Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajrianthi
Abstrak :
Selama ini sudah cukup sering kita mendengar keluhan masyarakat mengenai kurang baiknya mutu pelayanan kesehatan yang mereka terima sebagai pasien. Keluhan ini muncul sebagai reaksi atas kerugian yang mereka alami saat berobat. Misalnya kesalahan dalam mendiagnosa penyakit sampai pada masalah alat kedokteran canggih yang penggunaannya dirasa mengeksploitasi keuangan pasien Menurut dr. Marius Widjayarta (staf ahli bidang kesehatan bidang kesehatan YLKI) pasien paling banyak dirugikan karena dokter kurang memberiksn informasi mengenai keadaan penyakit dan cara pengobatannya kepada pasien. Hal di atas sebenarnya tidak perlu terjadi mengingat bahwa sejak tahun 1989 telah dikeluarkan Peratuan Menteri Kesehatan no. 585 tentang Persetujuan Tindakan Medik atau "Informed Consent". Dengan diberlakukannya "Informed Consent", pasien mendapat hak untuk memberikan persetujuannya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan, setelah sebelumnya mendapat informasi yang adekwat mengenai tindakan tersebut oleh dokter. Selain memberi perlindungan hukum pada pasien, dengan memberlakukan "Informed Consent", seorang dokter juga tidak akan dapat dituntut ke depan hukum atas tindakan medik yang dilakukannya. Hal ini disebabkan karena tintersebut dilakukan atas sepengetahuan dan seijin pasiennya. Walaupun "Informed Consent" telah memiliki landasan hukum, namun masalah pember1akuannya tidak terlepas dari "kontrol" masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan. Qleh karena itulah maka pasienpun sebenarnya perlu memiliki pengetahuan tenting "Intg^ed Cgnsent" tersebut. Hal ini panting agar pasien mengetahui haknya dalam suatu palayanan kesehatan dan dapat menuntut haknya taraebut Jika dpktar tidak mambarlakukan "Intprpad Consent dalam pelayanan mediknya. Bagaimana seorang bertingkah laku dalam 1ingkungannya, tidak lepas dari bagaimana mereka mempersepsikan 1ingkungannya Holander (i9ai) menyatakan bahwa persepsi mengarahkan tingkah laku seseorang di dalam 1ingkungannya. bungan dokter dan pasien, menurut Terrance McConnell (1982) dapat digolongkan sebagai model hubungan "Paternalistic", "Contractual" dan "Engineering". Penggolongan tersebut didasarkan atas pihak mana diantara dokter dan pasien yang lebih dominan dalam memutuskan tindakan medik apa yang akan dilakukan. Selanjutnya, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hu bungan antara tingkat pengetahuan pasien "Informed Consenf'dengan persepsi terhadap hubungan dokter - pasien. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pihak yang berwenang dalam bidang pelayanan untuk meningkatkan mutu pe1ayanannya. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien berusia dewasa dan berakai sehat. Pada mereka akan diberikan sebuah kuesiner yang mengukur tingkat pengetahuan mereka tentang "Informed Consent" dan sebuah kuesioner tentang hubungan dokter - pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan "accidental sampling". Untuk mengolah data tentang tingkat pengetahuan mengenai "Informed Consent" digunakan teknik "percentile", sedangkan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang "informed Consent" dengan persepsi terhadap hubungan dokter - pasien, digunakan teknik perhitungan chi-square. Dari hasil pengolahan data ternyata terbukti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien tentang "Informed Consent" dengan persepsi terhadap hubungan dokter - pasien.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S2543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Tiurma Savira
Abstrak :
[Penelitian ini membahas mengenai Breaking Bad News, suatu momen dalam praktik kedokteran di mana hal-hal yang secara negatif dapat mempengaruhi cara pandang pasien akan masa depannya diberitahukan. Breaking Bad News dan hubungan dokter?pasien yang banyak dikaji dari kacamata rumpun ilmu kesehatan, sekarang diteliti dari kacamata ilmu komunikasi dengan menggunakan teori ilmu sosial. Penelitian ini pada akhirnya menemukan bahwa proses komunikasi dokter?pasien tidak sebatas berbicara tentang puas atau tidak puas dan sembuh atau belum sembuh, tetapi ada dinamika lebih dalam tentang cost dan reward hubungan dokter?pasien. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan paradigm eksploratif, penelitian ini membuka bagaimana posisi Breaking Bad News dalam komunikasi dokter pasien, dan penelitian ini menemukan aspek komunikasi apa yang berperan dalam menjalin komunikasi interpersonal yang baik dalam konteks hubungan dokter?pasien.;This research mainly talks about Breaking Bad News, an activity in medical practice which may affect patients? view about their future in a negative way. Studies and research about Breaking Bad News and doctor?patient relationship have been done a lot in medical views. Yet in this research, Breaking Bad News and doctor?patient relationship will be seen in communication studies perspective with the usage of social science theory. This research finds that the process of doctor?patient communication is not merely about the patients? satisfaction or the chance of the patients to be completely healed. Doctor?patient communication contains a cost and reward relationship which happens during the process. By using qualitative method and exploratory paradigm, this research goes for a deep analysis about the position of Breaking Bad News and the components that will create a good interpersonal relationship., This research mainly talks about Breaking Bad News, an activity in medical practice which may affect patients’ view about their future in a negative way. Studies and research about Breaking Bad News and doctor–patient relationship have been done a lot in medical views. Yet in this research, Breaking Bad News and doctor–patient relationship will be seen in communication studies perspective with the usage of social science theory. This research finds that the process of doctor–patient communication is not merely about the patients’ satisfaction or the chance of the patients to be completely healed. Doctor–patient communication contains a cost and reward relationship which happens during the process. By using qualitative method and exploratory paradigm, this research goes for a deep analysis about the position of Breaking Bad News and the components that will create a good interpersonal relationship.]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library