Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sara A. Laksmi
Abstrak :
Perilaku merokok mempakan sebuah keglatan yang dekat dengan kehldupan sehari-hari remaja. Periode nemaja mempakan sebuah window of vulnerability untuk mulai merokok, karena remaja pertama kail diperkenalkan dengan kebiasaan merokok yang dllakukan oleh teman-teman dalam peer groupnya, khususnya pada saat remaja berada di kelas 1 hingga 3 SMP (Kaplan, Sallis, & Patterson, 1993; Taylor, 1995). Remaja yang duduk di bangku sekolah tersebut umumnya adalah remaja yang bemsia 12 hingga 15 tahun, atau kelompok remajaawal (Konopka, dalam Pikunas, 1976). Meninjau banyaknya bukti yang menyatakan bahwa merokok Itu t^erbahaya, maka peneliti merasakan adanya kebutuhan untuk mencegah dan menanggulangi masalah merokok pada remaja-awal. Salah satu caranya adalah melalui iklan non-komersil anti-rokok. Dunia periklanan biasa menggunakan informasl-informasi central dan peripheral dalam menyampaikan pesan promosionalnya (Peter & Olson, 1992). Yang termasuk dalam kelompok Informasi central adalah pemyataan-pemyataan spesifik, atau demonstrasi, mengenai atribut-atribut yang dimiliki oleh sebuah produk, termasuk bukti-bukti yang mendukung atribut-atribut tersebut. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok /jeripheial adalah bentuk informasl-informasi lain yang sama sekali tidak menyinggung produk yang ditawarkan (nonproduk), misalnya gambar yang tidak berhubungan langsung dengan produk, dan penggunaan model atau selebritis untuk menarik perhatian konsumen. Sikap konsumen terhadap sebuah iklan dapat mempengamhi sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan. Peneliti tertarik untuk mengetahui sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok yang dibuat dengan tema informasi central, dan sikap remajaawal terhadap iklan non-komersil anti-rokok dengan tema informasi peripheral. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui iklan jenis apa yang lebih disukai oleh remaja-awal, sehingga dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap pesan 'jangan merokok yang disampaikan dalam kedua iklan tersebut. Dalam penelitian ini juga akan diukur hubungan antara sikap remaja-awal terhadap iklan non-komersil antirokok, dengan intensi mereka untuk tidak merokok. Penelian dilakukan pada 132 subyek, dengan karakteristik remaja-awal (usia 12 hingga 15 tahun), laki-laki dan perempuan, dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan menggunakan incidental sampling. Setiap subyek memperoleh dua buah iklan (ikian central dan ikian peripheral), dan dua buah kuesioner Skala Lilkert yang mengukur sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok. Untuk mengantislpasi efek dari umtan penyajlan iklan (efek primacy dan recency) terhadap sikap subyek terhadap iklan. maka penyajian iklan dibagi dua, yaitu penyajian iklan central kemudian peipheral, dan penyajian iklan peripheral kemudian iklan central. Hasil yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan menggunakan teknik Coefficient Alpha dari Cronbach, persentase dan Chi Square, statistik deskriptif, dan korelasi Pearson Product Moment. Semua pengolahan data, dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari umtan penyajian iklan terhadap sikap remaja-awal terhadap iklan. Penelitian ini menemukan bahwa sikap remaja-awal, positif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan informasi central, dan bersikap negatif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan menggunakan informasi peripheral. Penelitian ini juga menemukan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan central yang disajikan di umtan pertama dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .363 pada los .05 (2-tailed)', ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .683 pada los .05 (2-tailed). Kemudian, ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan pertama, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .427 pada los .05 (2-tailed); dan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal perokok terhadap iklan central yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .309 pada los .05 (2-tailed). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembuatan iklan anti-rokok bagi remaja-awal sebaiknya mengguriakan informasi central. Hal ini berlaku, baik untuk mencegah remaja-awal untuk tidak merokok, ataupun untuk menanggulangi masalah merokok di kalangan remaja-awal. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah hendaknya dibuat iklan dengan kualitas isi dan penampilan yang lebih baik, dan jika menggunakan fear appeal dalam iklan, sebaiknya lakukan pengukuran fear arousal yang mungkin timbul. Kemudian, penyebaran kuesioner dilakukan dalam situasi yang lebih kondusif agar subyek lebih serius memberikan jawaban dan untuk menghindari terjadinya keija sama, dan jika memungkinkan, lakukan rapport terlebih dahulu dengan subyek penelitian.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Lina Yudarini
Abstrak :
Iklan anti rokok merupakan salah satu bentuk pengendalian masalah tembakau dikalangan remaja namun di Indonesia namun intensitas penayangan iklan rokok tidak sebanding dengan iklan anti rokok. Padahal menurut beberapa penelitian kampanye atau iklan anti rokok yang ditampilkan dapat menurunkan jumlah perokok. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya persepsi siswa SMP Negeri 5 Depok terhadap iklan anti rokok pada tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dalam pengambilan data primer. Data diperoleh dari 15 informan yang berusia 13-14 tahun. Hasil penelitian ini adalah iklan anti rokok Jak TV yang mengandung unsur humor lebih menarik perhatian dibandingkan iklan anti rokok Kemenkes yang menampilkan gambar penyakit akibat merokok. Informan perokok juga bersikap negatif terhadap semua iklan anti rokok yang ditayangkan dan cenderung mengabaikan manfaat serta tidak mempercayai dampak buruk rokok dalam iklan anti rokok. Pesan dalam iklan anti rokok Jak TV lebih mudah dipahami dibandingkan dengan iklan anti rokok Kemenkes namun alur cerita dalam iklan anti rokok Kemenkes dianggap lebih jelas. Pemilihan setting dan musik dalam iklan anti rokok Jak TV dan Kemenkes dianggap kurang sesuai dengan karakteristik remaja. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk mempertimbangkan penggunaaan gambar yang menyeramkan dan resiko kesehatan jangka panjang. Iklan anti rokok sebaiknya menampilkan unsur humor dan manfaat yang didapat oleh remaja jika tidak merokok serta perlu untuk melibatkan beberapa remaja dalam pembuatan iklan. ...... Anti-smoking ads is a form of tobacco control issues among teenagers but in Indonesia, the intensity of cigarette ads are not comparable to anti smoking advertising. Yet according to some studies anti-smoking campaigns or advertising displayed may decrease the number of smokers. The purpose of this study is to know perception of State Junior High School 5 of Depok students toward anti-smoking ads in 2013. This study is a qualitative study using in-depth interview techniques and focus groups in primary data collection. The data were obtained from 15 informants aged 13-14 years with three smokers and 12 non-smoker students as the informants. The results of this study are Jak TV anti-smoking ads that contains element of humor attract more attention than the Ministry of Health anti-smoking ads featuring images of diseases caused by smoking. The level of understanding of non smokers informants about the dangers of cigarette smoking are better than the smokers informant, they also be negatively to all anti-smoking ads aired and tend to ignore the benefits and adverse effects of smoking, they do not believe in anti-smoking ads. Messages in anti-smoking ads at Jak TV is easier to understand than that done by Ministry of Health, but the storyline at the Ministry of Health's is considered more clearly than Jak TV's. Selection of the setting and the music in the anti-smoking ads at Jak TV and Ministry of Health are considered less suitable to the characteristics of teenagers. Based on this research it is advisable to consider the use of the creepy image and long-term health risks. Anti-smoking ads should be made to display the elements of humor and the benefits gained by the teens if not smoke and the need to involve young people in the manufacture of some ads to provide the viewpoint of prospective targets and better targeted ads.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library