Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathia Dea Aulia
Abstrak :
Program KB ditetapkan sebagai program pemerintah sejak tahun 1970, awal mulanya program ini hanya fokus pada masalah kesehatan. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan kesehatan reproduksi, KB selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Namun berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, tertera bahwa cakupan KB di Indonesia baru mencapai 62,5%. Sementara metode yang dipilih oleh masyarakat Indonesia masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) yaitu sebanyak 80%. Hal ini belum sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia dengan menggunakan data SDKI tahun 2017, yang menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 10.813 dari 49.627 wanita usia subur yang memenuhi kriteria : wanita berusia 15-49 tahun, berstatus kawin, dan memakai kontrasepsi. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anak hidup, indeks kekayaan, pekerjaan, keterpaparan informasi, dan sumber pelayanan KB dengan penggunaan MKJP. Diharapkan agar BKKBN dapat menyebarkan informasi mengenai KB khususnya MKJP melalui media sosial secara lebih masif dan lebih intens ......Family Planning program (KB) in Indonesia has been stated as government’s operational plan since 1970. At the beginning of this program, the focus was only on health care purpose. However, along with the increasing number of the Indonesian populations, mother’s death, and the needs of reproduction health, this family planning program has been used as one of the way to suppress the number of population’s growth and the health of mothers and babies. Nonetheless, based on Indonesian health profile data in 2019, it is stating that this program coverage has only reached 62.5% of all the mothers in the age of productive range. Moreover, the method is chosen by the people is dominated by short-term contraception method with the number of 80%. This number has not matched yet with the number of stated target by the government. This study is aiming for the purpose of knowing all the related factors with the usage of Long Acting Reversible Contraceptive (LARC) among the women with productive ages in Indonesia using IDHS’s data in 2017, and using cross-sectional studies design. The sample of the study was 10.813 of 49.672 productive women that fulfill the criteria; in the age of 15- 49, with married status, and using contraception. This study was assisted by chi-square method to analyze the correlation of each variable. The analysis shows that there is correlation between the number of living child, wealth index, occupation, information disclosure, and the source of family planning program services using LARC. It is hoped that BKKBN could broadcast the information about this family planning program (especially LARC) through social media in more massive and intensive way
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kurniawati
Abstrak :
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya risiko kematian pada ibu dan bayi adalah kelahiran terlalu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan jarak antar kelahiran pada wanita multipara di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pada 9945 wanita multipara. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, Kruskal Wallis, Chi Square, dan Chi Square Mantel Haenzel. Hasil penelitian menunjukkan median jarak antar kelahiran sebesar 62 bulan dan 22,8% wanita memiliki jarak antar kelahiran kurang dari 3 tahun. Ada hubungan signifikan antara jarak antar kelahiran dengan pendidikan, status ekonomi, umur saat melahirkan terakhir, jumlah anak hidup, ukuran ideal keluarga, pemakaian kontrasepsi, mortalitas anak, dan kelangsungan hidup sebelumnya menggunakan uji Mann Whitney/Kruskal Wallis dan Chi Square, sedangkan pemberian ASI eksklusif berhubungan signifikan dengan jarak antar kelahiran menggunakan uji Mann Whitney (p<0,05). Perlu peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai jarak antar kelahiran optimum dan peningkatan pemakaian kontrasepsi untuk mencegah kematian ibu dan bayi. ...... Maternal mortality rate and infant mortality rate in Indonesia is currently high. One factor linked to high risk maternal and infant mortality is short birth intervals. This study aims to show factors associated with birth intervals in multiparous women in Indonesia. This study uses data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 with 9945 multiparous women. The Data was analysed using Mann Whitney, Kruskal Wallis, Chi Square, and Chi Square Mantel Haenzel model. Results shows that median birth interval was 62 months and 22,8% women had birth interval of less than 3 years. There was a correlation between birth intervals with education, economic level, age when last pregnant, the number of living children, ideal family size, contraception use, infant mortality record, and survival of preceding birth analysed using Whitney/Kruskal Wallis and Chi Square model, whereas exclusive breastfeeding was significantly associated with birth intervals analyzed using the Mann Whitney model (p<0,05). There needs to be more frequent communication, education, and information about optimum birth intervals and greater contraceptive use to prevent maternal and infant mortality.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Pika Novriani
Abstrak :

Kehamilan yang tidak diharapkan merupakan salah satu masalah kesehatan global karena menjadi penyebab kematian ibu dan bayi serta pemicu stres dan depresi pada ibu. Tak hanya itu, kehamilan yang tidak diharapkan akan mengganggu relasi ibu dengan pasangan dan dapat mempengaruhi kondisi sosioekonomi suatu negara. Angka kehamilan yang tidak diharapkan di seluruh dunia masih tinggi, terjadi pada 1 dari 4 kehamilan. Di Indonesia, prevalensi kehamilan yang tidak diharapkan mencakup 15% dari total kehamilan. Sejauh ini, studi yang membahas determinan kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, studi ini bertujuan menggali determinan kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia menggunakan data SDKI 2017. Desain penelitian adalah cross-sectional dan mengikutkan seluruh sampel SDKI 2017 berjumlah 15.316 responden. Hasil penelitian memperlihatkan prevalensi kehamilan yang tidak diharapkan pada ibu dengan kelahiran hidup dalam 3 – 5 tahun terakhir berkisar 16%. Proporsi kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia paling banyak terjadi pada usia 36-49 tahun, minimal bergelar diploma/sarjana, bekerja, berstatus sangat kaya, tinggal di kota, tidak menikah, grandemultipara, mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, pengetahuan kontrasepsinya tinggi, dan tidak saling mengetahui preferensi masing-masing. Usia, status ekonomi, tempat tinggal, status pernikahan, paritas, komplikasi kehamilan, preferensi fertilitas, dan pengetahuan kontrasepsi bermakna secara statistik dengan kehamilan yang tidak diharapkan dalam analisis bivariat. Analisis multivariat menampilkan determinan kehamilan yang tidak diharapkan mencakup usia, tingkat pendidikan, jenis tempat tinggal, paritas, dan preferensi fertilitas. Pencegahan kehamilan yang tidak diharapkan dapat dilakukan melalui konseling KB secara individu atau berpasangan, meningkatkan KB pasca persalinan dan KB pria, memulai edukasi seks dari lingkungan keluarga, serta menghindari hubungan seksual berisiko. ......Unintended pregnancy is a global health problem because it is a cause of maternal and infant mortality as well as a trigger for stress and depression in mothers. In addition, unintended pregnancy will disrupt the marital relationship and can affect the socio-economic conditions of a country. The number of unintended pregnancies worldwide is still high, occurring in 1 in 4 pregnancies. In Indonesia, the prevalence of unintended pregnancies is 15% of the total pregnancies. As far as is known, studies discussing the determinants of unintended pregnancies in Indonesia are still limited. Therefore, this study aims to explore the determinants of unintended pregnancies in Indonesia using data from the 2017 IDHS. The cross-sectional research design includes the entire 2017 IDHS sample totaling 15,316 respondents. The results showed that the prevalence of unintended pregnancies in women with live births in the last 3 – 5 years was around 16%. The highest proportion of unintended pregnancies in Indonesia occurred at 36-49 years old, with diploma/graduate degree, employed, richest, lived in a city, unmarried, grand multiparas, had complications during pregnancy and parturition, had high contraceptive knowledge, and did not know each other's preferences. In the bivariate analysis, age, economic status, place of residence, marital status, parity, complication pregnancy, fertility preference, and contraceptive knowledge were statistically significant with unintended pregnancies. Multivariate analysis showed determinants of unintended pregnancy, including age, education level, type of residence, parity, and fertility preference. Preventing unintended pregnancies can be done through individual or pair family planning counseling, increasing postpartum and male contraception, starting sex education in the family, and avoiding risky sexual relations.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Darmanto
Abstrak :
Angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2002 adalah 13,4 %, angka tcrsebut masih tinggi jika dibandingkan negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara, padahal dari berbagai literatur menyatakan bahwa adanya pengaruh yang sangal merugikan akibat kejadian BBLR pada tahap kehidupan sclanjutnya (masa balila, anal;- anak, rcmaja, dan dewasa). Disisi lain, masih sedikit penelitian di Indonesia yang mcngangkat masalah penyebab BBLR khususnya status ekonomi. Tujuan pcnclitian ini adalah mcngetahui hubungan tingkat perckonomian rumah langga di Indonesia tcrhadap kcjadian BBLR sclama kurun waktu tahun |997 - 2003. Khususnya didacrah pcdcsaan dan perkotaan Dcsain pcnelilian ini adalah polong Iinlang, yang mcnggunakan data sckundcr dari hasil survey SDK! tahun 2002 - 2003. Pengukuran tingkal perckonomian menggunakan variabcl wealth indcks, scdangkan pengukuran variabcl BBLR dalam bentuk katagorik. Sampcl yang dianalisis dalam pcnclitian ini benjiumlah 10049 data. Analisis statistik menggunakan rcgresi logislik ganda. Hasil analisis penelitian ini mcndapalkan gambaran perekonomian tingkat nasional yang hampir merata anlara perscntase kclompok ekonomi kcluarga tertinggi dengan terendah (sckitar 20 %). Untuk dncrah pcdcsan lebih banyak pcrscntasc kclompok ekonomi kcluarga terendah (37%). Gambaran sebaliknya pada dacrah pcrkolaan terlihat paling banyak adalah persentase kelompok ekonomi kcluarga tertinggi (35 %). Untuk variabel dependen, gambaran BBLR pada tingkat nasional sebesar 7,5 % pada kelompok ekonomi kcluarga terendah, sedangkan persmtase kelompok ekonomi keluarga tertinggi hanya 4,8 %. Urutan basil yang sama dapat ditemukan pada kelompok yang tinggal di daezah perkotaan, namun untuk daerah pedesaan, angka BBLR justru terendah pada kelompok ekonomi keluarga sedang (5,4 %). Pcnelitian ini menyimpulkan bahwa. adanya hubungan tingkat perekonomian rumah tangga dengan kejadian BBLR di Indonesia ku"un waktu 1997 - 2003. Untuk kelompok ekonomi keluarga rendah di Indonesia mepunyai kcccndcrungan untuk mcluhirkan BBLR sebcsar POR = 1,26 (95 % CI: l,04 - l,52) dibanding kelompok ekononomi kcluarga tinggi. Adanya Kcmaknaan hubungan kedua variabel tcrsebut juga terjadi pada daerah pedesaan (POR= |,36; 95 % Cl: 1,02 - l,8) namun tidak dcmikian halny dengan daerah perkotaan (POR= l,26; 95 % Cl: 0,81 - |,56). Penulis menyarankan adanya program pencegahan BBLR yang mcnyeluruh terutama pada kelompok ekonomi keluarga rendah, terlebih lagi kelompok ekonomi keluarga rendah yang tinggal di daemh pedesaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah antisipasi adanya data mising pada daerah pedesaan dan kelompok ekonomi keluarga rendah dalam pengumpuian data serta penambahan beberapa pertanyaan penting yang diduga mempunyai hubungan dengan kejadian BBLR pada kegiatan sejenis survei SDKI dimasa yang al-can datang. ......The prevalence of LBW lndonesia in 2002 is 13.4 %, that number is still high comparing with other countries in Southeast Asia, although from various literatures say that the existences ofthe harming effect because of the LBW occurrence in the next period of life (childhood, teenagers, and adults), in the other hands there are still a few researches in indonesia that rise about the couse of LBW especially in ES. The objective of this study is to know the relationship of ES household level in Indonesia upon the LBW during 1997 - 2003 period, especially in the rural and urban areas. This study is an analysis of secondary data gathered through Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002 - 2003. Design of the study is cross sectional. The measurement ol`ES used wealth index variable and LBW variable is in the form of categorical data. The number of sample to analysis in this study is amount 10049 data, statisic analysis used multiple logistic regression. The result of this study shows that representation at national level ofES is almost equal in all strata of economics (i 20 %). ln the rural area, poorest families group has highest percentage (37 %). lt’s dissimilar in the urban area that show most richest families group (35 %). For dependent variable, the representation of LBW in national level is 7.5 % in the poorest group, while the percentage ofthe richest is only 4.8 %. The same sequence result can be found in the group who live in the urban areas, but for the rural areas, the number of LBW is even the lowest in the middle of ES (5,4 %). The study concludes that there is relationship between ES in household level with the prevalence ot`LBW in Indonesia for the period 1997 - 2003. The poor families in Indonesia has tendency for having LBW for as much of POR = 1.26 (95 % CI: 1.04 - 1.52) comparing to the rich families. The result in the rural level have relationship as much of POR= l,36; 95 % Cl: 1,02 ~ l,8, but in the urban area haven’t significant value (POR= l,26; 95 % CI: 0,81 - I,56). The writer suggest that the existence ol' comprehensive prevention progmm of LBW especially in the poor group, more over the poor families who live in n.|ral areas. Other case that needed to be considered is the anticipation of missing data in rural areas and the poor families group while data collection and to addition ol` some essential questionnaires that suspected has importance relation with LBW prevalence in the similar survey of IDHS in the next fixture.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Witri Zuama Qomarania
Abstrak :
ABSTRAK
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator pembangunan suatu bangsa. 60 persen kematian bayi terjadi pada periode neonatal 0-28 hari . Berdasarkan data SDKI 2012 angka kematian neonatal mengalami penurunan sebesar 41 persen dari 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Namun selama dua periode terakhir 2007 dan 2012 angka kematian neonatal stagnan pada 19 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor ibu yang dapat meningkatkan risiko kematian neonatal adalah paritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status paritas dengan kematian neonatal berdasarkan data SDKI 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan sampel sebanyak 324 responden terdiri dari 81 kasus dan 243 kontrol, yang merupakan bayi kelahiran terakhir pada persalinan tunggal dengan berat badan lahir ge;1000 gram dan memiliki data yang lengkap. Kasus merupakan bayi yang mengalami kematian pada usia 0-28 hari, sedangkan kontrol merupakan bayi yang hidup melewati usia 28 hari. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda, setelah dikontrol oleh variabel berat lahir didapatkan adanya perbedaan risiko yang signifikan untuk terjadinya kematian neonatal antara ibu dengan paritas 1 dan ge; 4 dibandingkan ibu dengan paritas 2-3. Ibu dengan status paritas 1 dan ge; 4 memiliki risiko 1,756 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan ibu dengan paritas 2-3.
ABSTRACT
Infant Mortality Rate is one indicator of development of a nation. 60 percent of infant deaths in the neonatal period 0 28 days . Based on the 2012 IDHS data, the neonatal mortality rate decreased by 41 percent from 32 per 1000 live births in 1991 to 19 per 1000 live birth in 2012. However, during the last two periods 2007 and 2012 the neonatal mortality rate is stagnant in 19 per 1000 live births. One of the maternal factors that may increase the risk of neonatal death is parity. The study aims to determine the association between parity and neonatal mortality based on IDHS 2012 data. The study design used case control with 324 respondents consist of 81 cases and 243 controls, which is the last birth on a single birth with birth weight 1000 grams and has complete data. Cases are babies who die from the age of 0 28 days, while control is a baby who lives more than the age of 28 days. The result of multivariate analysis using multiple logistic regression, after controlled by the variable of birth weight was found significant different of risk for neonatal mortality between mother with parity 1 and ge 4 compared to mother with parity 2 3. Mothers with parity status 1 and ge 4 having 1,756 times of the neonatal mortality compared to mothers with parity 2 3.
2017
T47637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
Abstrak :
Pernikahan dini didefinisikan sebagai perkawinan seorang anak perempuan atau laki-laki sebelum usia 18 tahun. Pernikahan dini memiliki lebih banyak implikasi negatif terhadap kelangsungan hidup remaja yang mengalaminya seperti kematian ibu, kanker serviks, ketidakmampuan ibu untuk mengambil keputusan untuk kepemilikan anak/penggunaan kontasepsi dan lainnya. Usia pernikahan yang semakin dini akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tren dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada perempuan muda usia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari sata sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS berusia 15-24 tahun yang sudah menikah berjumlah 4.075 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalensi rasio pernikahan dini dengan variabel yang di duga sebagai fakto risiko. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Sedangkan untuk menganalisis tren digunakan data survei mulai 1987 – 2017. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa tren pernikahan dini pada WUS 15-24 tahun di Indonesia mengalami penurunan yaitu 57,8% menjadi 40,0%. Dari 4.075 WUS 15-24 tahun didapati 40,0% responden yang menikah usia <18 tahun. Responden dengan usia 15-19 tahun memiliki nilai aPR 2,10 (CI 95% : 1,88 – 2,32), Usia pertama berhubungan seksual <15 memiliki nilai aPR 1,75 (CI 95% : 1,51 – 2,02). Tingkat pendidikan sekunder (SMP-SMA) memiliki nilai aPR 5,07 (CI 95% : 3,37 – 7,64), tingkat pendidikan primer (SD) memiliki aPR 7,44 (CI 95% : 4,85 – 11,43) dan responden yang tidak sekolah memiliki aPR 6,43 (CI 95% : 3,33 – 12,43). Responden yang tidak pernah terpaparan internet memiliki aPR 1,16 (CI 95% : 1,05 – 1,30). Responden dengan perbedaan usia dengan pasangan >5 tahun memiliki aPR 1,14 (CI 95% : 1,03 – 1,26). Perbedaan tingkat pendidikan dengan pasangan yang terdiri dari pendidikan suami lebih tinggi dari istri memiliki aPR 0,71 (CI 95% : 0,58 – 0,86), tingkat pendidikan suami dan istri sama memiliki aPR 0,79 (CI 95% : 0,69 – 0,90), dan suami dan istri tidak sekolah memiliki aPR 0,76 (CI 9%% : 0,32 – 1,81). Dalam hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan memiliki angka tertinggi sebagai faktor risiko pernikahan dini sehingga penguatan faktor pendidikan diperlukan untuk menekan angka pernikahan dini pada wanita di Indonesia.
Early marriage is defined as the marriage of a girl or boy before the age of 18. Early marriage has more negative implications for the survival of adolescents who experience it such as maternal death, cervical cancer, the inability of the mother to make decisions about child ownership / use of contraceptives and others. An earlier marriage age will have an impact on the health of the mother and child, as well as increase morbidity and mortality. The study was conducted to look at trends and factors related to early marriage among young women aged 15-24 years in Indonesia. This study used a cross-sectional study design with data sources derived from secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The sample of this study was female women aged 15-24 who were married with 4,075 respondents. Data analysis used cox regression to see the ratio of the ratio of early marriage to the variables suspected of being risk factors. Significance can be seen by looking at the 95% confidence range (CI). Whereas to analyze the trends used survey data from 1987 - 2017. The results of the study note that the trend of early marriage on WUS 15-24 years in Indonesia decreased by 57.8% to 40.0%. Of the 4,075 WUS 15-24 years, it was found that 40.0% of respondents were married aged <18 years. Respondents aged 15-19 years have aPR were of 2.10 (95% CI: 1.88 - 2.32), first age having sex <15 with aPR were of 1.75 (95% CI: 1.51-2, 02). Secondary education level (SMP-SMA) has aPR were 5.07 (95% CI: 3.37 - 7.64), primary level education (SD) with aPR 7.44 (95% CI: 4.85 - 11, 43) and respondents who do not go to school have aPR 6.43 (95% CI: 3.33 - 12.43). Respondents who have never been exposed to the internet have aPR 1.16 (95% CI: 1.05 - 1.30). Respondents aged> 5 years had aPR 1.14 (95% CI: 1.03 - 1.26). The difference in education level with partners consisting of husband / wife who has PR 0.71 (95% CI: 0.58 - 0.86), the education level of the couple and wife has aPR of 0.79 (95% CI: 0.69 - 0 , 90), and husbands and schools do not have aPR 0.76 (9% CI%: 0.32 - 1.81). It is seen that the level of education has the highest number as the risk of early marriage so an increase in educational factors is needed to reduce the number of early marriages for women in Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrunnisa Ahmad
Abstrak :
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah meletakkan bayi di dada ibu segera setelah bayi lahir dan dibersihkan untuk melakukan kontak kulit antara dada ibu dan bayi, membiarkan bayi menemukan puting ibu untuk menyusu. Proporsi IMD di Dunia sebesar 42% ; ASIA Timur 32% ; ASIA Selatan 40%; dan di Indonesia 56,5%. Penundaan IMD biasanya disebabkan karena bayi lahir dengan dengan sectio cesarea (SC) karena perawatan pasca operasi yang lama sehingga menunda kontak ibu-bayi dan kemungkinan dilakukannya IMD menjadi kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persalinan Caesar terhadap upaya pelaksanaan IMD, menggunakan data individu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 dengan desain cross-sectional. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu ibu dengan bayi yang melakukan IMD (n=8418) dan ibu dengan bayi yang tidak melakukan IMD (n=4238). Data bersifat kategorik dan dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Persalinan dengan SC berisiko 2,7 kali untuk tidak melakukan IMD setelah dikontrol oleh variabel paritas; kunjungan ANC; berat lahir; interaksi antara persalinan Caesar dengan pekerjaan suami; interaksi antara persalinan Caesar dengan pendidikan ibu; dan interaksi antara persalinan Caesar dengan kunjungan ANC. Diharapkan agar dilakukan penapisan secara ketat agar persalinan tanpa indikasi tidak dilakukan tindakan SC, sehingga menurukan angka persalinan SC. Dibuatnya undang-undang mengenai upaya pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir baik bayi yang lahir dengan pervaginam maupun SC. ......Early initiation of breastfeeding (EIBF) is placing the baby on the mother's chest as soon as the baby is born and clean to make sure skin-to-skin contact between the mother's chest and the baby, letting the baby find the mother's nipple. The proportion of EIBF in the world was 42%; East ASIA 32%; South ASIA 40%; and in Indonesia 56.5%. Delayed of initiation of breastfeeding was usually caused by the baby was born by cesarean section (CS) because prolonged postoperative care, delaying mother-infant contact, making EIBF less likely. This study was conducted to determine the effect of the CS delivery on the implementation of early initiation of breastfeeding using the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data with a cross-sectional design. The sample of this study were grouped into two groups, baby-mothers who did EIBF (n=8418) and baby-mothers who did not EIBF (n=4238). Data were categorical and analyzed by multiple logistic regression tests. Delivery with c-section had a 2.7 times risk of not getting EIBF after being controlled by the parity variable; ANC visit; birth weight; the interaction between the type of delivery and the work of the husband; the interaction between the type of delivery and the mother's education; and the interaction between the type of delivery and the ANC visit. It is hoped that a strict screening will be carried out so that deliveries without indications will not be performed by c-section, thereby reducing the number of CS deliveries. The drafting of a law regarding the implementation of EIBF immediately after the baby is born, either babies born with vaginal or CS.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Anindya
Abstrak :
Kontrasepsi suntikan merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan di tahun 2012. Meski memiliki beberapa keuntungan, kontrasepsi suntikan memiliki berbagai efek samping bagi kesehatan akseptor KB. Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan pelayanan KB dengan penggunaan kontrasepsi suntikan pada akseptor KB di Indonesia tahun 2012. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa seluruh variabel dari faktor karakteristik individu dan pelayanan KB memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi suntikan. Diketahui pula bahwa biaya kontrasepsi yang tinggi di pelayanan swasta adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntikan (OR=9,7; nilai p=0,000). ......Contraceptive injection is the most popular contraception method in 2012. This method offers several advantages, but on the other hand, it also has many side effects for acceptors’s health. The study purpose is to analyze the relationship between individual characteristics and family planning services with the use of injectable contraceptives in family planning acceptors in Indonesia in 2012. This study uses cross sectional study design and secondary data analysis of 2012 Indonesia Demographic Health Survey. The results of multivariable analysis showed that both individual characteristics and family planning services factors have a significant association with the use of contraceptive injection. It also found that the high cost of contraceptives in private services is the most dominant factor that affecting the use of contraceptive injections (OR=9,7; p-value=0,000).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Akbar Saputra
Abstrak :
Stigma dan sikap diskriminatif terhadap ODHA merupakan sikap negatif masyarakat yang bersifat merendahkan dan menghambat kehidupan ODHA. Diperlukan pengurangan stigma dan sikap diskriminatif di masyarakat agar pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dapat berjalan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian stigma dan sikap diskriminatif terhadap ODHA pada masyarakat berstatus kawin dan hidup bersama. Pendekatan potong-lintang dilakukan dengan menggunakan data SDKI 2017 pada 34.950 responden. Nilai asosiasi pemberian stigma dan sikap diskriminatif menggunakan prevalence ratio (PR) dan 95% confidence interval (CI). Dari seluruh responden didapatkan 22.419 (64,1%) memiliki stigma dan sikap diskriminatif terhadap ODHA. Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan stigma dan sikap diskriminatif terhadap ODHA yaitu usia (POR: 1,08; 95% CI: 1,048 – 1,112), tingkat pendidikan (POR: 1,037; 95% CI: 1,004 – 1,07), pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (POR: 1,26; 95% CI: 1,23 – 1,3), keterpaparan informasi HIV/AIDS (POR: 1,07; 95% CI: 1,04 – 1,1), pengaruh pasangan terkait HIV/AIDS (POR: 1,03; 95% CI: 1 – 1,06), dan pengaruh emosional terkait HIV/AIDS (POR: 1,5; 95% CI: 1,42 – 1,57). Dibutuhkan pendekatan komprehensif dari segala pihak untuk mengurangi stigma dan sikap diskriminatif terhadap ODHA berupa edukasi dan penyebaran informasi yang merata mengenai HIV/AIDS serta pemberdayaan bagi ODHA. ......Stigma and discriminatory attitude towards PLWHA is a negative attitude of society that degrading and inhibits life of PLWHA. It is necessary to reduce stigma and discriminatory attitude in community to run HIV/AIDS prevention and control optimally. This study aims to identify factors that influence stigma and discriminatory attitudes towards PLWHA among married society and living together. The cross-sectional approach was carried out using the IDHS 2017 data with 34,950 respondents. Association between stigma and discriminatory attitudes was estimated through the prevalence ratio (PR) and 95% confidence interval (CI). From all respondents, 22,419 (64.1%) have stigma and discriminatory attitude towards PLWHA. Factors associated with stigma and discriminatory attitudes towards PLWHA are age (POR: 1.08; 95% CI: 1.048 – 1.112), education level (POR: 1.03; 95% CI: 1.004 – 1.07), comprehensive knowledge of HIV/AIDS (POR: 1.26; 95% CI: 1.23 – 1.3), exposure to HIV/AIDS information (POR: 1.07; 95% CI: 1.04 – 1.1), partner influence related to HIV/AIDS (POR: 1.03; 95% CI: 1 – 1.06), and emotional influence related to HIV/AIDS (POR: 1.5; 95% CI: 1.42 – 1.57). There should be a comprehensive approach from all parties to reduce the stigma and discriminatory attitudes towards PLWHA such as educational and equitable information dissemination of HIV/AIDS and empowerment for PLWHA.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwinda Nugraheni
Abstrak :
Kematian neonatal dini merupakan penyumbang kematian bayi dan perinatal yang merupakan indikator derajat kesejahteraan dan kesehatan bangsa. Angka kematian bayi dan perinatal di Indonesia masih tergolong tinggi dibanding negara Asia lainnya. Komplikasi kehamilan diduga menjadi faktor kuat kematian neonatal dini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh adanya komplikasi kehamilan dan setiap jenis komplikasi kehamilan serta ingin mengetahui PAR (Population Attributle Risk) terhadap kematian neonatal dini di Indonesia pada anak yang lahir 2002-2007 terhadap kematian neonatal dini setelah dikendalikan seluruh confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional dengan analisis multivariat complex sample cox regression. Sampel penelitiansebanyak 13893 dari 33 provinsi Indonesia yang diambil dengan metode Stratified two-stage cluster design. Hasil analisis menunjukkan komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini dimodifikasi oleh berat lahir. Peneliti membuat dua model untuk membuktikan pengaruh komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini. Pada model pertama, PR komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini pada strata berat lahir <2000 gram sebesar 28,74 (95%CI: 10,21-81,02) PAR 13,92%, pada stratum ≥2000 gram sebesar PR 1,03 (95%CI: 0,32-3,34) PAR 11,94%. Pada model kedua, PR prematuritas memiliki risiko tertinggi PR 3,98 (95%CI 1,36-11,63) dengan PAR 8,1%. Diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berperan aktif dalam penurunan dan penanggulangan komplikasi kehamilan sedini mungkin dengan Antenatal care. ...... Early neonatal death is a contributor to infant and perinatal mortality that is an indicator of well-being and health degree in the nation. Infant and perinatal mortality rate in Indonesia is still higher than other Asian countries. Complications during pregnancy may be a strong factor of early neonatal death. This study want to determine how much influence and PAR of complication during pregnancy to early neonatal death in Indonesia after adjusted all confounding. This study used the cross-sectional design study with complex samples cox regression to multivariat analysis. There were 13893 respondents from 33 provinces in Indonesia were taken by stratified two-stage cluster sample technique. The Results indicated that there are effect modification of Complication during pregnancy and birth weight to early neonatal death. This study created 2fixed models in multivariat analysis. In the first model, PR complication during pregnancy with birth weight <2000 gr 28,74(95%CI 10,21-81,02) PAR 13,92, complication during pregnancy with birth weight ≥2000 gr PR 1,03 (95%CI 0,32-3,34) PAR 11,94. In third model, only proven premature has significant to be early neonatal death risk with PR 3,98 (95%CI 1,36-11,63) PAR 8,1%. Health ministry and public can improve efectiveness of ANC to reduce complication during pregnancy and premature.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>