Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Pradata I.K.
Abstrak :
Ketertarikan terhadap lawan jenis, yang dialaiai oleh hampir semua orang, dapat berlanjut dalam hubungan berpacaran. Berpacaran dapat merupakan suatu proses untuk memilih pasangan hidup. Dengan demikian individu berupaya untuk mengenal pasangannya secara mendalam. Untuk itu mereka perlu saling mengungkapkan diri. Pengungkapan diri (seljfdisclosure) merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya (baik pikiran, perasaan, pengalaman) kepada orang lain. Pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki dua sisi, di satu sisi pengungkapan diri memiliki manfaat besar dalam mengembangkan suatu hubungan, tetapi di sisi lain juga memiliki risiko yang dapat mengancam kelangsungan hubungan, misalnya penolakan, munculnya perasaan terluka. Penelitian ini bermaksud mengetahui gambaran pengungkapan diri pada masa sebelum berpacaran dan pada masa selama berpacaran. Selain itu ingin diketahui pula peranan pengungkapan diri dalam perkembangan hubungan berpacaran. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 6 subyek, terdiri dari 3 pria dan 3 wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperti yang dikemukakan secara teoretis, pengungkapan diri dapat menunjang tercapainya keintiman, tetapi juga mengandung risiko. Sekalipun pembicaraan berkembang ke arah yang lebih pribadi pada masa berpacaran, ada topik-topik yang dihindari atau ditunda untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena dalam perjalanan hubungan timbul konflik-konflik yang disebabkan oleh pengungkapan diri. Konflik menjadi akibat negatif dari pengungkapan diri yang dialami oleh semua subyek. Hal serupa tidak tampak pada masa sebelum berpacaran. Oleh sebab itu pertimbangan-pertimbangan subyek dalam mengungkapkan diri tainpak lebih kompleks pada masa selama berpacaran. Peranan pengungkapan diri berbeda-beda untuk masingmasing subyek. Pada empat subyek, pengungkapan diri tampak lebih besar peranannya dalam mengembangkan dan menjaga kelangsungan hubungan. Sementara pada dua subyek, banyak konflik yang timbul berkaitan dengan pengungkapan diri yang akhirnya mengancam kelangsungan hubungan mereka. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengungkapan diri timbal balik dan adanya reaksi-reaksi negatif terhadap pengungkapan diri berperan bagi terancamnya kelangsungan hubungan berpacaran. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggali lebih dalam faktor-faktor kepribadian dan budaya. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam atau yang memiliki pengalaman masa lalu kurang menguntungkan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annajm Arradita Andhi Ajeng
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberfungsian keluarga dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat apakah dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement dan behavior control secara bersama-sama dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Pengukuran intimacy dilakukan dengan menggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS sementara pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Assessment Device FAD yang didasari oleh teori McMaster Model of Family Functioning. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 188 perempuan dan 67 laki-laki dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai, berumur 20-40 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan belum menikah. Hasil penelitian dengan teknik simple regression menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memilki orang tua bercerai. Hal yang sama juga ditemukan pada dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga, dimana hasil multiple regression menunjukkan bahwa dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga secara bersama-sama tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. ......This study conducted to examined family functioning as predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. This study also examined whether the dimensions of family functioning problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement and behavior control could simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. Intimacy was measured with Miller Social Intimacy Scale MSIS and family functioning was measured with Family Assessment Device FAD based on McMaster Model of Family Functioning Theory. This study consisted of 188 females and 67 males young adults with divorced parents, aged 20 40, is in dating relationship during the study, and have not been married before. The result with simple regression indicated that family functioning not significantly could be a predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. The same result was found on the dimensions of family family functioning in which multiple regression showed that the dimensions of family functioning could not simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Arjun Suputra Jaya
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kepuasan berpacaran dengan kebahagiaan subyektif dimoderatori oleh keinginan untuk menikah pada individu dewasa muda yang berpacaran berbeda agama. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 145 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , dan Satisfaction with Life Scale SWLS . Analisis data dilakukan menggunakan moderasi model satu yang dikemukakan oleh Hayes. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara keinginan untuk menikah dalam hubungan kepuasan berpacaran dan kebahagiaan subyektif pada individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran berbeda agama c = 0,047; t = 2,674; sig. = 0,008 .
ABSTRACT This study aims to examine the correlation between relationship satisfaction and subjective well being moderated by willingness to marry among young adults in deferent religion relationship. Partisipants in this study is 145 persons. Measurement in this study using Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , and Satisfaction with Life Scale SWLS . Data analysis using moderated model one which proposed by Hayes. The result of this study indicates that there is an interaction between the willingness to marry in the relationship of relationship satisfaction and subjective well being in young adults in deferent religion relationship c 0,047 t 2,674 sig. 0,008 .
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Trihandini Waskitajati
Abstrak :
ABSTRAK Kekerasan dalam hubungan pacaran dapat terjadi dalam bentuk kekerasan seksual, fisik, maupun psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh investasi dan self-efficacydalam hubungan romantis terhadap komitmen korban kekerasan dalam hubungan berpacaran. Investasi dan komitmen diukur dengan menggunakan Investment Model Scale(IMS) milik Rusbult, Martz, dan Agnew (1998), sedangkan self-efficacydalam hubungan romantisdiukur dengan alat ukur Self-efficacy in Romantic Relationship(SERR) milik Riggio et al. (2011). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 190 orang yang merupakan perempuan berusia 18-25 tahun,sedang menjalani hubungan pacaran minimal enam bulan, dan mengalami kekerasan dalam hubungan berpacarannya. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dan self-efficacydalam hubungan romantis memprediksi komitmen dalam hubungankorban kekerasan secara positif.
ABSTRACT Abusive behavior in a relationship can occur in the form of sexual, physical, and psychological abuse. This research was conducted to determine the effect of investment and self-efficacy in romantic relationship on the commitment of victims in an abusive relationship. Investment and commitment are measured by the Investment Model Scale (IMS) from Rusbult, Martz, and Agnew (1998), while self-efficacy in romantic relationships is measured by the Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) from Riggio et al. (2011). The number of participants involved is 190 people, that consists of women aged 18-25 years old, who are in a relationship with a minimum duration of six months, and currently a victim in an abusive relationship. This research used multiple regression analysis. The result shows that investment and self-efficacy in a romantic relationshippredict commitment of the victims in abusive dating relationship.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Salsabila
Abstrak :
Beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani individu pada usia dewasa muda yaitu melanjutkan pendidikan, bekerja, dan mencari pasangan, namun ada kalanya tuntutan pendidikan dan pekerjaan membuat individu harus berpisah jarak dengan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara trust dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. Trust diukur menggunakan Trust dan kualitas hubungan romantis diukur menggunakan Partner Behaviors as Social dan Self Behaviors as Social Context. Sebanyak 127 orang yang terdiri dari 23 laki-laki dan 104 perempuan menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara trust dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh, serta terdapat pula hubungan pada setiap dimensi trust dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. Secara umum dapat disimpulkan bahwa trust dapat memprediksi kualitas hubungan romantis seseorang terhadap pasangannya. Hal ini dikarenakan trust merupakan komponen yang penting dalam sebuah hubungan, terutama pada hubungan pacaran jarak jauh. ......Certain developmental tasks that should be passed by a person at young adult age are continuing education, work, and looking for a partner, but occasionally education and job demand that person to undergo a long distance relationship. This research is aimed to find whether or not a correlation between trust and romantic relationship quality among young adult in long distance dating relationship. Trust was measured by Trust Scale, and romantic relationship quality was measured by Partner Behaviors as Social Context and Self Behaviors as Social Context. There are 127 people consist of 23 males and 104 females participated in this research. The results showed that there was a positive significant correlation between trust and romantic relationship quality among young adult in long distance dating relationship, and there was also a positive significant correlation between the dimension of trust and romantic relationship quality among young adult in long distance dating relationship. In general, we can conclude that trust can predict someone?s romantic relationship quality to their partner. This was because trust is an important component in a relationship, especially in long distance dating relationship.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Salsabila
Abstrak :
Pada tahap emerging adulthood, ditandakan sebagai masa instabilitas yang membuat individu kerap berganti pasangan. Padahal, hubungan yang memuaskan dapat membantu individu dalam pengembangan identitas dan tujuan serta meningkatkan kesejahteraan diri. Diketahui beberapa faktor berperan dalam kepuasan hubungan adalah motif berkorban dan rasa syukur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara motif berkorban dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan berpacaran pada emerging adulthood. Alat ukur yang digunakan Investment Model Scale (IMS) untuk mengukur kepuasan hubungan, Motives of Sacrifices (MoS) untuk mengukur motif berkorban, dan The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6 untuk mengukur rasa syukur. 2.839 partisipan merupakan individu berusia 18-29 tahun dan sedang berpacaran dengan lawan jenis. Hasil analisis dengan korelasi Pearson memberi hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one-tail) dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan (r = .206, p < .001, one-tail). Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara motif berkorban menjauh terhadap kepuasan hubungan (r = -.095, p < .001, one-tail). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, dalam berpacaran di usia emerging adulhood dengan memiliki motif berkorban mendekat dan rasa syukur dapat berguna untuk meningkatkan kepuasan hubungan. ......The emerging adulthood period is known as a stage of instability that causes individuals to change relationships frequently. Indeed, relationship satisfaction may help individuals develop their identity and goals while also increasing their well-being. Namely, the motives of sacrifice and gratitude have an impact on this. The purpose of this study is to investigate the relationship between the motives of sacrifice and gratitude towards dating relationship satisfaction in emerging adulthood. The measuring instruments used in this study are Investment Model Scale (IMS) to measure relationship satisfaction, Motives of Sacrifices to measure the motives of sacrifices, and The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6) to measure gratitude. 2,839 participants are 18-29 years old and dating the opposite sex. The results of this study, using Pearson correlation analysis, show that there is a significant positive relationship between the approach motive of sacrifice (r =.297, p.001, one-tail) and gratitude (r =.206, p.001, one-tail)  to relationship satisfaction. The results also reveal a significant negative relationship between the avoidance motives of sacrifice to relationship satisfaction (r = -.095, p.001, one-tail). This study found that while dating at the age of emerging adulthood, having approach motives of sacrifices and gratitude can be beneficial for increasing relationship satisfaction. 
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Safira
Abstrak :
Landasan seseorang dalam melakukan pengorbanan menjadi salah satu faktor yang menarik untuk diteliti pada emerging adulthood yang berpacaran, karena ketika berpacaran, seseorang  cenderung melakukan pengorbanan untuk pasangan dan hubungan tersebut, agar hubungan dengan pasangannya menjadi puas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motif berkorban dan kepuasan hubungan pada emerging adulthood. Data yang didapat dari  2.839 individu emerging adulthood berusia 18-29 (M=23.19 tahun, SD=2.68) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one tail) maupun motif menjauh (r = -.095, p <.001, one tail) dengan kepuasan hubungan. Hasil ini berarti emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban mendekat cenderung lebih puas dengan hubungannya dan emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban menjauh cenderung kurang puas dengan hubungannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu individu pada tahap emerging adulthood yang sedang berada dalam hubungan romantis untuk memiliki kepuasan hubungan yang tinggi.  ......The underlying basis for a person to make sacrifices is one of the interesting factors to study in dating emerging adulthood. When dating, a person tends to make sacrifices for their partner and relationship in hope that it will increase the relationship satisfaction. This study aimed to determine whether there is a relationship between the motive for sacrifice and relationship satisfaction in emerging adulthood. Data obtained from 2,839 emerging adulthood individuals aged 18-29 (M = 23.19 years, SD = 2.68) showed that there was a significant relationship between the approach motives (r = .297, p < .001, one tail) and avoidance motives ( r = -.095, p < .001, one tail) with relationship satisfaction. This result means that emerging adults who make sacrifices with the approach motives are likely to be more satisfied with their relationship, and emerging adults who make sacrifices with the avoidance motives are less likely to be satisfied with their relationship. The results of this study are expected to help individuals at the stage of emerging adulthood who are in romantic relationships to have high relationship satisfaction.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiyari Ayunindya Mudyaningrum
Abstrak :
Pandemi COVID-19 membawa berbagai perubahan dan tantangan bagi individu di seluruh dunia. Berbagai permasalahan muncul dan kemudian menurunkan kebahagiaan (subjective well-being) individu terhadap hidupnya. Salah satu aspek penting yang juga berpengaruh dalam hidup individu yaitu hubungan sosial yang di dalamnya terdapat hubungan berpacaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara subjective well-being (SWB) dengan kepuasan berpacaran pada individu dewasa muda di masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross-sectional dengan strategi penelitian non-eksperimental. Sebanyak 222 individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran mengisi alat ukur Subjective Happiness Scale yang disusun oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999), serta alat ukur Relationship Assessment Scale yang disusun oleh Hendrick (1988). Melalui teknik analisis korelasi, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara SWB dengan kepuasan berpacaran. Hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagian besar individu memiliki SWB dan kepuasan berpacaran yang tergolong sedang. Dikarenakan Pandemi COVID-19 diasosiasikan dengan permasalahan yang berdampak negatif, individu dianjurkan untuk tetap menjaga dan/atau meningkatkan perasaan positif terhadap hidup maupun pasangan. Selain itu, individu dianjurkan untuk dapat menyelesaikan atau meminimalisir berbagai permasalahan yang dialami selama Pandemi COVID-19 secara efektif agar tidak menurunkan kebahagiaan dan kepuasan berpacaran. ......The COVID-19 Pandemic brings various changes and challenges for individuals around the world. Various problems arise and then reduce the individual's happiness (subjective well-being) towards their life. One important aspect that also influences an individual's life is the social relationship, which include dating relationship. This research aims to see the relationship between subjective well-being (SWB) and dating satisfaction among young adults in COVID-19 Pandemic. This research is a cross-sectional quantitative approach with a non-experimental research strategy. A total of 222 young adults in dating relationships completed the Subjective Happiness Scale by Lyubomirsky and Lepper (1999), as well as the Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988). Correlation analysis found that there was a positive and significant relationship between SWB and dating satisfaction. Another result obtained from this study is that most individuals have moderate SWB and dating satisfaction. Because the COVID-19 Pandemic is associated with problems that have a negative impact, individuals are suggested to maintain and increase positive affect towards life and their partners. In addition, individuals are suggested to be able to solve various problems experienced during the COVID-19 Pandemic effectively to avoid decrease lowering of happiness and satisfaction with dating.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library