Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusuf Faisal Martak
"Pendidikan merupakan salah satu cara bagi individu untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun, tujuan tersebut tidak akan tercapai jika masih terdapat permasalahan pada Pendidikan itu sendiri. Saat ini, terdapat dua permasalahan Pendidikan secara umum yaitu aksesibilitas bagi Pendidikan dan imbal hasil dari Pendidikan bagi setiap individu. Pemerintah Indonesia sebagai salah satu penanggung jawab permasalahan tersebut telah membuat berbagai macam kebijakan, namun hal tersebut tidak akan bermanfaat secara maksimal jika pembentukan kebijakan tidak didasarkan pada hasil analisis yang menyasar kepada berbagai kelompok. Berfokus pada pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan di Indonesia secara umum, antarjenjang, dan antarjenis wilayah. Menggunakan data Susenas 2019 dengan pendekatan analisis deskriptif dan ekonometrika persamaan mincer, didapatkan hasil bahwa: 1) Jenjang tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Indonesia yang telah bekerja adalah SD, diikuti oleh SMA, SMP, Pendidikan Tinggi, dan tidak bersekolah; 2) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil dari Pendidikan di Indonesia setiap tahun tambahan Pendidikan sebesar 5,02%; 3) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan paling tinggi berada di jenjang Pendidikan Tinggi, dan semakin rendah sesuai dengan urutan jenjangnya; 4) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan di wilayah Metropolitan dan Perkotaan lebih tinggi dibandingkan Non-metropolitan dan Perdesaan; 5) Disparitas imbal hasil Pendidikan untuk Metropolitan dan Perkotaan dibandingkan Non-metropolitan dan Perdesaan akan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang yang ada. Rekomendasi yang tepat berdasarkan hasil analisis tersebut adalah peningkatan akses bagi seluruh individu untuk mengenyam Pendidikan tertinggi dan perbaikan kualitas Pendidikan bagi wilayah Non-metropolitan dan Perdesaan.

Education is one way for individuals to improve their welfare. However, this goal will not be achieved if there are still problems in education itself. Currently, there are two general education problems, namely accessibility for education and the imbalance of educational outcomes for each individual. The Indonesian government as one of the people in charge of these problems has made various policies, but these will not be of maximum benefit if these policies are not based on the results of the analysis of various groups. Focusing on income as a result of education, this study aims to see how the conditions of income as a return on education in Indonesia are generally, between levels, and between regions. Using the 2019 Susenas data with a descriptive approach and mincer equation econometrics, the results show that: 1) The highest level completed by working Indonesians is elementary school, followed by high school, junior high school, higher education, and not analysis; 2) The average increase in income as a result of education in Indonesia each year of additional education is 5.02%; 3) The average increase in income as a result of education is highest at the Higher Education level, and gets lower according to the sequence of levels; 4) The average increase in income as a result of education in metropolitan and urban areas is higher than in non-metropolitan and rural areas; 5) The disparity of educational returns for Metropolitan and Urban compared to Non-metropolitan and Rural will increase along with the increase in existing levels. The appropriate recommendations based on the results of the analysis are increasing access for all individuals to receive the highest education and improving the quality of education for non-metropolitan and rural areas."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Gunadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan imbal hasil investasi pendidikan pada pekerja sektor industri dibandingkan dengan sektor pertanian dan jasa menurut persfektif gender dengan menggunakan metode Two-Step Heckman dan data Sakernas Agustus Tahun 2014. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa imbal hasil investasi pendidikan pekerja sektor industri lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian dan jasa baik untuk pekerja perempuan maupun laki-laki, imbal hasil pekerja laki-laki berpendidikan tinggi di sektor industri laki-laki 20,99 sedangkan perempuan 30,70 dibandingkan karakteristik lainnya. Di sisi lain pekerja perempuan yang berpendidikan tinggi, puncak penghasilannya lebih lama menurunnya dibandingkan pekerja laki-laki. Karakteristik lain yang memengaruhi penghasilan adalah tempat tinggal, pengalaman pelatihan dan jabatan.

This study aimed to analyze earning based on gender perspective industrial workers compared agriculture and services sector using Two Step Heckman and Sakernas data August 2014. Research results can be seen that the rate of return of industrial sector workers is higher than with the agricultural sector and services both for famale and male worker, rate of return male high educated worker in industrial sector 20,99 whereas female worker 30,70 compared to other characteristic. Female worker who are highly educated workers, peak longer declining earning than male. Another characteristic that influences earnings are the residence, training experience and occuppation."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T46936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Qurniawan
"Data empiris dan penelitian sebelumnya menemukan bahwa Sekolah Menengah Umum (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia masih menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi dan perbedaan pendapatan di pasar tenaga kerja. Kualitas SMA/SMK secara tidak langsung dapat memengaruhi perbedaan pendapatan karena lama pendidikan sebagai output pendidikan dipengaruhi oleh input pendidikan, salah satunya kualitas sekolah. Dengan menggunakan Indonesia Family Live Survey (IFLS) gelombang 3 – 5, perbedaan imbal hasil pendidikan antara lulusan SMA dan SMK secara statistik tidak signifikan disebabkan oleh perbedaan kualitas sekolah. Namun, jika dianalisis di dalam SMK, lulusan SMK yang berkualitas secara langsung meningkatkan partisipasi kerja dan secara tidak langsung meningkatkan akses ke pendidikan tinggi. Oleh karena itu, lulusan dari SMK yang berkualitas memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan dari SMK yang relatif berkualitas rendah. Temuan ini menunjukkan pentingnya kualitas sekolah terhadap hasil pasar kerja, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga kebijakan yang berfokus pada peningkatan kualitas sekolah perlu ditingkatkan.

Empirical data and previous research found the General High School (SMA) and Vocational High School (SMK) in Indonesia are still facing high unemployment rates and income differences in the labor market. The quality of SMA/SMK could indirectly affect the differences in income because the years of education as an educational output are affected by educational inputs, one of which is the school quality. Using the Indonesia Family Live Survey (IFLS) wave 3–5, the difference in return to education between SMA and SMK graduates is not statistically significant, caused by the differences in school quality. However, analyzing within SMK, the graduates from good quality SMK directly increase work participation and indirectly increase access to tertiary education. Hence, graduates from good quality SMK have higher income compared to the ones from relatively low-quality SMK. This finding shows the importance of school quality on the labor market outcomes, especially in vocational high schools (SMK), so that policy focusing on improving school quality should be enhanced."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library