Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sartika Djamaluddin
Abstrak :
Sektor produksi dan rumahtangga adalah dua entitas ekonomi yang saling berhubungan. Sektor produksi memegang peranan penting dalam melakukan proses produksi dan menghasilkan barang dan jasa. Adapun rumahtangga berperan penting sebagai penyedia faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah atau kewirausahaan. Dalam hat ini maka kedua unit ekonomi tersebut berinteraksi. Hubungan ini tergambar pula dalam perekonomian Jakarta. Metodologi sekaligus basis data yang digunakan dalam studi ini adalah SNSI DKI Jakarta 2000. Analisis pengganda neraca yang diperoleh dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jika dikembangkan maka seluruh- sektor produksi akan memberikan kenaikan pendapatan terhadap seluruh golongan rumahtangga. Kenaikan pendapatan tertinggi akan dinikmati oleh rumahtangga golongan 10 (kaya), disusul oleh rumahtangga golongan 9 dan seterusnya hingga rumahtangga golongan 1 (miskin) memperoleh kenaikan pendapatan terkecil. Pengaruh terbesar yang diterima oleh rumahtangga miskin (Gol.1) berasal dari sektor angkutan jalan raya (no.39) dengan pengganda neraca sebesar 0,0134.5. Artinya jika terjadi kenaikan pennintaan akhir (omset penjualan) sebesar Rp 100.000 disetiap sektor produksi maka sektor yang memberikan kenaikan pendapatan tertinggi terhadap rumahtangga miskin adalah sektor angku tan jalan raya (no. 39) yaitu sebesar Rp 1.345, disusul kemudian oleh sektor perdagangan besar dan eceran (no. 36), sektor Industri bahan bakar, minyak dan gas (no.31) dan sektor pertanian (no. 22, 23, 24, 25). Adapun sektor produksi yang memberikan kenaikan pendapatan terbesar kepada rumahtangga kaya adalah sektor jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum (no. 45) yang memberikan kenaikan sebesar Rp 38.217, jasa sosial kernasyarakatan dan hiburan (no. 46) sebesar Rp 37.014, disusul kemudian oleh jasa bank dan lembaga keuangan non bank (no. 43) sebesar Rp 35.526, sektor perdagangan besar dan eceran (no.36) sebesar Rp 33.278, sektor hotel (no.37) sebesar Rp 32.640 dan sektor industri bahan bakar, minyak dan gas (no. 31) sebesar Rp 32.449. Hal lain yang juga ditemukan dalam studi ini adalah adanya kontribusi scktor produksi di bcrbagai lapangan usaha lcrhadap ketinipangan distrihusi pendapatan rumahtangga di Jakarta. Dengan membandingkan pendapatan disposabe] per rumahtangga antara rumahtangga miskin dan kaya (rasio ketimpangan kayamiskin) maka ketimpangan pendapatan di DKI Jakarta pada tahun 2000 adalah 1 29,38. Berdasarkan fakta ketimpangan tersebut, penulis mengidentifikasi terdapat 16 sektor produksi, dart 26 sektor produksi, yang menghasilkan rasio ketimpangan kaya-miskin kurang dari 29,38. Dengan kata lain ada 16 sektor, yang jika dikembangkan, memberikan pengaruh kecil terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Sektor-sektor ini bergerak dalam aktivitas pertanian, industri, perdagangan, restoran, angkutan dan bangunan. Sektor produksi yang dianggap paling kecil pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan atau yang dianggap paling mampu mengurangi ketimpangan pendapatan rumahtangga di Jakarta adalah sektor angkutan jalan raya. Sektor ini ternyata menghasilkan rasio ketimpangan kaya-miskin scbesar 18,73. Melalui pengamatan jalur strukturalnya, sektor angku tan jalan raya ternyata banyak mcnyerap tenaga kerja dan rumahtangga golongan bawah yang bekerja sebagai tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual (buruh kasar) baik penerima upah dna gaji maupun bukan penerima upah dan gaji. Sementara itu sektor yang dianggap paling besar kontribusinya terhadap ketimpangan distribusi pendapatan adaolah sektor jasa sosial kemasyarakatan dan hiburan. Hasil temuan ini memberikan informasi yang sangat panting kepada pemerintah daerah Jakarta agar berhati-hati dalam menerapkan kebijakan ekonomi di sektor produksi mengingat setiap sektor produksi memiliki kontribusi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan rumahtangga. Oleh karena itu guna mengurangi ketimpangan pendapatan di Jakarta maka disarankan pcngcmbangan sektor angkutan jalan raya mendapat prioritas utama, selain sektor-sektor produksi lainnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Bosar M.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktaatan para pelaku usaha IRTP dalam menggunakan bahan kimia berbahaya pada pangan yang diproduksinya dan mengetahui langkah-langkah kebijakan yang efektif dan tepat dalam mengendalikan ketidaktaatan pelaku usaha IRTP dalam penggunaan bahan kimia berbahaya (formalin). Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan tipe pertanyaan terbuka. Penentuan informan didasarkan pada teknik purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) formalin merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan tahu karena sudah sejak lama digunakan sebagai bahan untuk menjaga kualitas rasa, aroma, warna, tekstur, dan menghilangkan lendir; (2) Tidak adanya bahan pengganti formalin yang efektif, meskipun terdapat beberapa alternatif pilihan bahan pengganti formalin, membuat kualitas tahu tidak hanya menurun, justru tahu menjadi rusak; (3) Adanya penolakan dari konsumen, apabila formalin tidak ditambahkan dalam tahu, maka akan terjadi penolakan dan keluhan; (4) Keberlangsungan Usaha, akibat dampak dari penolakan konsumen terhadap tahu non formalin secara langsung dan cepat akan mengancam keberlangsungan industri tahu; (5) tidak adanya keterlibatan efektif pemerintah, bahwa pemerintah bukan hanya tidak secara maksimal turun ke lapangan, namun juga dapat dikatakan tidak berkontribusi langsung terhadap permasalahan ini; (6) tidak tegasnya pemerintah, khususnya dalam hal ini aparat penegak hukum dalam penerapan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta belum adanya pemecahan masalah sesuai dengan yang diharapkan. Saran yang bersifat strategis bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah segera melakukan penelitian untuk menemukan zat pengganti formalin yang mampu menggantikan secara utuh sesuai permintaan produsen dan konsumen. Saran yang bersifat metodologis, khususnya bagi peneliti selanjutnya adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan penelitian yang berbeda, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif berupa survey, dengan fokus lebih kepada perilaku ketidaktaatan secara individual. Penelitian yang berfokus pada sisi konsumen juga disarankan dilakukan, karena dengan mempelajari sisi konsumen diharapkan masalah dengan harapan konsumen dapat ditanggap secara baik. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti bahan kimia berbahaya lain seperti penggunaan boraks, rhodamin B, dan methanyl yellow yang digunakan pada produk makanan lain seperti bakso, mie, ikan asin, serta produk minuman.
This research was aimed to obtain factors causing disobedience among food household industries in using hazardous chemical substance and to obtain effective and fit policy in overcoming or eliminating disobedience of food household industries in using hazardous chemical substance (formaldehyde) in their product. Qualitative research method by conducting in-depth interviews using open-ended questions was used in this study. Informers were determined by purposive technique. Results showed that: (1) formaldehyde was one of important substances in processing tahu (bean curd) to maintain qualities such as taste, aroma, texture, and eliminating mucous; (2) there were no chemical substitutions which had the same effectiveness as formaldehyde, even though there were alternatives of chemical substances, they would only degrade and damage the product; (3) there were rejections and complaints from customers if the product did not include formalin; (4) the continuity of business was at stake directly and indirectly as a result of customers? rejections; (5) there was no effective involvement from the government, not only in supervising role in the field but also did not give direct contribution to the problem; (6) the irresoluteness from government, specifically from law enforcement in implementing sanctions according to regulations, and there was no problem solving as expected. Strategic suggestions needed for stakeholders are to conduct relevant research to discover substitute substance of formalin which can replace it perfectly in accordance with producers and consumers needs. Methodological suggestions for the next researchers are to try using different research method, such as quantitative survey approach which focuses more on individual disobedience behaviors. Research focuses on consumer?s side also needed to investigate since by understanding consumer?s point of view the whole picture of consumer expectations can be learned. Furthermore, next researchers interested are suggested to study another hazardous chemical substances such as the using of borax, rhodamin B, and methanyl yellow in usage another food such as bakso, mie, ikan asin, and beverage.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library