Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Aisha Kartika Pribadi
"Revenge pornography menjadi isu baru yang pada dewasa ini makin mudah terjadi karena mudahnya akses ke internet. Walaupun bentuk dari revenge pornography berbeda dari kekerasan seksual konvensional, dampak dan konsekuensi yang ditimbulkan sama besarnya dari kekerasan seksual lainnya. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilakukan pada empat wanita penyintas revenge pornography untuk melihat pengalaman subjektif penyintas revenge pornography mengenai dampak dan upaya penyintas untuk memulihkan dampak psikologis yang diterima karena revenge pornography. Hasil pada penelitian ini ditemukan bahwa pelaku revenge pornography yang dialami tiga dari empat subjek adalah pacar atau mantan pacar subjek, keempat subjek mengalami dampak psikologis akibat revenge pornography yang dialamil, serta coping mechanism yang dilakukan para subjek umumnya berbentuk avoidance.
Revenge pornography is becoming a new issue which nowadays is getting easier due to technological developments. Although the form of revenge pornography is different from conventional sexual violence, the impact and consequences are just as great as any other form of sexual violence. This research is a qualitative study conducted on four women survivors of revenge pornography to see the subjective experiences of survivors of revenge pornography regarding the impact and efforts of survivors to recover the psychological impact received due to revenge pornography. The results of this study found that the perpetrators of revenge pornography experienced by three of the four subjects were the subject's boyfriend or ex-boyfriend, the four subjects experienced psychological impacts due to the revenge pornography experienced, and the coping mechanism used by the subjects was generally in the form of avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Iftah Putri Nurdiani
"Penyebarluasan gambar seksual secara non-konsensual merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi dalam era digital ini. Masyarakat yang patriarkal mendorong adanya ketimpangan kekuasaan dan dominasi laki-laki terhadap perempuan, hal ini lah yang kemudian melanggengkan praktik penyebarluasan terus terjadi. Selama ini, konsep revenge porn digunakan untuk melihat dan menjelaskan fenomena ini dalam masyarakat, padahal konsep tersebut banyak menuai perdebatan karena tidak peka dan insensitif terhadap korban. Penulisan ini bertujuan ingin melihat bagaimana praktik penyebarluasan gambar seksual secara non konsensual dijelaskan sebagai sebuah bentuk Image-Based Sexual Abuse (IBSA) atau kekerasan seksual berbasis gambar. Melalui analisis dengan sudut pandang feminisme radikal dan juga analisa berdasar definisi IBSA dan kerugiannya oleh McGlynn dan Rackley, ditemukan bahwa penyebarluasan gambar seksual secara non-konsensual adalah sebuah kejahatan seksual berbasis gambar (IBSA) yang merugikan perempuan dan sangat berkaitan dengan adanya dominasi serta kontrol laki-laki terhadap perempuan dan tubuhnya.
The non-consensual dissemination of sexual images is one of the most common phenomena in this digital era. A patriarchal society encourages inequality of power and male domination of women. Hence the practice of dissemination continues up until now. The concept of revenge porn has been used to explain and understand the phenomena despite its insensitivity to the victims. This writing aims to see how non-consensual dissemination of sexual abuse as a form of Image-Based Sexual Abuse (IBSA). Through the analysis using radical feminism perspective and definition of IBSA by McGlynn and Rackley, the data findings show that the non-consensual dissemination of sexual images is a form of Image-Based Sexual Abuse (IBSA) that harms women and is closely related to male domination and control towards women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library