Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Info Komputer , 2006
006INFM001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Indradjad
"Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana alam yang terjadi berulang hampir setiap tahun di Indonesia, dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar maupun bagi lingkungan. Penggunaan data satelit penginderaan jauh dalam menurunkan informasi fire hotspot dapat digunakan untuk melakukan pemantauan kebakaran lahan gambut (peat) dan tanah mineral (non-peat) di Indonesia. Sistem pemantauan harian sangat diperlukan untuk membantu pemangku kepentingan di lapangan dalam mengambil tindakan mitigasi bencana. Tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah model filtering dan clustering untuk deteksi dini kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dengan data sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dari satelit Suomi NPP dan NOAA-20 menggunakan metode Euclidean distance. Model filtering dan clustering digunakan untuk menyederhanakan jumlah fire hotspot yang sangat bermanfaat bagi kepentingan di lapangan ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan. Model filtering dilakukan dengan cara membangun peta hotspot per tahun dengan kejadian pengulangan melebihi suatu ambang batas, dan peta tersebut akan digunakan sebagai filter dari data fire hotspot yang dihasilkan. Model clustering dilakukan dengan menggunakan menghitung jarak Euclidean antar titik fire hotspot yang dihasilkan, jika jaraknya memenuhi 1,5 kali ukuran piksel maka titik fire hotspot tersebut akan dikelompokkan menjadi satu cluster. Nilai akurasi dievaluasi berdasarkan estimasi luas kebakaran, peta burned area, dan peta lahan gambut dari setiap kejadian kebakaran yang dilaporkan petugas lapangan. Hasil pengolahan dan analisis menunjukkan bahwa akurasi efektif pada data VIIRS yaitu pada jarak 1,5 km atau empat kali ukuran pikselnya dari pusat kebakaran. Akurasi deteksi secara umum untuk cluster hotspot (cluster-HS) dan titik hotspot (titik-HS) masing-masing sebesar 52% dan 53%. Untuk wilayah yang luasnya lebih dari 14 ha, akurasinya menjadi sangat baik yaitu sampai dengan sebesar 83%. Analisis dengan pemilahan lahan gambut dan tanah mineral menunjukkan cluster-HS berkinerja lebih baik di lahan gambut dengan akurasi sebesar 62% dibandingkan di lahan tanah mineral sebesar 57%. Tanpa mengurangi ketepatan pengamatan titik api, penelitian ini menunjukkan bahwa model dapat diandalkan untuk membantu pemangku kepentingan di lapangan dalam mengambil tindakan. Oleh karena itu, model ini dapat diimplementasikan ke dalam pemantauan hotspot harian di Indonesia.

In Indonesia, forest and land fires are frequent natural catastrophes that do significant damage to the environment and economy. The use of remote sensing satellite data to derive fire hotspot information can be used to monitor peat and non-peat land fires in Indonesia. A daily monitoring system is very necessary to assist stakeholders in the field in taking disaster mitigation actions. The aim of this research is to build a filtering and clustering model for early detection of forest and land fires in Indonesia using Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) sensor data from the Suomi NPP and NOAA-20 satellites using the Euclidean distance method. The filtering and clustering model is used to simplify the number of fire hotspots which is very useful for interests in the field when forest and land fires occur. The filtering model is carried out by building a persistent hotspot map per year with repeated events exceeding a threshold, and this map will be used as a filter for the resulting fire hotspot data. The clustering model is carried out by calculating the Euclidean distance between the resulting fire hotspot points. If the distance is 1.5 times the pixel size, the fire hotspot points will be grouped into one cluster. Accuracy values ​​are evaluated based on estimates of fire area, burned area maps, and peatland maps for each fire incident reported by field officers. The results of processing and analysis show that the effective accuracy of VIIRS data is at a distance of 1.5 km or four times the pixel size from the center of the fire. The general detection accuracy for hotspot clusters (cluster-HS) and hotspot points (point-HS) is 52% and 53%, respectively. For areas larger than 14 ha, the accuracy is very good, namely up to 83%. Analysis by separating peat and non-peat land shows that the HS-cluster performs better on peat land with an accuracy of 62% compared to 57% on non-peat land. Without reducing the accuracy of hotspot observations, this research shows that the model can be relied on to assist stakeholders in the field in taking action. Therefore, this model can be implemented into daily hotspot monitoring in Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffa Nailah Zafirah
"Hotspot sebagai indikator dalam mitigasi kebakaran hutan dan lahan. Khusus pada kawasan gambut, risiko dan urgensi dinilai lebih besar dibanding kebakaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabilitas spasiotemporal hotspot, serta mengkaji hubungan antara pola sebaran hotspot dengan faktor alami yang mencakup unsur iklim dan tutupan lahan, serta faktor manusia di lahan gambut. Hotspot didapat dari FIRMS NASA selama periode 2015-2022. Data iklim secara kontinu harian diambil dari TerraClimate dengan resolusi 1/24°. Lalu untuk peta skala tahunan, citra TerraClimate untuk data curah hujan dan kelembaban tanah, MODIS untuk LST. Tutupan lahan didapat dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang kemudian diolah dengan proses reklasifikasi dan penerapan trasition matrix. Faktor manusia mencakup jarak hotspot terhadap jaringan parit, jaringan jalan, dan jaringan sungai dilakukan proses buffer untuk melihat tingkat hubungannya dengan hotspot. Metode Emerging Hotspot Analysis (EHA) diterapkan untuk mengidentifikasi pola dan perilaku kebakaran hutan dan lahan gambut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat antara hotspot dengan salah satu unsur iklim yaitu kelembaban tanah dan curah hujan, lalu tutupan lahan yang sensitif terhadap kemunculan hotspot paling banyak ada di area rawa dan agrikultur. Berdasarkan output dari EHA, didapat 5 pola, antara lain Sporadic Hotspot, Persistent Hotspot, Consecutive Coldspot, Oscillating Coldspot, dan New Coldspot yang berkaitan dengan keberadaan hotspot, peningkatan dan penurunan hotspot, serta seberapa lama suatu hotspot dan coldspot berada di suatu lokasi.

Hotspot as an indicator in forest and land fire mitigation. Especially in peatland areas, the risk and urgency are considered greater than conventional fires. This research aims to analyze the spatiotemporal variability of hotspots and investigate the relationship between hotspot distribution patterns and natural factors including climate elements and land cover, as well as human factors in peatland areas. Hotspots were obtained from NASA’s FIRMS during the period 2015-2022. Daily continuous climate data was retrieved from TerraClimate at a resolution of 1/24°. For annual scale maps, TerraClimate imagery was used for rainfall and soil moisture data, MODIS for LST data. Land cover data were obtained from the Ministry of Environment and Forestry, which was then processed through reclassification and transition matrix. Human factors include hotspot distance to ditch networks, road networks, and river networks through the buffer process to assess their correlation with hotspots. The Emerging Hotspot Analysis (EHA) method was applied to identify patterns and behaviors of forest and peatland fires. The result of this study indicates a strong negative correlation between hotspots and one climate element, soil moisture and rainfall, with the most hotspot-sensitive land covers predominantly found in swamp and agricultural areas. Based on the EHA output, 5 patterns were identified, including Sporadic Hotspot, Persistent Hotspot, Consecutive Coldspot, Oscillating Coldspot, and New Coldspot related to hotspot presence, increase and decrease of hotspots, and how long a hotspot and coldspot stayed in a location.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Nowadays,wireless technology is being popular because of it's benefits that is not owned by ordinary cable network,for example is the mobility.But this wireless technology has been implemented rarely in a big scale because there are problems to arrange the Authenication,Authorization,Accounting,and Auditing (AAAA) for users...."
COJUTEK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Luther B.
"Perkembangan Broadband Wireless Access (BWA) sebagai standar global untuk media transmisi data telah digunakan sebagai penyedia jasa akses Internet berkecepatan tinggi. Aplikasi Wimax yang ditunjang oleh kemampuan interoperabilitas, fleksibilitas, dan aspek komersial telah membawa dampak penggunaan internet dedicated lebih efisien serta memberikan layanan murah dan mudah. Fenomena ini harus disikapi oleh para operator ISP dalam mengembangkan bisnisnya yang penuh persaingan di era global saat ini. Dengan melihat aspek teknik, serta aspek keuangan dalam menetapkan kelayakan implementasi wireless network dengan Wimax sebagai subtitusi, maka dalam penelitian ini dilakukan kajian implementasi tekhnologi Wimax sebagai layanan backhaul pada jaringan Wifi yang sudah ada di Jakarta.
Dari data jumlah hotpsot yang terdaftar di IIX dan rata-rata peak traffic hap hotspot per regional, dalam penelitian ini ditnaparkan perhilungan aspek teknis dengan kombinasi pilihan harga sewa dan teknologi yang akan memberikan beberapa kombinasi gambaran nilai investasi teknologi Wimax sebagai subslitusi backhaul untuk jaringan hotspot yang ada dan perkembangannya tahun kedepan. Diharapkan implementasi Wimax sebagai backhaul dapat menjadi pemicu percepatan pertumbuhan pengguna internet yang akan meningkatkan kebutuhan layanan broadband. Dengan meningkatnya pengguna internet dan layanan broadband maka dapat mendorong kemungkinan perluasan infrastruktur teresterial.

The development of Broadband Wireless Access (BWA) as a global standard for data transmission media have been used to high speed Internet access provider. The Wimax application that supported by capabilities of interoperability, flexibility and commercial aspect, has brought effect of the use of dedicated internet more efficiently and cheaper and easier services to customer. This fenomena must be responded by ISP operators in expanding their businesses, who at this moment. facing the effect of globalization that full of competition. By observing the technical and also financial aspect in deciding the Implementation of Wireless Network with Wimax technology as a substitute, this research will observe and analyze the projection of Wimax technology implementation as a backhaul to the Wifi's existing network in Jakarta.
From number of hotspots registered in IIX and average peak traffic per regional, in this paper the writer describe calculation from technical aspect with several pricing and technology combination which gives basic figures in investing Wimax as substitute technology for backhaul in hotspot network and its growth in 5 years. With Wimax technology as backhaul, it is expected to be the trigger to speed up the growth for internet users which will increase the demand for broadcast service. This will lead to the possibility to the growth of teresterrial infrastructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24272
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahma Citra Lestari
"Masalah kebakaran hutan dan lahan telah menjadi isu nasional yang patut mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kejadian ini terjadi setiap tahun secara berulang, khususnya pada lahan gambut. Perlu dipahami bahwa, instansi pemerintah dan masyarakat, termasuk petani, perusahaan-perusahaan perkebunan dan HTI, merupakan mata rantai yang tidak terputus yang terkait langsung dengan kebakaran hutan dan lahan ini. Pada penelitian ini dibuat sebuah hubungan antara kebakaran hutan yang dilihat dari parameter hotspot terhadap nilai parameter pencemar udara (ISPU) dan tingkat kesehatan masyarakat kota Pekanbaru. Parameter hotspot yang diteliti adalah semua lokasi yang terdapat di provinsi Riau dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Sedangkan resiko pencemaran kualitas udara dan kesehatan masyarakat yang diteliti adalah di kota Pekanbaru pada tahun 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data sekunder. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang erat antara jumlah hotspot yang terdapat di berbagai daerah di provinsi Riau terhadap peningkatan nilai ISPU di kota Pekanbaru. Peningkatan nilai ISPU di kota Pekanbaru seiring dengan peningkatan jumlah hotspot yang terdapat di provinsi Riau. Peningkatan nilai ISPU ini juga berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat kota Pekanbaru. Jumlah penderita penyakit meningkat 1 bulan sampai 2 bulan setelah kenaikan nilai ISPU di kota Pekanbaru.

Problem of land and forest fires have become national issues that deserve serious attention from the government. This event happens every year, especially on peatlands. It should be understood that, government agencies and communities, including farmers, companies and timber plantations, is an unbroken chain which is directly related to this land and forest fires. This study is to learn a relationship between forest fire from the hotspots parameters against the value of air pollutant parameters (ISPU) and the level of public health in Pekanbaru city. Hotspot parameters studied are all the locations contained in Riau province from 2005 until the year 2009. While the risk of pollution of air quality and public health research is in the Pekanbaru city in the year 2009. The method used in this research is secondary data analysis. This research produced a strong correlation between the number of hotspots in the various regions in the Riau province on the increase of the value of ISPU in the Pekanbaru city. Increasing the value of ISPU in the Pekanabaru city along with the increasing number of hotspots located in Riau province. Increasing the value of ISPU is also an effect on people's health in Pekanbaru city. The number of patients increased by one month until two months after the increase in value of ISPU in the Pekanbaru city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50493
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wigna Winantri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerentanan kebakaran permukiman perkotaan yang berada di lahan gambut di kota Kasongan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Variabel dalam penelitian terdiri atas: penggunaan lahan, kepadatan bangunan, pola bangunan, bahan bangunan, sebaran hotspot kebakaran, jenis tanah dan kedalaman gambut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapangan untuk memperoleh data bahan bangunan dan identifikasi penggunaan lahan di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari data yang sudah tersedia di instansi di Kabupaten Katingan. Citra satelit digunakan untuk mendapatkan data spasial penggunaan lahan, kepadatan bangunan dan pola bangunan. Analisis spasial kerentanan kebakaran dilakukan dengan SIG (Sistem infomasi Geografis) dengan teknik analisis grid. Dari luas permukiman di lokasi penelitian seluas 1.667,57 hektar, yang berada di tingkat kerentanan rendah seluas 66,86 hektar atau 4,01%, tingkat kerentanan sedang seluas 529,76 hektar atau 31,77% dan tingkat kerentanan tinggi seluas 1.070,95 hektar atau 62,44%. Sebaran permukiman dengan tingkat kerentanan tinggi sebagian besar berada pada kedalaman gambut antara 100-200 cm.

The study is aim to urban settlement fire hazard vulnerability in peatland urban area Kasongan, Katingan District, Center of Kalimantan. Variable of study: land use, housing density, housing pattern, housing material, hotspot distribution, soil type and deep of peat land. Data collection using primery and sekundery data collection. Field observation data acquisition: material of housing and land use identification in area study. The other data (soil type and deep of peat land, collecting from some institution in Katingan District. Interpretation of sattellite imagery (WorldView 2010), will be produce landuse, housing density and housing pattern.
For analisis data using GIS (Geographic Information System) grid analysis system and from area of settlement in urban area Kasongan, in position low vulnerability area 66,86 hectare or 4,01%, medium vulnerability 529,76 hectare or 31,77% and high vulnerability 1.070,95 hektar atau 62,44%. High vulnerability distribution, located in area deep peatland 100-200cm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Qulvan Rindes
"Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi hampir
terjadi setiap tahun tetapi dengan intensitas dan luasan yang tidak selalu sama.
Melalui interpretasi citra NOAA tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dengan
menggunakan parameter hotspot, penelitian ini bertujuan membahas perubahan
pola sebaran hotspot dan karakteristik wilayah kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Jambi. Hasil analisis spasial dengan teknik overlay diperoleh bahwa
secara umum kebakaran di Provinsi Jambi memiliki pola yang mengelompok dan
lokasinya hampir selalu tetap setiap tahun. Wilayah yang terjadi kebakaran lebih
banyak terjadi di musim kering dan berada dekat dengan pemukiman penduduk,
dimana lokasi tersebut merupakan wilayah dengan vegetasi yang kurang rapat dan
dengan jenis tanah hasil pelapukan bahan-bahan organik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34141
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sudiarto
"Salah satu penyebab terjadinya gangguan pada generator sinkran adalah terjadinya sparkover antara lilitan stator, kasus ini terjadi pada generator unit satu PLTA Cirara. di mana dengan adanya gangguan tersebut generator gaga/ menyalurkan daya ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Tugas akhir ini berisi analisis terhadap penyebah terjadinya sparkover pada Jilitan stator dan analisis daerah penyebaran hotspot akibat arus lebih yang dihasilkan oleh adanya hubung singkat altfara lilitan stator setelah lerjadinya spark-over. Penurunan daya isolasi antara /ilium stator (terdiri dari isolasi penutup sambungan batang lilitan dan isolasi udara sejauh 5 em) menjadi sebuah alasan mengapa sparkover dopa/ terjadi pada lilitan stator generator sinkron PLTA Cirata. dengan adanya penunman daya isolasi, Isolator antara li/itan stator tidak mampu mcnahan gradien tegangan yang timbul. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya sparkover ini dapal diketahui dari pengamatan ftsik stator di lapangart dan pengujfan kegagalan isolasi dari sampei Isolator penutup sambungan barang /ilium stator Generator PLTA Cirata yang dilakukan di Laboratorium Tegangan tinggi Sparkover mengakibatkan terjadinya hubung singkot anrara lilitan stator yang berbeda fasa, di mana hubung singkat akan menimbulkan arus yang mengalir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giska Pramesti
"Kebakaran lahan gambut di Indonesia masih memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi untuk terjadi. Hal ini membuat Badan Restorasi Gambut membuat teknik pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran. Salah satunya adalah dengan memperhatikan penataan air dalam metode rewetting yang bertujuan untuk menjaga dan mengembalikan kelembapan lahan gambut. Metode rewetting ini menjadi dasar dari penerapan teknik canal blocking yang digunakan di beberapa lahan gambut, contohnya pada Kesatuan Hidrologi Gambut Sungai Buluh Besar. Studi kasus ini dilakukan guna menganalisis dampak dari lahan gambut yang mengalami kekeringan dan pengaruh gambut yang menggunakan metode rewetting dalam penyebaran titik api. Lahan gambut yang mengalami defisit air ternyata meningkatkan laju perambatan dari pembakaran membara dan berpotensi meningkatkan sifat hidrofobik yang dimiliki gambut. Hal ini harus dicegah dengan penjagaan tinggi muka air lahan gambut yang tidak boleh berada di bawah 0.4 m dari permukaan gambut sesuai dengan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup KLHK No.16 Tahun 2017. Berdasarkan keputusan tersebut, maka Badan Restorasi Gambut bekerjasama dengan masyarakat setempat melakukan pengambilan data terkait penyekatan di KHG Sungai Buluh Besar. Setelah peneliti melakukan pengolahan data yang diambil dari dokumen Rencana Tindakan Tahunan Restorasi Gambut 2018 dan halaman situs sipalaga.brg.co.id, maka didapatkan nilai keandalan penjagaan tinggi muka air di lahan gambut dengan penyekatan adalah sebesar 95.83%. Ini membuat nilai neraca air per tahunnya mengalami surplus dengan asumsi kelebihan volume air di musim hujan ditampung pada kolam penampung. Fluktuasi nilai neraca air yang dihasilkan per tahunnya dikaitkan dengan penemuan hotspot di sekitar lahan gambut tersebut. Dari data data yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin banyak neraca air yang dihasilkan maka semakin sedikit jumlah hotspot yang ditemukan.

Peatland fires in Indonesia still have a high level of vulnerability to occur. This incident made the Peat Restoration Institution make a fire prevention method. One of that is to pay attention to water arrangement in the rewetting method that aims to maintain and restore peatland moisture. This rewetting method forms the basis of the application of canal blocking technique used in several peatlands, such as in the Buluh Besar Peat Hydrology Unit. This case study was conducted to analyze the impact of peatlands experiencing drought and the effect of peat using rewetting methods in spreading hotspots. Peatlands that experience a water deficit increase the propagation rate of smoldering combustion and have the potential to improve the hydrophobic nature of peat. This fact must be prevented by maintaining the peatland water level that must not be below 0.4 m from peat surface based on the decision of the Ministry of Environment (KLHK) No.16 of 2017. Based on this decision, the Peat Restoration Agency, in collaboration with the local community, collected data related to the canal blocking in KHG Sungai Buluh Besar. After the researchers conducted data processing taken from the 2018 Peatland Restoration Annual Action Plan document and sipalaga.brg.co.id, the reliability value of water level guarding in peatlands with canal blocking is 95.83%. It makes the annual water balance value surplus with the assumption that the excess volume of water in the rainy season is accommodated in the reservoir. Fluctuations in the value of the water balance produced annually are associated with the discovery of hotspots around the peatlands. From the data obtained shows that the more water balance produced, the less number of hotspots found."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>