Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarisca Pintaria
Abstrak :
ABSTRAK Jurnal ini membahas perjuangan Ilbongun Wianbu dalam menuntut tanggung jawab Jepang atas isu Ilbongun Wianbu . Ilbongun Wianbu adalah budak seks tentara Jepang. Ilbongun Wianbu mengandung konotasi pemaksaan. Sistem Ilbongun Wianbu terjadi pada ketika Perang Dunia II. Akan tetapi, isu ini baru diangkat pada tahun 1990 lalu menjadi masif sejak tahun 1991. Pemerintah Jepang telah mengeluarkan tindakan formal atas isu ini pada rapat dengar pendapat tahun 1993 dan perundingan Korea-Jepang tahun 2015. Melalui perundingan Korea-Jepang tahun 2015, isu ini dianggap sudah mencapai kesepakatan final oleh pemerintah Korea dan Jepang. Akan tetapi, Ilbongun Wianbu menyatakan bahwa perundingan Korea-Jepang tahun 2015 tidak menyentuh substansi tuntutan Ilbongun Wianbu . Oleh karena itu, perjuangan Ilbongun Wianbu terus berlanjut hingga kini 2018 . Jurnal ini membahas mengapa perjuangan Ilbongun Wianbu menuntut pertanggungjawaban Jepang menempuh waktu 24 tahun 1991 2015 . Tujuan dari jurnal ini adalah menunjukkan komplikasi dari penuntasan isu Ilbongun Wianbu . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan menggunakan sumber sekunder. Penelitian ini menunjukkan bahwa penuntasan isu Ilbongun Wianbu bukan merupakan hal yang sederhana karena adanya ketidakselarasan antara perspektif Jepang dan Ilbongun Wianbu Korea.
ABSTRACT Journal discussed the Ilbongun Wianbu s struggle in demanding Japan s responsibility over Ilbongun Wianbu . Ilbongun Wianbu means Japanese military sex slaves. Ilbongun Wianbu consists forced connotation. Ilbongun Wianbu system occurred during World War II. However this issue just brought out in 1990 and became massive in 1991. Japanese government already has given a formal action over this issue in 1993 hearings and 2015 Korea-Japan s agreement. Through 2015 Korea-Japan agreement, Korean and Japanese government consider that Ilbongun Wianbu issue has reached its final. Nevertheless, Ilbongun Wianbu declares that and 2015 Korea-Japan s agreement hasn t touched Ilbongun Wianbu s demands. Therefore, Ilbongun Wianbu s fights are still going until now 2018 . Journal discuss about why Ilbongun Wianbu fights in demanding Japan s responsibility take on 24 years 1991 2015 . The purpose is to show the complication in Ilbongun Wianbu s settlement. The method is history research method. The data is obtained secondary. The output is Ilbongun Wianbu s issues settlement is not simple thing for there is inconsistency between Japan and Korean Ilbongun Wianbu s perspective.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Khaliya
Abstrak :
Pengalaman dijajah Jepang selama 35 tahun sejak 1910 hingga 1945 telah menjadi memori kelam bagi sebagian masyarakat Korea Selatan, khususnya para mantan Ilbongun Wianbu. Terkait dengan permasalahan mantan Ilbongun Wianbu, sudah dilakukan beberapa pembicaraan tingkat pemerintah yang intinya pemerintah Korea Selatan meminta Jepang untuk memberikan kompensasi yang layak bagi para mantan Ilbongun Wianbu. Namun, ketika kompensasi yang diberikan oleh pihak Jepang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Korea Selatan, maka pengalaman kelam yang dialami oleh para mantan Ilbongun Wianbu tidak hanya menjadi pembicaraan publik di tahun 1990-an, tapi juga disajikan dalam bentuk karya sastra. Melihat kenyataan ini, penulis mengangkat permasalahan penelitian dalam artikel ini tentang bagaimana pandangan masyarakat Korea Selatan sekarang terkait dengan pengalaman Ilbongun Wianbu. Penelitian ini menggunakan metode kajian budaya dengan pendekatan memori publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi pandangan dan ingatan masyarakat Korea Selatan yang tinggal di Indonesia dan Korea Selatan, tentang Ilbongun Wianbu yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah Korea Selatan mengenai masalah Ilbongun Wianbu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ilbongun Wianbu dalam memori publik di Korea Selatan telah menjadi potret masa lalu yang kelam yang membangun harapan masyarakat Korea Selatan khususnya terhadap pemerintah Korea Selatan untuk menangani kasus Ilbongun Wianbu dengan seadil-adilnya melelaui pemerintah Korea Selatan.
The experience of being colonized by Japan for 35 years from 1910 to 1945 is still a dark memory for most of the people of South Korea, especially the former Ilbongun Wianbu. Regarding the former Ilbongun Wianbu issue, several government-level talks have been held, in which the South Korean government asked Japan to provide appropriate compensation for the former Ilbongun Wianbu. However, the compilation of compensation provided by the Japanese was not as expected by South Korea, so the dark experiences experienced by former Ilbongun Wianbu not only became a public conversation in the 1990s, but also helped in the making of literary works. Seeing this reality, the author discusses the problem in this study about how South Korean people`s view is now related to the experience of Ilbongun Wianbu. This study uses a cultural studies method with a public memory approach. The purpose of this study is to reconstruct Ilbongun Wianbu through the views and memories of South Korean people who live in Indonesia and South Korea related to Ilbongun Wianbu and relate it to the South Korea government`s policy regarding Ilbongun Wianbu issue. The results of the research show that Ilbongun Wianbu in the public memory in South Korea has become a dark portrait of the past that builds hopes of the South Korean people, especially towards the South Korean government to handle the Ilbongun Wianbu issue as fairly as possible through the South Korean government.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Astuti
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang sisi lain kehidupan Ilbongun Wianbu Korea dilihat dari sudut pandang budaya pada masa kolonialisme Jepang. Secara epistemologi, wianbu memiliki makna sebagai pendamping, atau sebagai pekerja perempuan sukarela yang mengikuti para tentara Jepang selama berperang. Namun setelah The Rape of Nanking yang terjadi pada tahun 1937, interpretasi istilah wianbu selalu identik dengan budak seks tentara Jepang. Sementara itu, Laporan Komisi Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa Ilbongun Wianbu bukan budak seks, melainkan pekerja yang mendapat bayaran dan fasilitas berupa makanan, pakaian, dan kesehatan di wianso (barak resmi). Penelitian ini menekankan pada dialektika pemakaian istilah Ilbongun Wianbu dan comfort women yang dianalisis berdasarkan fakta kehidupan yang dialami oleh Ilbongun Wianbu asal Korea dengan menggunakan korpus transkrip wawancara Laporan Kesaksian Ilbongun Wianbu oleh Kementerian Kesetaraan Gender Korea tahun 2002. Penelitian ini memakai metode kualitatif eksplorasi yang dipadukan dengan pendekatan diakronis. Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan makna antara wianbu dan comfort women yang dibuktikan oleh sisi lain kehidupan seorang Ilbongun Wianbu di wianso yang tidak murni hanya menjadi pelayan seks bagi tentara Jepang. ...... This paper discusses the other side of Ilbongun Wianbu Koreans life from a cultural point of view during the Japanese colonial era. Epistemologically, wianbu means a companion, or a voluntary female worker who follows Japanese soldiers during war. But after The Rape of Nanking which occurred in 1937, the meaning of wianbu was identical to Japanese army sex slaves. Meanwhile, United Nations Commission of Human Rights reported that Ilbongun Wianbu is not sex slaves, but workers who get paid and given food, clothing, and health at wianso (comfort station). This paper focus on the dialectics use of the terms Ilbongun Wianbu and comfort women which analyzed based on the facts of life experienced by Ilbongun Wianbu from Korea using the corpus transcript of the interview of Ilbongun Wianbu Testimony Report by the Korean Ministry of Gender Equality. This paper uses the qualitative exploration method combined with diachronic approaches. The results of this study indicate that there are differences in meaning between wianbu and comfort women as evidenced by the other side of the life of an Ilbongun Wianbu in wianso who is not only becomes sex servants for Japanese soldiers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library