Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulthon Nashir. Y
Abstrak :
Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit yang dapat terjadi di mana saja, terutama di tempat padat penghuni, seperti pondok pesantren. Faktor yang menyebabkan terjadinya skabies pada remaja adalah tingkat pengetahuan, perilaku, tinggal di tempat padat penghuni, dan hygiene yang buruk. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene, sanitasi lingkungan dan perilaku dengan kejadian skabies. Metode: Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Santri SMP Putra dengan jumlah 96 Santri. Teknik sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan analisis chi-square. Hasil: hasil penelitian menunjukan karakteristik usia di diketahui rerata usia santri adalah 13,61 tahun dengan hampir setengahnya santri kelas IX (45,8%). Sebagian besar dalam kategori iya (74,0%), pengetahuan tentang personal hygiene didapatkan setengahnya responden dalam kategori pengetahuan kurang (57,3%), pengetahuan tentang sanitasi lingkungan didapatkan sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang (58,3%), perilaku tentang personal hygiene didapatkan sebagian besar dalam kategori perilaku kurang (64,6%). Berdasarkan analisis bivariat menunjukan ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku dengan kejadian skabies. Kesimpulan: pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku terkait personal hygiene merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian skabies. ......Background: Scabies is a common disease that occurs in many places, such as Islamic boarding schools. Factors that cause scabies in adolescents are the level of knowledge, behavior, living in densely populated places, and poor hygiene. Objective: To determine the correlation between knowledge of personal hygiene, environmental sanitation and behavior with the incidence of scabies. Method: This type of research is a quantitative cross-sectional design. The population in this study were all male junior high school students with a total of 96 students. The sample technique used total sampling, data collection used a questionnaire and data analysis used univariate and bivariate with chi-square analysis. Results: The results showed that the age characteristics of the students were 13,61 with almost half of the students in class IX ( 45,8%). Most were in the yes category (74,0%), knowledge about personal hygiene was found by half of the respondents in the less knowledge category (57,3%), knowledge about environmental sanitation was obtained mostly in the less knowledge category (58,3%). about personal hygiene, most of them were in the less behavioral category about personal hygiene (64,6%). Based on bivariate analysis, it showed that there was a correlation between knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene and the incidence of scabies Conclusion: knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene are factors that influence the incidence of scabies.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurin Muthia Adani
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui hubungan antara attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control dengan intention dalam merawat gigi dengan baik, serta mengetahui hubungan antara intention dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa S1 RIK UI menggunakan Theory of Planned Behavior TPB . Metode: Studi analitik observasional dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner TPB Scale dan OHB Index pada 169 mahasiswa S1 RIK UI di Depok, serta uji reliabilitas dan validitas kuesioner. Hasil: Reliabilitas internal TPB Scale Cronbach rsquo;s alpha = 0,929 dan OHB Index Cronbach rsquo;s alpha = 0,827 . Attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control memiliki hubungan signifikan dengan intention merawat gigi dengan baik p < 0,001 , dengan korelasi positif. Intention memiliki hubungan signifikan dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa RIK p < 0,001 , dengan korelasi positif. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control dengan intention dalam merawat gigi dengan baik, serta intention dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa S1 RIK UI. ...... Objective: To determine the relationship between attitude, subjective norms, and perceived behavioral control with the intention of good dental care, and the relationship between intention to Oral Hygiene Behavior in Health Science Universitas Indonesia undergraduates students using the Theory of Planned Behavior TPB. Methods: The study was observational analytic with cross sectional design using OHB Index and TPB Scale questionnaires at 169 Health Science Universitas Indonesia undergraduates rsquo students in Depok, and the reliability and validity test of the questionnaire. Results: Internal reliability of TPB Scale Cronbach's alpha 0.929 and OHB Index Cronbach's alpha 0827. Attitude, subjective norms, and perceived behavioral control has a positive correlation with intention of good dental care. Conclusion: There is a significant relationship between attitude, subjective norms, and perceived behavioral control with the intention of good dental care, as well as the intention with the undergraduates’ Oral Hygiene Behavior in Health Science Universitas Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gasper, Ivonne Alfonsina Victorina
Abstrak :
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi di daerah tropis dan dialami oleh semua kelompok usia termasuk pada aggregate dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik individu dan perilaku personal hygiene dengan kejadian malaria pada aggregate dewasa di Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini menggunakan disain diskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 108 responden dengan cluster proporsional. Hasil menunjukkan ada hubungan bermakna antara karakteristik pekerjaan (p= 0.016), perilaku personal hygiene (p=0.045) dengan kejadian malaria. Perawat komunitas disarankan melakukan edukasi melalui program pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat berdasarkan faktor risiko penyebab masalah serta memperhatikan sumberdaya yang ada di masyarakat.
ABSTRACT
Malaria is an infectious transmitted disease that commonly occurs in tropical area in all age group including adult group. The purpose of this study is to determine the correlation between demographic characteristics and personal hygiene behavior with malaria incidence in Maluku Tenggara. This is descriptive correlation study using cross sectional and proportional cluster in recruiting 108 respondents. The result shows that there is significant correlation between job characteristics (p value = 0.014), and personal hygiene behavior with malaria incidence (p value = 0.037). It is recommended nurse are advised to educate community through health education programs as needed community based on risk factors cause of problem, as well as resources in society.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
Abstrak :
Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X. Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI. Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05). Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali. ......Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X. Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument. The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05). Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Fauzia
Abstrak :
Health Care-Associated Infections (HCAI) menjadi masalah kesehatan yang sangat diperhatikan baik di negara berkembang dan negara maju. Infeksi-infeksi ini berkontribusi terhadap peningkatan mordibitas, mortalitas dan biaya perawatan kesehatan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kebersihan tangan merupakan garda terdepan dalam pencegahan HCAI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pada pengunjung rumah sakit. Desain penelitian ini berupa deskriptif dengan pendekatan Cross-sectional dengan 107 responden yang akan diambil tidak secara acak dengan menggunakan metode Quota sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen yang dirumuskan peneliti dan form observasi kepatuhan kebersihan tangan dari WHO (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah pengunjung rumah sakit memiliki pengetahuan rendah (48%) dan perilaku buruk (47%) tentang kebersihan tangan. Pemberian informasi terkait kebersihan tangan kepada pengunjung rumah sakit perlu ditingkatkan untuk memperluas pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pengunjung rumah sakit.
Health Care-Associated Infections (HCAI) has becoming a health problem that considerable concerned in both developing countries and developed countries. These infections contributes in the increment of morbidity, mortality and health care costs. Several research had concluded that hand hygiene is the frontline in the prevention of HCAI. This study was conducted to reveal the hand hygiene knowledge and behavior among hospital visitors. This study used Cross-sectional with 107 participants using Quota sampling. The researcher is using questionnaire which is formulated by herself and hand hygiene compliance observation form from WHO (2009). Result showed that nearly half of visitors have a low hand hygiene knowledge (48%) and bad hand hygiene behavior (47%). The provision of hand hygiene information to the hospitals visitor needs to be improved to increase the hand hygiene knowledge and behavior of hospital visitors.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andanali Rukhul Finisha
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara indeks plak terhadap efikasi Propolis Fluoride dalam menghambat aktivitas karies. Metode: 246 anak dengan karies aktif pada anak usia 36-71 bulan diaplikasikan Propolis Fluoride. 149 anak merupakan kelompok perlakuan dengan diberi perlakuan sikat gigi serta edukasi kesehatan gigi dan mulut rutin. Sedangkan 97 anak merupakan kelompok kontrol hanya diberi edukasi kesehatan gigi dan mulut pada saat baseline. Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 3 bulan untuk menilai persentase karies yang menjadi arrested dan hubungannya dengan indeks plak. Hasil: Pada saat evaluasi 3 bulan persentase karies arrested pada kelompok perlakuan 62,44 sedangkan pada kelompok kontrol 46,18. Terdapat perbedaan bermakna rata-rata indeks plak dan jumlah karies aktif antara kelompok perlakuan dan kontrol. Terdapat hubungan yang signifikan bernilai negatif antara indeks plak dan persentase karies arrested. Terdapat hubungan yang signifikan bernilai positif antara skor tindakan dan persentase karies arrested. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks plak dan efikais Propolis Fluoride dalam menghambat aktivitas karies. ...... Objective To determine the relationship between plaque index and efficacy of propolis fluoride in inhibiting caries activity. Method 246 children aged 36 71 month were applied Propolis Fluoride on every tooth surface that has active caries. 149 children are intervention group, they have been treated toothbrushing program and give them routine Dental Health Education. 97 children are control group only have been given Dental Health Education on the baseline. The evaluation and examination were conducted after 3 months to measure the percentage of arrested caries and the correlation with plaque index. Result At the 3 months evaluation, the percentage of arrested caries for both group of intervention and control were 62,44 and 46,18 respectively. There was a significant difference in mean plaque index and the number of active caries between two groups. There was a significant correlation between the plaque index and the percentage of arrested caries. There was a significant correlation between the behavior score and the percentage of arrested caries. Both correlation has negative and positive value respectively. Conclusion There is a significant correlation between plaque index and efficacy of Propolis fluoride in inhibiting caries activity.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library