TiO2 yang terbentuk, dan kristalinitas pelat SS tidak berubah secara signifikan setelah kalsinasi. Aktivitas lapisan TiO2 yang terbentuk dilihat dari kemampuannya mendeklorinasi 2-klorofenol (2CP). Persentase klorida maksimum yang dapat dihasilkan dari hasil irradiasi larutan 2CP oleh sinar UV, untuk masingmasing konsentrasi awal (C0) 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm, dengan adanya pelat TiO2-SS (sistem UV-TiO2) adalah 54,55%, 33,64%, 54,82%, dan 57,01% dan tanpa adanya pelat TiO2-SS (sistem UV) adalah 45,45%, 17,27%, 24,10%, dan 16,74%. Hasil analisis kinetiknya menunjukkan bahwa sistem UV mempunyai nilai konstanta laju reaksi deklorinasi (k) sebesar 0,0082 ppm⎯5/2 h⎯1 dan pada sistem UV-TiO2, yang mengikuti model Langmuir-Hinshelwood, nilai k adalah 9,0009 ppm h⎯1 dan nilai konstanta adsorbsi, K, adalah 0,2718 ppm⎯1.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahauan Alam Universitas Indonesia, ], 2006
T40075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Yasmara
Abstrak :
Pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan penurunan peristaltik usus sebagai pemicu terjadinya konstipasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian air putih 500 ml pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal. Metode penelitian yang digunakan adalahQuassy eksperiment, dengan desain post test only non equivalent control group. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 24 responden kelompok perlakuan dan 24 responden kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan adalah bowel score yang diobservasi setiap hari selama tiga hari. Terdapat pengaruh yang signifikan minum air putih 500 ml di pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05). ...... Patient with musculoskeletal disorder has been moving limitation and caused decreasing of gut peristaltic.The aimed of this study to find out the influence of drinking plain water 500 ml on the morning to constipation Incident of Immobilize Patient with musculoskeletal system disorder. The methode of this study were Quasi-eksperiment with post test only non equivalent control group design. The number of sample was 24 respondents as intervention group, and 24 respondent as controll group. The instrument that be used were Bowel Score that have been observed everyday for three days. The result shows significant influences of drinking plain water on the morning to constipation incident of immobilize patient musculoskeletal system dysorder ( p value = 0,002 ; α= 0,05).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanna
Abstrak :
Telah dilakukan degradasi Congo Red dalam air melalui proses fotokatalisis menggunakan TiO2 yang diimobilisasi dengan metoda sol-gel pada dinding bagian dalam kolom tabung gelas. Katalis TiO2 dibuat dari prekursor Titanium tetra isopropoksida (TTIP) dengan metoda sol-gel yang dikalsinasi pada suhu 400 oC. Karakterisasi TiO2 dengan XRD menunjukkan bahwa kristal TiO2 mempunyai struktur anatase, dengan ukuran partikel TiO2 sekitar 8,99 nm. Tabung gelas yang telah dilapisi TiO2 bagian dinding dalamnya dirangkai dalam sistem reaktor fotokatalisis. Rangkaian instrumen ini terdiri dari satu unit reaktor sistem batch yang terdiri dari lampu UV 22 watt (black light). Sistem reaktor dilengkapi dengan aerator yang bertujuan meningkatkan transfer massa dan ketersediaan oksigen larutan sampel dalam tabung gelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan proses fotodegradasi. Absorbsi foton oleh TiO2 akan menghasilkan pasangan elektron dan hole positif pada permukaan yang kontak dengan larutan, dan memicu reaksi degradasi zat organik yang terdapat dalam larutan. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh jumlah lapisan TiO2, konsentrasi awal Congo Red, nilai pH dan nilai daya hantar listrik serta keberadaan senyawa intermediet dengan HPLC. Pengamatan yang dilakukan adalah perubahan spektrum serapan dari puncak serapan spesifik pada spektra serapan larutan Congo Red sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Terjadinya degradasi Congo Red ditunjukkan dengan adanya penurunan konsentrasi larutan, penurunan nilai pH, kenaikan nilai daya hantar listrik dan terbentuknya asam oksalat sebagai senyawa intermediet. Sebagai kontrol percobaan, dilakukan iradiasi sinar UV tanpa TiO2 dan menggunakan TiO2 tanpa sinar UV. Hasil dari kedua kontrol percobaan ini tidak menunjukkan berkurangnya konsentrasi Congo Red secara signifikan. Dari hasil uji optimasi reaktor diperoleh jumlah lapisan optimum sebanyak delapan lapis TiO2. Laju degradasi Congo Red meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi awal sampai batas konsentrasi optimum pada 50 ppm dengan persentase degradasi mencapai 99,0%. Dari hasil perhitungan kinetika Langmuir-Hinshelwood diperoleh tetapan laju reaksi, kr sebesar 1,311ppm/menit dan tetapan adsorpsi, K sebesar 0,043/ppm. Efisiensi reaktor sebagai nilai quantum yield adalah 77%. Produk senyawa intermediet yang terbentuk hasil degradasi Congo Red berupa asam oksalat yang ditandai adanya penurunan kadar asam oksalat selama iradiasi 11,5 jam. ......Photocatalytic degradation of Congo Red in water was conducted in a reactor which consist of immobilized TiO2 film coated on to inner wall of glass column tube (IWGCT-TiO2). The TiO2 film was prepared, from titanium tetra isopropoxide (TTIP) as a precursor, by a sol-gel method and calcination at 400 oC. The resulted TiO2 was characterized by mean of UV-Vis spectrometry, XRD and SEM. It was observed that the film has a specific UV-Vis absorption started at 390 nm (that can be attributed to band gap of anatase), unique diffraction intensity at 2θ 25o (attributed to anatase), approximately 8.99 nm crystalite size (predicted from a Scherrer equation), and showsed a good coverage on the glass substrate. The IWGCT-TiO2 then was arranged in a batch reactor system where a 22 watt black UV light was used as the light source and equipped with an aerator to enhance mass transfer and oxygen availability. Upon UV-Vis light illumination, TiO2 surface will generate electron and positive hole that subsequently initiate degradation reaction of organic chemical in adjascent solution. Series investigation on photo catalytic degradation of Congo Red solution during this research revealed that thickness of TiO2 film resulted from eight times coating give an optimum performance. Optimum photo catalytic degradation rate of Congo Red solution was observed at 50 ppm (initial concentration), where almost 99.0% of Congo Red disappeared during 240 minutes treatment. Langmuir-Hinshelwood kinetic evaluation reveal that typical reaction rate constant, kr is 1,311 ppm/minute and adsorption constant, kr is 0,043/ppm were obtained. As for the present experimental setting, the reactor efficiency evaluation give a quantum yield value, of approximately 77%, for a 11.5 hours reaction time. It was observed during 11.5 hours photo catalytic degradation of Congo Red there were an occurrence of intermediate simple organic compounds (e.g. oxalic acid and others) before a complete mineralization occurred. Control experiments (the present of UV light but without TiO2 and the present of TiO2 but without light) were conducted for each of all experimental setting and indicated no significant degradation of Congo Red.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T40084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Dian Fitriani
Abstrak :
Hidrogel PoIi(vinii alkohol) atau PVA merupakan jenis bahan poiimer yang non-toksik dan non-karsinogenik. Bersifat hidrofilik yang mempunyai kemampuan untuk mengembang di air. Hidrogel dapat menyerap sejumlah air atau senyawa polar {swelling), sehingga dengan sifat hidrogel ini dapat dimanfaatkan pengembangan hidrogel sebagai matriks untuk imobilisasi suatu obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan PVA sebagai matriks untuk imobilisasi dan pelepasan obat. Model obat yang digunakan pada penelitian ini yaitu antibiotik Oksitetrasiklin HCI yang bersifat larut dalam air. Telah dilakukan pembuatan hidrogel PVA dari larutan PVA konsentrasi 10% dan 20% dan diiradiasi dengan dosis 20,40 dan 60 kGy. Kemudian dilakukan pengujian terhadap matriks hidrogel PVA yaitu persen air yang terserap (swelling), fraksi gel untuk mengetahui banyaknya fraksi gel yang terbentuk, imobilisasi diuji dengan rrielakukan pelepasan Oksitetrasiklin HCI dari matriks diukur dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis, dan untuk mengetahui gugus fungsi pada hidrogel sebelum dan sesudah iradiasi diukur dengan Spektofotometri Inframerah. Hasil Penelitian menunjukkan hidrogel I PVA yang dihasilkan dari konsentrasi PVA 20% dan dosis iradiasi yang makin besar (60kGy>40kGy>20kGy) terjadi kenaikan ikatan silang yang ditandai dengan %fraksi gel yang makin besar dari 91-98%, %swelling iurun dari 568,58%-381,82%, sehingga berat kumulatif Oksitetrasiklin HCI yang terlepas dari matriks hidrogei PVA selama 50 jam akan tidak optimal. Has!! * FT-IR setelah diiradiasi menunjukkan terjadinya pemanjangan intensitas puncak alkil pada serapan 2910,4 cm"^ dimana telah terjadi ikatan antara PVA dengan PVA. Imobillsasi Oksitetrasiklin HCI dari matriks hidrogei PVA yang optimal terdapat pada matriks hidrogei dengan konsentrasi PVA 20% I hasil iradiasi sinar gamma dosis 60 kGy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desry Yenita
Abstrak :
Eugenol adalah senyawa kimia alamiah yang terdapat dalam minyak tanaman cengkeh. Minyak cengkeh dihasilkan melalui penyulingan berbagai bagian tanaman cengkeh, yaitu daun, tangkai, dan bunga. Eugenol dalam bidang farmasi, salah satunya digunakan sebagai obat gosok. Trimetilol Propana Trimetakrilat (TMPT) adalah suatu monomer yang dapat digunakan untuk pembentukan kopolimer, TMPT digunakan sebagai matriks untuk mengekang eugenol sehingga eugenol akan bertahan lebih lama jika digunakan sebagai obat gosok. Matriks TMPT dibuat dan diiradiasi dengan dosis 10,20, dan 30 kGy. Kemudian dilakukan pengujian terhadap matriks TMPT yaitu persen air terserap (Swelling) terhadap waktu, fraksi gel. Proses pembentukan matriks TMPT- eugenol diiradiasi dengan dosis 10,20, dan 30 kGy dengan komposisi 1:1 (v/v) kemudian dilakukan pengujian pelepasan (release) eugenol dari matriks dengan cara matriks TMPT-eugenol direndam dalam etanol lalu diukur dengan spektrofotometri UV-Vis serta untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada matriks sebelum dan sesudah iradiasi diukur dengan Spektrofotometri Inframerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imobilisasi eugenol dalam matriks TMPT hasil iradiasi sinar gamma. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil persen air terserap (swelling) pada matriks TMPT akan menurun terhadap waktu dan fraksi gel akan mengalami kenaikan seiring menaiknya dosis iradiasi hingga 30 kGy. Hasil IR menunjukan terjadi kopolimer terhadap iradiasi campuran matriks TMPT- eugenol. Imobilisasi atau pelepasan eugenol dari matriks TMPTeugenol menunjukan tidak banyak pengaruh pada tiap dosis iradiasi dan eugenol akan terlepas dari matriks TMPT pada rentang waktu 48 jam.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrah alatas
Abstrak :
Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang cukup menjanjikan untuk menggantikan bahan bakar berbasis minyak bumi karena biodegradabilitas dan tingkat yang kurang beracun. Biodiesel adalah disintesis melalui reaksi interesterifikasi yang mengubah tanaman atau minyak hewani menjadi metil ester asam lemak (FAME). Reaksi yang digunakan adalah dikatalisis baik dengan katalis asam/basa atau biokatalis, yang paling umum, lipase enzim. Menggunakan enzim lipase untuk mengkatalisis produksi biodiesel dapat memberikan dampak untuk menghasilkan lebih sedikit kontaminasi selama reaksi. Untuk menghasilkan biodiesel, rute alkohol adalah yang paling umum digunakan. Namun, itu bisa memberi beberapa keterbatasan, seperti denaturasi biokatalis karena adanya alkohol. Kemudian, rute non-alkohol dapat dipilih, menggunakan metil asetat untuk menggantikan alkohol. Dalam penelitian ini, lipase dari Bacillus subtilis diproduksi dan disiapkan dalam bentuk mentah, kering dan amobil. Lipase yang diperoleh digunakan sebagai biokatalis untuk menghasilkan biodiesel. Hasil sintesis biodiesel dari Bacillus subtilis akan dibandingkan dengan lipase komersial Candida rugosa. Untuk mendapatkan kondisi optimum untuk memproduksi biodiesel, maka beberapa variabelnya adalah: diselidiki. Pertama, bentuk enzim lipase, kedua, variasi rasio molar, dan ketiga konsentrasi enzim. Menurut hasil percobaan, lipase amobil dengan 1:12 minyak menjadi metil asetat, dan konsentrasi enzim 2% memberikan yield biodiesel tertinggi di antara yang lainnya, yaitu 53,99%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan lipase Candida rugosa. Sebagai kesimpulan, yang tidak bisa bergerak lipase dari Bacillus subtilis merupakan biokatalis yang menjanjikan untuk menghasilkan biodiesel. ......Biodiesel is a promising alternative energy to replace petroleum-based fuels because of its biodegradability and less toxic levels. Biodiesel is synthesized through interesterification reactions that convert plants or animal oils into fatty acid methyl esters (FAME). The reactions used are catalyzed either with acid/base catalysts or biocatalysts, most commonly, enzyme lipases. Using lipase enzymes to catalyze biodiesel production can result in less contamination during the reaction. To produce biodiesel, the alcohol route is the most commonly used. However, it can present some limitations, such as denaturation of the biocatalyst due to the presence of alcohol. Then, a non-alcoholic route can be chosen, using methyl acetate to replace alcohol. In this study, lipase from Bacillus subtilis was produced and prepared in crude, dry and immobilized form. The lipase obtained was used as a biocatalyst to produce biodiesel. The biodiesel synthesized from Bacillus subtilis will be compared with commercial Candida rugosa lipase. To get the optimum conditions for producing biodiesel, some of the variables are: investigated. First, the form of the lipase enzyme, second, the variation of the molar ratio, and the third enzyme concentration. According to the experimental results, the lipase immobilized with 1:12 oil became methyl acetate, and the enzyme concentration 2% gives the highest biodiesel yield among others, which is 53.99%. This result was higher than that of Candida rugosa lipase. In conclusion, the immobilized lipase of Bacillus subtilis is a promising biocatalyst to produce biodiesel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Ashriyani
Abstrak :
Dalam kondisi krisis energi seperti saat ini, pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbarui diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan energi. Makroalga merupakan salan satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi alternatif dalam bentuk bioetanol. Pada penelitian ini, dipilih makroalga genus Eucheuma dan Gracilaria karena memiliki kandungan selulosa serta mudan dan cepat pembudidayaannya. Eucheuma dan Gracilaria dinidrolisis olen jamur Thchoderma viride yang mengnasilkan enzim selulase. Konsentrasi senyawa gula pereduksi yang dinasilkan dari proses nidrolisis ditentukan dengan metode Somogyi Nelson. Gula pereduksi paling tinggi yang dihasilkan dari nidrolisis Eucheuma adalan 0,090 mg/mL pada konsentrasi 7,5% dan waktu inkubasi 48 jam, sedangkan pada Gracilaha, gula pereduksi yang dinasilkan sebesar 0,089 mg/mL pada konsentrasi 5% dan waktu inkubasi yang sama. Hidrolisat Eucheuma dan Gracilaria difermentasi olen sel Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi dalam Ca alginat. Kondisi optimum proses fermentasi diperolen pada pH 4 dan waktu inkubasi 24 jam yang mengnasilkan kadar etanol sebesar 0,698% dari nidrolisat Eucheuma dan 0,530% dari Gracilada. Kadar etanol ditentukan dengan Gas Chromatography.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30507
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarah Anliza
Abstrak :
Etil ester asam lemak dapat diperoleh melalui reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi minyak sawit. Reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa bebas dan yang terimobilisasi pada partikel nano Fe3O4-polidopamin. Nilai persen loading imobilisasi yang diperoleh adalah 78%. Lipase bebas memiliki aktivitas spesifik sebesar 13,81 U/mg, sedangkan lipase terimobilisasi sebesar 2,86 U/mg. Lipase imobilisasi memberikan efisiensi sebesar 21% dengan penurunan aktivias 79%. Partikel Nano Fe3O4-Polidopamin dan lipase terimobilisasi dikarakterisasi menggunakan FTIR, FESEM, EDS, PSA, dan XRD. Pelarut yang digunakan pada reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi yaitu t-butanol, metil isobutil keton, dan n-heksan. Hasil etil ester asam lemak dianalisis dengan GC-FID. Persen komposisi tertinggi pada transesterifikasi dengan katalis lipase bebas dan lipase terimobilisasi sebesar 5,59% dan 3,21% dalam pelarut metil isobutil keton. Sementara itu, Persen komposisi tertinggi pada interesterifikasi dengan katalis lipase bebas dan lipase terimobilisasi sebesar 2,15% dan 1,46% dengan pelarut metil isobutil keton. Enzim terimobilisasi dalam reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi dapat digunakan tiga kali pengulangan. Setelah tiga kali pengulangan, aktivitas menurun 61%.Transesterifikasi dan interesterifikasi berlangsung dalam pelarut metil isobutil keton.
Fatty acid ethyl ester is produced by either transesterification and interesterification between palm oil and ethanol or ethyl acetat as reactants. Transesterification and interesterification were enzim-catalized using immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4-polydopamine. Loading percentage of immobilized lipase was 78%. Free lipase had specific activity about 13.81U/mg, while immobilized lipase of 2.86 U/mg. Immobilization lipase gave efficiency of 21% with a decrease in the specific activity of 79%. Fe3O4-polidopamin nanoparticle have been characterized using FTIR, FESEM, EDS, PSA, and XRD. Variation of solvents used for reaction were t-butanol, methyl isobutyl ketone, and n-hexane. Analysis of fatty acid ethyl ester was performed by GC-FID. The highest composition of transesterification using free lipase and immobilized lipase, with methyl isobutyl ketone as solvent, were 5.59% and 3.21%, respectively. Meanwhile, highest composition percentage of interesterification using free lipase and immobilized lipase were 2.15% and 1.46%, using methyl isobuthyl ketone. Immobilized enzyme in transesterification and interesterification can use three times recycle. After third recycle, the presentation of relative activity decreased 61%. Transesterification and interesterification took place in methyl isobuthyl ketone as solvent.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cusmarih
Abstrak :
ABSTRAK
Disuse atrofi merupakan jenis atrofi otot atau pengecilan otot yang mengacu pada penurunan dalam ukuran otot dalam tubuh.Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwadisuse atrofi sering terjadi akibat tidak menggunakan otot atau pemutusan sinyal saraf ke otot. Kondisi ini sering terjadi setelah periode immobilisasipasca prosedur pembedahan besar, orang-orang dengan kaki di gips/traksi terpasang ORIF atau OREF. Oleh karena itu kurangnya menggunakan otot dan dampak yang diakibatkan oleh hal tersebut adalah pasien mengalami kelemahan yang pada akhirnya pasien tidak bisa untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross-sectional pada pasien paska operasi fraktur femur sebanyak 66 pasien di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya disuse atrofiadalahnyeridengan nilai p= 0,045 sedangkan untuk variabel yang lain pada pemodelan akhir dari multivariate adalah pengetahuan ROM dengan p=0,052, imobilisasi dngan p=0,052 dan motivasi dengan p=0,002. Berdasarkan hasil penelitian bahwa nyeri merupakan faktor yang paling mempengaruhi untuk terjadinya disuse atrofi pada pasien paska operasi fraktur femur. Kata kunci: Disuse atrofi, fraktur femur, imobilisasi, motivasi, dan pengetahuan ROM
ABSTRACT
Abstract Disuse atrophy is a type of muscle atrophy or muscle wasting that refers to a decrease in muscle size in the body. Based on the observation that disuse atrophy often occurs due to not using muscle or termination of nerve signals to muscle. This condition often occurs after immobilization period after large surgical procedure, people with legs in gypsy traction attached ORIF or OREF. Therefore the lack of muscle use and the impact caused by it is the patient experiencing weakness that ultimately the patient is unable to perform their daily activities. This study used a comparative analytic research design with cross sectional approach in post operative fracture patients as many as 66 patients in Indonesia. The results showed that the factors that influence the occurrence of disuse atrophy are pain with p value 0.045, while for other variables in the final modeling of multivariate is knowledge of ROM with p 0,052, immobilization with p 0,052 and motivation with p 0,002. Based on the results of the study that pain is the most influencing factor for the occurrence of disuse atrophy in post operative femur fracture patients. Keywords Disuse atrophy, femoral fracture, immobilization, motivation, and knowledge
2018
T49406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
Abstrak :
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya ......Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>