Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muh. Syirajuddin S.
Abstrak :
Untuk pemerataan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia yang negaranya berbentuk negara kepulauan, maka dibutuhkan media transmisi yang bisa menyatukan banyak pulau di Indonesia. Di samping menggunakan SKKL (Sistem Komunikasi Kabel Laut), media lain yang memungkinkan adalah menggunakan sistem komunikasi satelit. Sistem komunikasi satelit lebih disuka karena proses instalasi lebih cepat, cakupan area lebih luas dan perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan SKKL. Meskipun demikian, sistem komunikasi satelit bukannya tanpa kekurangan, karena Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi yang bisa menggangu sistem komunikasi satelit. Untuk menjaga kestabilan link pada sistem komunikasi satelit tersebut bisa dengan melakukan proses monitor parameter receive di modem seperti Eb/No (Energi bit per Noise), BER, dan Rx Level. Dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang rancang bangun piranti lunak untuk memonitor kerja modem satelit IDR (Intermediate Data Rate) Comtech CDM600 untuk memonitor beberapa parameter receive dan melakukan pelaporan (alerting) bila ada parameter yang nilainya diluar ambang batas normal. Di samping melakukan monitor, juga bisa melakukan kontrol pada modem untuk merubah beberapa parameter untuk menjaga kestabilan link seperti melakukan perubahan level daya pada sisi transmit atau melakukan tes diagnostik misalkan loop. Dalam tugas akhir ini juga akan memanfaatkan fasilitas Remote Control dan EDMAC (Embedded Distant-end Monitor And Control) yang memungkinkan proses monitor dan kontrol modem pada sisi jauh dilakukan secara remote dari modem sisi dekat. Pengujian sistem yang dibuat telah berhasil memonitor setiap perubahan kondisi link saat keluar dari batas normal dan ketika link telah kembali normal dari sebelumnya berada di luar batas normal dengan waktu yang dibutuhkan rata - rata 13,5 detik. Untuk melakukan kontrol, sistem membutuhkan waktu rata - rata 22,5 detik. Waktu yang dibutuhkan baik untuk monitor maupun kontrol sangat terpengaruh kondisi jaringan GSM yang digunakan untuk mengirim SMS.
For distribution telecommunication insfrastructure in Indonesia which an archipelago country, it is necessary to have transmission media that can unite many island. In addition to using Submarine Communication Cable, other media that can be used is Satellite Communication System. Satellite communication system is more preferred because the fast installation process, more widespread coverage area dan easy to maintenace compared with Submarine communication cable. However, the satelite communication system is not without its outages, because Indonesia have high rainfall wich could interfere with satellite communication system. To maintain the link's stability, monitor some parameters such as Eb/No (Energy bit per Noise), BER, and Rx Level is absolutely necessary. This paper will examine the design of software for monitor satelite modem operation that support IDR (Intermediate Data Rate) Comtech CDM600 to monitor some receive parameters and reporting/alerting if there is a parameter whose value is beyond the normal threshold. In additon to monitor, can also control the modem to change some parameter to stabilize link such as levelling power for transmitter or perform diagnostic test such as loop. In this paper will also utilize the Remote Control and EDMAC (Embedded Distant-end Monitor And Control) which allows monitoring and control (M&C) on far-end modem remotely from near-end modem. Testing system created successfully monitor any changes in link conditions while out of the normal limits and when the link was back to normal from the previous abnormal state by the time it takes the average time in 13.5 seconds. To perform the control, the system takes the average time in 22.5 seconds. The time needed both to monitor and control conditions was depend on the GSM network used to send SMS.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aam Ruhyana
Abstrak :
Pada umumnya sistim komunikasi satelit terbagi atas dua bagian yaitu sistim transmisi analog dan sistim dijital . Sistim komunikasi satelit analog yang pertama mempergunakan teknik modulasi FM yang dikenal sebagai FDM/FM ( Frequency division multiple access / Frequency Modulation ) dan sistim SCPC/FM yang sampai saat ini dipergunakan untuk sinyal pembawa televisi. Sejak tahun 1985 teknik TDMA ( Time division multiple access ) dipakai untuk sistim komunikasi satelit internasionaI oleh DMLSAT dikawasan IOR (Indian ocean region) dan AOR ( Allantik ocean region), sistim TDMA ini mempergunakan teknik modulasi dijital TDM/QPSK. Sistim ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding sistim FDMA, tidak ada intermodulasi antara sinyal pembawa, pemakaian transponder satelit secara optimum, namun demikian TDMA ini mempunyai hambatan yang cukup serius dimana TDMA sangat peka terhadap degradasi /gangguan yang terjadi di satelit maupun di stasiun bumi dan hares ada kontrol sinkronisasi yang akurat. Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut dicarikan suatu alternatip yang lain untuk mengatasi kekurangan tersebut yaitu sistim IDR yang diperkenalkan oleh Intelsat sebagai pengganti FDMTM dan menutupi kekurangan sistim sebelumnya , IDR pertama di perkenalkan sekitar tahun 1984 [ Inte 89 ] dan diimplementasikan di Indonesia ( PT Indosat ) sekitar tahun 1990. Sistim IDR ini dapat digabungkan dengan DOME ( Digital circuit multiplication equipment ) yang dapat memberikan penguatan sampai 5 kali lebih besar dibanding tanpa DCME sehingga dapat menekan biaya operasional. Dalam penulisan tugas akhir ini penubs membuat suatu perencanaan , analisa dan implementasi sistim IDR/DCME pada sistim komunikasi satelit internasional. IDR ini merupakan alternatip terbaik dalam sistim korunikasi satelit dijital scat ini dalam menyongsong era dijitalisasi kearah ISDN ( Pelayanan jaringan data terpadu antara suara,data dan gambar ).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Magdalena
Abstrak :
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat saat ini menyebabkan kebutuhan akan sistem telekomunikasi dan sarana transmisi yang dapat menangani permintaan layanan telekomunikasi dan permasalahannya yang kian kompleks. Perkembangan teknologi dijital menyebabkan konsep dijitalisasi mulai diterapkan pada seluruh aspek sistem telekomunikasi dan saran telekomunikasi. Salah satu sarana transmisi adalah melalui satelit dengan teknik FDM/FM/FDMA. Teknik ini memiliki kelemahan-kelemahan, sehingga tidak bisa memenuhi permintaan layanan yang semalan melonjak. Untuk menutupi kelemahan ini serta adanya tuntutan dijitalisasi pada seluruh aspek sistem telekomunikasi, maka Intelsat memperkenalkan suatu teknik transmisi melalui satelit yaitu teknik IDR (Intermediate Data Rafe). Dengan teknik IDR, sinyal dimodulasi QPSK, sedangkan pendudukan di satelit secara FDMA. Dalam penelitian ini telah dilakukan perhituagan kualitas sinyal dengan teknik transmisi IDR. Perhitungan bertujuan untuk mendapatkan C/N, Eb/N,, dan BER untuk setiap stasiun bumi yang dapat beroperasi dengan teknik IDR. Hasil perhitungan menunjukkan kualitas sinyal yang balk, di mans DER untuk stasiun bumi dengan frekuensi operasi C-Band lebih baik daripada spesifikasi yang diberikan Intelsat, dan BER untuk stasiun bumi dengan frekuensi operasi Ku- Band, masih termasuk pada spesifikasi Intelsat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This paper is a report of a study on factors believed to be the major determinants on export Indonesia. It is found that foreign direct investment, gross domestic product, exchange rate, are important in explanning the rise and fall of Indonesia export using the error correction model . The macro economic data 1980 -2011 available from The Bank Indonesia (Central Bank of Indonesia), BPS (Central Statistic Agency) verify the above presumption. The result of the study, that FDI, GDP and S(IDR/USD) has impact to Indonesia export very significantly.
330 JUREKO 15:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Wandafiana
Abstrak :
Latar Belakang: gp41 adalah transmembran glikoprotein yang memiliki peran penting dalam fusi dan masuknya Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1). Keterlibatan protein transmembrane gp41 sangatlah krusial di seluruh fase awal penularan mukosa HIV-1; maka keberadaan protein ini penting untuk skrining dan diagnosis HIV-1. Protein transmembran gp41 dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnostik HIV-1 melalui uji deteksi antibodi yang meliputi, Rapid Diagnostic Test, ELISA, dan Western Blot (WB). Namun, meskipun terdaftar sebagai salah satu protein HIV-1 yang memiliki banyak manfaat, studi mengenai ekspresi dan optimalisasi protein transmembran gp41 masih kurang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai kondisi optimal untuk mengekspresikan protein transmembran gp41 pada Escherichia coli (E. coli) PQE80L untuk pengembangan uji diagnostik HIV-1. Metode: Penelitian ini menggunakan bagian imunodominan dari protein transmembrane gp41 (gp41-IDR). Protein gp41-IDR kemudian diekspresikan dalam sistem ekspresi E. coli dan dioptimalkan pada berbagai variabel, yaitu media kultur, konsentrasi penginduksi dan waktu induksi. Hasil yang diperoleh dari SDS-PAGE 20% didokumentasikan oleh ImageQuant Las 4000, sedangkan kuantisasi dan analisa protein gp41-IDR dilakukan di Image Lab 6.1. Software for Mac. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein gp41-IDR lebih maksimal jika diekspresikan pada medium Terrific Broth (TB) dibandingkan dengan dua media kaya nutrisi lainnya, yaitu Luria Bertani (LB) dan 2x Yeast Extract-Tryptone (2x YT). Di antara lima konsentrasi Isopropil-beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) yang diuji, induksi oleh 1 mM IPTG menunjukkan hasil protein tertinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi IPTG lainnya. Apabila dibandingkan dengan protein yang diinduksi selama 6 jam dan semalam, induksi protein gp41-IDR rekombinan selama 3 jam menunjukkan hasil protein tertinggi. Kesimpulan: Protein rekombinan gp41-IDR HIV-1 berhasil diekspresikan pada Escherichia coli (E. coli), dengan PQE80L sebagai vektor ekspresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa protein rekombinan gp41-IDR dari HIV-1 Subtipe CFR01_AE diekspresikan secara optimal pada medium Terrific Broth (TB), dengan 1 mM IPTG selama 3 jam. ......Background: gp41 is a viral transmembrane glycoprotein that plays a significant role in the fusion and entry of Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1). The involvement of gp41 transmembrane protein is pivotal throughout the early phases of HIV-1 mucosal transmission; hence the presence of this protein is important for HIV-1 screening and diagnosis. gp41 transmembrane protein can be utilized as an HIV-1 diagnostic tool through antibody detection tests, namely Rapid Diagnostic Test, ELISA, and Western Blot (WB). However, despite being listed as one of the most valuable HIV-1 proteins, research regarding the expression and optimization of gp41 transmembrane protein is likely underreported. Therefore, this research aims to obtain knowledge regarding the optimal condition to express gp41 transmembrane protein in Escherichia coli (E. coli) PQE80L for the development of HIV-1 diagnostic test. Methods: The immunodominant region of gp41 transmembrane protein (gp41-IDR) was used in this study. gp41-IDR protein was expressed in E. coli expression system and optimized under varying variables, namely culture medium, inducer concentration and induction time. The results obtained from SDS-PAGE 20% were documented by ImageQuant Las 4000, while quantitation and analysis of the gp41-IDR protein was done in Image Lab 6.1. Software for Mac. Results: The results indicated that the gp41-IDR protein yield was maximized when expressed in Terrific Broth (TB) Medium as compared to other two nutrient-rich media, namely Luria Bertani (LB) and 2x Yeast Extract-Tryptone(2x YT). Among the five Isopropyl-beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) concentrations tested, induction by 1 mM of IPTG showed the highest protein yield when compared to the other IPTG concentrations. In comparison to those induced for 6 hours and overnight, induction of recombinant gp41-IDR protein for 3 hours offered the highest protein yields. Conclusion: To conclude, recombinant gp41-IDR HIV-1 protein was successfully expressed in the Escherichia coli (E. coli) host system, with PQE80L as expression vector. Findings from this study indicate that gp41-IDR recombinant protein from HIV-1 Subtype CFR01_AE is optimally expressed in Terrific Broth (TB) Medium, with 1 mM of IPTG for 3 hours.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kafi Handiko
Abstrak :
Tesis berusaha menelusuri dinamika tarik menarik antara kepentingan pasar yang dalam hal ini direpresentasikan oleh IMF dengan Lol - nya dan kepentingan kapitalisme kroni pada masa pemerintah Orde Baru tahun 1997-1998. Tanggal 31 Oktober 1997, pemerintah Orde Baru mulai mengundang keterlibatan IMF dalam upaya mengatasi krisis ekonomi. Ada semacam nostalgia, ketika pada tahun 1966, keterlibatan IMF berhasil mengatasi carut marut ekonomi, berupa hyperinflasi, warisan Rezim Orde Lama. Dengan kata lain, kredibilitas IMF sebagai lembaga keuangan internasional diperlukan untuk memulihkan kembali kepercayaan. Namun dengan keterlibatan IMF, krisis ekonomi di Indonesia justru semakin mendalam. Hal ini menimbulkan dua pertanyaan. Pertama, mengapa dengan dilibatkanrya IMF dalam upaya pemulihan krisis ekonomi di Indonesia justru krisis semaki menghebat? Kedua, apakah dengan demikian kebijakan pemulihan ekonomi IMF tidak efektif untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan pertama kiranya perlu untuk melakukan kilas balik ke masa awal mula krisis dan bahkan jauh sebelum krisis melanda. Kalau kita refleksikan kembali krisis ekonomi tahun 1997 muncul karena akumulasi dan saling kait antara faktor eksternal dan faktor intenal. Secara eksternal bisa dikatakan bahwa krisis ekonomi 1997 memiliki karakter regional. krisis bermula dari efek penularan (contagious effect) atas krisis serupa yang terjadi di Thailand dan melalui pola domino krisis kemudian menyebabkan keruntuhan perekonomian negara-negara Asia yang lain termasuk Indonesia. Sedangkan secara internal, krisis sudah ada benih-benihnya di dalam struktur ekonomi politik Indonesia sendiri. Sistem kapitalisme kroni yang berlaku selama masa pemerintahan Orde Baru menjadi lahan persemaian yang subur bagi praktek-praktek KILN (Kolusi, korupsi dan nepotisme) yang merongrong fondamen ekonomi Indonesia sejak jauh hari sebelum munculnya krisis ekonomi. Selama masa sebelum krisis hal itu masih ditutupi oleh fenomena pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, namun begitu krisis datang hal itu nampak nyata sebagai kelemahan-kelemahan struktural yang harus diperbaiki. Pertanyaan kedua dengan demikian tetah secara sekilas terjawab. Efektif atau tidaknya program pemulihan ekonomi IMF tergantung dari sikap pemerintah Orde Baru sendiri. Memang resep-resep pemulihan ekonomi IMF nampak sebagai sebuah pil pahit yang harus ditelan. Namun itulah kenyataan yang harus dihadapi. Dan ternyata lemahnya komitmen pemerintah Orde Baru untuk menjalankan resep-resep ekonomi IMF, yang ditunjukan dengan diingkarinya butir-butir kesepakatan datam Loi, menimbulkan reaksi negatif pasar yang semakin mengurung Indonesia ke dalam krisis yang semakin luas dan datam. Dari data-data yang berhasil penulis kumpulkan membuktikan bahwa pemerintah Orde Baru kurang memiliki komitmen serius menjalankan program-program pemulihan ekonomi IMF, dengan adanya kasus-kasus, seperti: mobnas Timor, kartel perdagangan kayu lapis, BPPC, dan terakhir mengenai rencana penerapan CBA (Currency Board Sistem). Ketidakseriusan pemerintah Orde Baru dalam menjalankan resep-resep pemulihan ekonomi IMF menimbulkan reaksi negatif pasar yang ditunjukan dengan semakin melorotnya nilai tukar rupiah. Setelah pemerintah menjalankan resep IMF sejak November, kurs rupiah justru terus metemah. Pada akhir Desember 1997, kurs berada pada kisaran Rp. 6.247/US$. Sedangkan Januari 1998, kurs rupiah mencapai Rp 15.700/US$. Kondisi ini semakin tidak kondusif bagi upaya recovery ekonomi. Di lain pihak, lemahnya komitmen tersebut harus dibayar mahal dengan dipaksanya pemerintah Indonesia di bawah rezim Orde Baru untuk menandatangani Lol 15 7anuari 1998 dan Lol 10 April 1998. Keengganan pemerintah Orde Baru untuk menjalankan resep pemulihan ekonomi IMF bisa dikaitkan dengan keinginannya untuk tetap metindungi kepentingan-kepentingan ( vested interest) di sekitar tingkaran kekuasaan. Program-program pemulihan ekonomi IMF secara otomatis memang sangat berseberangan secara diametral dengan berbagai kepentingan ( vested interest) di sekitar kekuasaan. Vested interest tersebut berujud kepentingan bisnis dari orang-orang (baca: para kapitalis kroni) yang dilanggengkan oleh adanya sistem Kapitalisme Kroni.
Depok: Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hananto Wibowo
Abstrak :
Penelitian mengenai krisis keuangan yang berujung kepada krisis ekonomi merupakan suatu area yang tidak ada habis-habisnya untuk digali. Berkaitan dengan hal ini, tesis ini ditulis untuk melihat 3 variabel keuangan yang diyakini memilki keterkaitan yang kuat, rnasing-masing adalah indeks harga saham gabungan (IHSG) JSX, nilai tukar ER rupiah IDR terhadap dollar USD dan suku bunga 1 bulan SBII M. Secara berurutan variabel itu mewakili pasar saham, pasar valuta asing dan pasar uang. Pada saat yang sama, tesis ini bermaksud menguji teori yang diajukan oleh Jeff Madura (2003) mengenai keterkaitan 3 variabel tersebut. Penelitian dibuat dalam 3 periode dengan tujuan untuk bisa diperbandingkan. Periode yang diamati adalah untuk sebelum krisis (Model 1) 1993:1 - 1997:7; saat krisis (Model II) 1997:8 - 2001:12 dan secara keseluruhan (Model III) 1993:1 - 2001:12. Pemisahan periode sebelum dan saat krisis didasarkan pada awal terjadinya depresiasi IDR yang lebih besar dan biasanya di bulan Juli 1997 dan bulan Agustus 1997 saat nilai IDR di lepaskan ke pasar untuk ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Metode yang digunakan untuk melakukan analisa adalah dengan menerapkan uji unit root, panjang lag, kointegrasi, model VAR, impulse response dan variance decomposition. Hasil uji unit root menyatakan bahwa dalam Model 1, dari ke-3 variabel yang diuji hanya nilai tukar ER yang tidak bisa mencapai stationary. Namun dalam Model 2, ke-3 variabel mencapai stationer sesudah di difference 1 periode. Sedangkan dalam Model 3 yang paling tampak mengalami structural break hanya nilai tukar ER, sehingga uji unit root dilakukan secara berbeda sesuai prosedur sederhana yang disusun oleh Perron. Hasil uji unit root menyatakan bahwa nilai tukar ER justru stationary pada level-nya. Dengan mendapatkan panjang lag untuk masing-masing periode, dilakukan uji kointegrasi berdasarkan prosedur Johansen dan kemudian dibentuk model VAR. Ketiga model menunjukkan adanya kointegrasi, dimana Model I dan II menunjukkan terdapatnya 3 cointegrating rank, sedangkan Model III hanya ada 1 cointegrating rank. Secara keseluruhan yang ditunjukkan dalam Model III, ER dan SBIIM memiliki korelasi negatif dengan JSX. Analisa dengan impulse response menunjukkan bahwa volatilitas JSX ditentukan secara negatif oleh ER dan SBI1M, sementara antara ER dan SBIIM terdapat korelasi positif. Hasil ini selaras dengan persamaan kointegrasi yang ditunjukkan bahwa ER dan SBIIM memiliki kointegrasi negatif terhadap JSX. Dengan menggunakan variance decomposition, nilai JSX dan ER lebih banyak ditentukan oleh nilai pergerakannya sendiri, sedangkan nilai SBIIM lebih banyak ditentukan oleh nilai pergerakan ER.
Research regarding financial crisis ended to an economic crisis is always a never exhaustive subject to explore. In regards to such matter, this thesis is focusing on 3 financial variables which are believed to have strong correlation, namely JSX composite index, exchange rate of IDR to USD and 1 month interest rate SBIIM_ Each of the respective variables represents stock market, foreign currency market and money market. At the same time, this thesis aims to verify the theory proposed by Jeff Madura (2003) regarding the correlation of the 3 variables. The thesis is conducted in 3 periods for the sake of comparison purpose. The observed periods are before the crisis (Model I) 1993:1 - 1997:7; during crisis (Model II) 1997:8 - 2001:12 and for the whole period (Model III) 1993:1 - 2001:12. The separation of prior and during crisis is when the depreciation of IDR was larger than ever before occurred in July 1997 and when the IDR was released freely to be determined by the forces of demand and supply occurred in August 1997. The tools applied to do the analyses are the unit root test, lag length, cointegration, VAR model, impulse response, and variance decomposition. Unit root test indicates that in Model I, out of the 3 tested variables, only ER fails to achieve stationary. However, in Model II, all 3 variables are stationary in 1 period difference. Model III shows differently than the other models as it exhibits a structural break of ER, consequently a different unit root test needs to be followed as specified by Perron. The result shows that ER is stationary at level. Obtaining the lag length for each period, Johansen's procedure for cointegration test is done and models of VAR are constructed accordingly. The 3 models show the presence of cointegration, where Model I and II indicate the existence of cointegrating rank by 3, while Model III shows only 1. In the overall view given in Model III, ER and SBIIM has negative correlation with JSX. An analysis through impulse response demonstrates that the JSX volatility is negatively determined by ER and SBIIM, while between ER and SBI1M show positive correlation. This is actually confirming the results specified in the cointegration equation that ER and SBIIM had negative correlation against JSX. Applying variance decomposition method, the values of JSX and ER are more determined by their own volatility, while the value of SBIIM was more determined by the movements of ER.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Fareiza Akbar
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara perubahan harga minyak global dan nilai tukar USD/IDR dengan tingkat pengembalian investasi di sektor transportasi dan logistik di Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis periode sebelum dan setelah pandemi COVID-19 untuk memahami apakah ada korelasi yang signifikan antara variabel-variabel tersebut. Fokusnya adalah melihat bagaimana fluktuasi harga minyak dunia dan perubahan nilai tukar USD/IDR dapat memengaruhi pengembalian saham di sektor transportasi dan logistik di Indonesia. Data penelitian yang digunakan adalah data return dari harga minyak dunia WTI (West Texas Intermediate), nilai tukar USD IDR dan saham sektor transportasi & logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis dekripsi data statistik dan menggunakan DCC GARCH. Dalam menganalisis data dari penelitian ini menggunakan program R. Dari hasil studi, diperoleh informasi bahwa harga minyak dunia WTI memiliki pengaruh positif terhadap harga saham sektor transportasi & logistik dan nilai tukar memiliki korelasi negatif dengan harga saham sektor transportasi & logistik. Mengetahui korelasi diharapkan dapat mengurangi atau memitigasi risiko investasi pada saham sektor transportasi dan logistik di Indonesia. ......The purpose of this study is to identify the relationship between changes in global oil prices and the USD/IDR exchange rate and investment returns in the transportation and logistics sectors in Indonesia. The study will analyze the periods before and after the COVID-19 pandemic to understand if there is a significant correlation between these variables. The focus is to examine how fluctuations in global oil prices and changes in the USD/IDR exchange rate can impact stock returns in the transportation and logistics sectors in Indonesia. The research data used in this study includes return data from WTI (West Texas Intermediate) crude oil prices, the USD/IDR exchange rate, and stocks from the transportation and logistics sectors listed on the Indonesia Stock Exchange. This research adopts a quantitative approach, utilizing statistical data analysis and employing the DCC-GARCH method. The data analysis is conducted using the R programming language. The study findings reveal that WTI crude oil prices have a positive influence on stock prices in the transportation and logistics sector, while the exchange rate shows a negative correlation with stock prices in the sector. Understanding these correlations is expected to help mitigate investment risks in transportation and logistics stocks in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Faridz
Abstrak :
Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama Januari 2020 hingga Juni 2021 dan memengaruhi perekonomian Indonesia. Nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat (IDR/USD) mengalami perubahan nilai selama periode COVID-19 Januari 2020 – Juni 2021. Pengaruh pada perubahan nilai tukar harus dianalis karena pentingnya fungsi nilai tukar dalam perdagangan internasional, investasi, dan stabilitas ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar IDR/USD serta mengetahui signifikansi pandemi COVID-19 terhadap perubahan nilai tukar IDR/USD. Metode penelitian menggunakan regresi time series dengan memasukkan lag serta dilakukannya uji autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil dari penelitian menunjukkan suku bunga Bank Indonesia, terms of trade, dan jumlah kasus COVID-19 memberikan dampak signifikan, namun tingkat inflasi tidak signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan suku bunga Bank Indonesia dan terms of trade memberikan dampak negatif yang akan membuat rupiah apresiasi terhadap dollar. Jumlah kasus COVID-19 memberikan dampak positif yang membuat rupiah depresiasi terhadap dollar. Kesimpulan dari penelitian adalah suku bunga Bank Indonesia yang memberikan dampak paling besar terhadap perubahan nilai tukar IDR/USD dan suku bunga Bank Indonesia dapat menjadi insrumen menjaga nilai tukar IDR/USD selama pandemi COVID-19. ......COVID-19 Pandemic has occured from January 2020 until June 2021 and the pandemic affects Indonesia’s economy. Rupiah Indonesia- Dollar United States exchange rate (IDR/USD) has been changing value in January 2020 – June 2021 period. Factors that affecting exchange rate have to be analyzed because exchange rate has important effect on international trade, investment, and economic stability. The purposes of this research are to find factors that affecting IDR/USD exchange rate and also to find COVID-19 Pandemic significancy on value changing of IDR/USD exchange rate. This research used time series regression method with lag on it and also running autocorrelation and heteroscedasticity test. Research’s results show that Bank Indonesia interest rate, terms of trade, COVID-19 total cases are significant, meanwhile inflation rate is insignificant. Research’s results also show that Bank Indonesia interets rate and terms of trade give negative effect that led to appreciation of rupiah in terms of dollar. COVID-19 total cases give positive effect that led to depreciation of rupiah in term of dollar. The conclusion of this research are Bank Indonesia interest give the most significant effect on changing value of IDR/USD exchange rate and Bank Indonesia interest rate can be one of the instrument to protect IDR/USD exchange rate in this COVID-19 Pandemic.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Nugrahawaty
Abstrak :
ABSTRAK
Perbandingan antara data wajib pajak pelaku usaha terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan jumlah pelaku usaha kriteria UMKM terdapat ketidaksesuaian. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ( PP 46 Th 2013 ) dengan tujuan memberikan kemudahan kepada wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 Miliar dimana UMKM termasuk ke dalam kriteria wajib pajak pajak ini. Sejak diterbitkan tanggal 1 Juli 2013 terdapat pro dan kontra dalam masyarakat atas peraturan pemerintah ini. Tujuan penelitian untuk meninjau kebijakan presumptive tax dalam PP 46 th 2013 dari konsepsi presumptive taxation, mengevaluasi dari prinsip kebijakan dan menggambarkan implikasinya dari sisi peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar, jumlah penerimaan pajak dan administrative cost serta enforcement cost dari sisi fiscus. Metode yang digunakan adalah metode campuran (mixed methods research) dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 121 Account Representative di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Hasil penelitian adalah kebijakan presumptive tax dalam PP 46 th 2013 terdapat ketidaksesuaian dari konsepsi presumptive taxation demikian pula dari prinsip kebijakan pajak. Terdapat peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar dan jumlah penerimaan pajak jenis PPh Final atas penghasilan dari wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.8 Miliar. Administrative Cost pada masa transisi tinggi namun nantinya administrative cost dan enforcement cost akan rendah. Penetapan ambang batas (threshold) sangat penting, penetapan dasar pengenaan pajak seharusnya adalah penghasilan dan perlu adanya penurunan tarif karena tarif 1% memberatkan wajib pajak.
ABSTRAK
Fact/finding shows that there is a discrepancy in the comparison between t he number of businessmen registered as taxpayers in the Directorate General of T axation (DGT) data with that of businessmen who belong in SME?s criteria. This i ndicates that the compliance level of the SMEs in fulfilling the tax obligations is s till very low. Therefore the government has published Government Regulation No . 46 year 2013 (PP 46, Year 2013) in order to facilitate the taxpayer, with maximu m gross turnover of IDR 4.8 million, to be categorized in SMEs criteria. Since its i ssuance date on July 1, 2013, there have been pros and contras among people rega rding this government regulation. The purpose of the study is to analyze the presu mptive tax policy in PP 46 th 2013 based on the presumptive taxation concept, to evaluate it in terms of policy principles, and to illustrate the implications from the side of the increasing numbers of registered taxpayers, the amount of tax revenue, and administrative costs, as well as the enforcement costs from the fiscus side. Th e applied method is mixed-method research with a descriptive approach. The data is collected by documentation studies, interviews, and questionnaires given to 121 (one hundred twenty one) Account Representatives at Kanwil DJP, Central Jakart a. The result of the study suggests that the presumptive tax policy in PP 46 Th 201 3 is incompatible with the presumptive taxation concept as well as tax policy princ iples. There is an increasing number of registered taxpayers and an improving am ount of tax revenue of final income tax from the taxpayers whose gross turnover d oes not exceed IDR 4.8 Billion. The initial Administrative Cost during the transiti on time is high but afterwards these administrative and enforcement costs will be l ow. The stipulation on the threshold is very important; the tax should be determin ed based on income level and a reduction should be applied on 1% fare, as it has burdened the taxpayers.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library