Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azkiah Sekar Andini
"Deterjen merupakan produk rumah tangga yang digunakan sehari-hari. Di Indonesia, tingginya permintaan terhadap deterjen membuat persaingan yang ketat dalam industri tersebut sehingga penggunaan iklan menjadi sangat penting demi memasarkan dan membedakan produk masing-masing. Namun, suatu merek tidak bisa hanya mengiklankan produknya begitu saja, tetapi perlu mempertimbangkan pesan dan konsep iklan agar lebih menonjol dibandingkan dengan produk lainnya. Salah satunya adalah dengan membuat iklan yang melakukan perbandingan terhadap produk pesaing atau iklan komparatif. Namun, penggunaan iklan komparatif harus tetap mengikuti etika periklanan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan iklan komparatif pada merek deterjen di Indonesia, yakni Surf, Rinso, dan So Klin pada periode yang berbeda (2011 dan 2015). Analisis penggunaan iklan komparatif ini dilakukan secara tematik dengan menelaah penggunaan perbandingan dalam TVC masing-masing merek dari segi teks deskripsi, kata dan kalimat, dan visual yang digunakan. Berdasarkan temuan, iklan deterjen kerap memiliki adegan yang menyandingkan dan membandingkan produknya dengan produk lain yang dianggap sebagai produk kompetitor. Perbandingan yang dilakukan mengacu pada pesaing yang tidak disebutkan namanya (indirect comparative advertising). Selain itu, produk kompetitor selalu digambarkan tidak lebih bersih, tidak lebih cerah, tidak lebih wangi, tidak lebih banyak menghasilkan cucian, dan tidak lebih praktis atau cepat daripada produk deterjen yang sedang diiklankan. Penggunaan iklan komparatif pada merek deterjen juga memiliki kecenderungan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) karena merendahkan produk kompetitor dan dapat menyesatkan khalayak.

Detergent is a household product that is used daily. In Indonesia, the high demand for detergents makes competition intense in the industry so that the use of advertising becomes very important in order to market and differentiate each product. However, a brand cannot simply advertise its products, but needs to consider the message and advertising concept to make it stand out from other products. One of them is by making advertisements that make comparisons to competitors' products or comparative advertisements. However, the use of comparative advertising must follow advertising ethics. This paper aims to determine the use of comparative advertising on detergent brands in Indonesia, namely Surf, Rinso, and So Klin in different periods (2011 and 2015). The analysis of the use of comparative advertising is carried out thematically by examining the use of comparisons in the TVC of each brand in terms of descriptive text, words and sentences, and visuals used. Based on the findings, detergent advertisements often have scenes that juxtapose and compare their products with other products that are considered competitors' products. The comparison made refers to indirect comparative advertising. In addition, competitors' products are always described as no cleaner, no brighter, no more fragrant, no more laundry, and no more practical or fast than the detergent product being advertised. The use of comparative advertising on detergent brands also has a tendency to violate the Indonesian Advertising Ethics (EPI) because it demeans competitors' products and can mislead the public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Najelaa Shihab
"ABSTRAK
Iklan adalah metode komunikasi impersonal yang berisi informasi persuasif
tentang suatu gagasan, produk atau jasa; oleh sponsor yang teridentifikasi dengan jelas;
melalui berbagai media (Disarikan dari berbagai sumber).Efektifitas komunikasi dari
produsen ke konsumen melalui iklan,diukur melalui berbagai indikator, salah satunya
adalah sikap terhadap iklan. Sikap terhadap iklan didefinisikan sebagai kecenderungan
berespon dengan cara yang positif atau negatif terhadap rangsang iklan tertentu dalam
situasi penyajian tertentu (Solomon, 1996; Lutz dalam Alwitt & Mitchell (eds.), 1985).
Sikap terhadap iklan ini terdiri dari dua komponen, yaitu respon kognitif dan respon
afektif terhadap iklan yang masing-masing memiliki dimensi positif ataupun negatif.
Salah satu teknik penampilan iklan yang digunakan produsen untuk memunculkan
respon positif dari konsumen adalah iklan komparatif langsung. lklan komparatif
langsung adalah iklan yang melakukan perbandingan secara eksplisit, antara atribut
produk merek yang dipromosikan dengan atribut produk dari merek kompetitor dalam
kategori produk yang sama (Disarikan dari berbagai sumber). Sejauh ini, terlepas dari
besarnya peluang pemanfaatannya, strategi iklan komparatif langsung belum digunakan
dalam dunia periklanan di Indonesia.
Penelitian ini adalah sebuah penelitian eksploratif; yang berusaha
menggambarkan sikap konsumen terhadap iklan komparatif langsung, sekaligus
menjajaki faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses pembentukan sikapnya.
Jawaban atas permasalahan diatas didapatkan melalui metode Focus group discussion
(FGD), yaitu sebuah diskusi informal diantara 5-12 orang partisipan dalam kelompok
yang dipandu oleh seorang moderator (Kinnear & Taylor, 1996). Partisipan yang
terlibat memiliki karakteristik khusus berkaitan dengan penggunaan contoh iklan komparatif langsung yang digunakan (kartu kredit) dan metode FGD. Melalui lima
kali sesi FGD yang dilengkapi kuesioner dan wawancara sebagai alat bantu
pengumpulan data, dengan melibatkan 36 partisipan, berhasil didapatkan gambaran
awal tentang sikap konsumen terhadap iklan komparatif langsung. Respon kognitif
yang muncul dari partisipan terdiri dari argumen-argumen pendukung yaitu;
merangsang persaingan sehat antarprodusen, memberikan informasi yang berguna bagi
konsumen dan produk pengiklan adalah produk yang baik. Di sisi lain, partisipan juga
memunculkan argumen-argumen pembantah antara lain; produk kompetitor lebih baik
dari produk pengiklan, produk sejenis diluar iklan lebih baik dari produk-produk dalam
iklan, informasi tidak terpercaya, tujuan tidak jelas dan kurang berguna dan perang
iklan merugikan konsumen. Respon kognitif ini terutama terbentuk melalui evaluasi
terhadap komponen informasi dalam iklan. Sedangkan respon afektif positif yang
muncul antara lain; merasa dihargai haknya, senang, kekaguman, meningkatnya
loyalitas dan rasa ingin tahu pada produk pengiklan serta perasaan seru dan
menantang. Sebaliknya respon afektif negatif yang muncul antara lain rasa ingin tahu
tentang produk kompetitor dan produk sejenis di luar iklan, tidak menarik,
membosankan, bersifat menyerang, tidak sopan dan tidak sesuai kaidah hukum. Respon
afektif ini muncul secara tidak langsung, melalui asosiasi antara respon kognitif dengan
emosi yang dirasakan partisipan. Determinan utama yang mempengaruhi respon para
partisipan adalah perbedaan individual dalam derajat kemudahan terpengaruh oleh iklan
dan sikapnya terhadap komponen infonnasi yang menjadi karakteristik utama iklan
komparatif langsung; sedangkan sikap terhadap produsen dan atau produk hanya
berpengaruh pada respon-respon yang intens."
1998
S2930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkiah Sekar Andini
"Deterjen merupakan produk rumah tangga yang digunakan sehari-hari. Di Indonesia, tingginya permintaan terhadap deterjen membuat persaingan yang ketat dalam industri tersebut sehingga penggunaan iklan menjadi sangat penting demi memasarkan dan membedakan produk masing-masing. Namun, suatu merek tidak bisa hanya mengiklankan produknya begitu saja, tetapi perlu mempertimbangkan pesan dan konsep iklan agar lebih menonjol dibandingkan dengan produk lainnya. Salah satunya adalah dengan membuat iklan yang melakukan perbandingan terhadap produk pesaing atau iklan komparatif. Namun, penggunaan iklan komparatif harus tetap mengikuti etika periklanan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan iklan komparatif pada merek deterjen di Indonesia, yakni Surf, Rinso, dan So Klin pada periode yang berbeda (2011 dan 2015). Analisis penggunaan iklan komparatif ini dilakukan secara tematik dengan menelaah penggunaan perbandingan dalam TVC masing-masing merek dari segi teks deskripsi, kata dan kalimat, dan visual yang digunakan. Berdasarkan temuan, iklan deterjen kerap memiliki adegan yang menyandingkan dan membandingkan produknya dengan produk lain yang dianggap sebagai produk kompetitor. Perbandingan yang dilakukan mengacu pada pesaing yang tidak disebutkan namanya (indirect comparative advertising). Selain itu, produk kompetitor selalu digambarkan tidak lebih bersih, tidak lebih cerah, tidak lebih wangi, tidak lebih banyak menghasilkan cucian, dan tidak lebih praktis atau cepat daripada produk deterjen yang sedang diiklankan. Penggunaan iklan komparatif pada merek deterjen juga memiliki kecenderungan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) karena merendahkan produk kompetitor dan dapat menyesatkan khalayak.
Detergent is a household product that is used daily. In Indonesia, the high demand for detergents makes competition intense in the industry so that the use of advertising becomes very important in order to market and differentiate each product. However, a brand cannot simply advertise its products, but needs to consider the message and advertising concept to make it stand out from other products. One of them is by making advertisements that make comparisons to competitors' products or comparative advertisements. However, the use of comparative advertising must follow advertising ethics. This paper aims to determine the use of comparative advertising on detergent brands in Indonesia, namely Surf, Rinso, and So Klin in different periods (2011 and 2015). The analysis of the use of comparative advertising is carried out thematically by examining the use of comparisons in the TVC of each brand in terms of descriptive text, words and sentences, and visuals used. Based on the findings, detergent advertisements often have scenes that juxtapose and compare their products with other products that are considered competitors' products. The comparison made refers to indirect comparative advertising. In addition, competitors' products are always described as no cleaner, no brighter, no more fragrant, no more laundry, and no more practical or fast than the detergent product being advertised. The use of comparative advertising on detergent brands also has a tendency to violate the Indonesian Advertising Ethics (EPI) because it demeans competitors' products and can mislead the public.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library