Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lichten, Edward M
Birmingham: Edward M.Lichten, 2007
571.74 LIC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem pengaturan sistem tubuh dilakukan baik oleh sistem persarafan maupun oleh sistem endokrin. Hormon sebagai produk sistem endokrin ini memainkan peranan yang penting dalam mengatur mekanisme kerja sistem tubuh yang terintegrasi. Untuk mengenal lebih jauh mengenai hormon maka penulis akan membahas batasan umum pengertian hormon dan bagaimana mekanisme pengaturan dan bagaiman mekanisme kerja hormon secara umum."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Whitehead, Malcolm
Edinburgh : Churchill Livingstone , 1992
618.175 WHI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Klijn, Jan G.M.
New York: Raven press , 1987
616.994 KLI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Triadi Wijaya
"Pendahuluan: Osteoartritis adalah penyakit sendi yang utamanya ditandai defek rawan sendi dan merupakan penyebab utama disabilitas muskuloskeletal. Modalitas terapi injeksi intraartikular dengan hormon pertumbuhan terus dikembangkan guna mengurangi morbiditas. Ditemukan adanya pengaruh injeksi hormon pertumbuhan intraartikular terhadap regenerasi tulang rawan sendi, namun belum ada standar dosis dalam pemberian injeksi. Penelitian ini memfokuskan pada efek pengulangan dosis mingguan terhadap perbaikan rawan sendi model hewan coba.
Bahan dan Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan desain post test only control group. Kelinci Selandia Baru jantan sebanyak 24 ekor dibagi secara acak menjadi grup kontrol dan 3 grup perlakuan. Semua subjek diinduksi OA dengan menyuntikkan kolagenase intraartikular. Subjek pada grup kontrol diinjeksi dengan cairan fisiologis, grup GH1 diinjeksi dengan hormon pertumbuhan sebanyak 1 kali, grup GH3 sebanyak 3 kali/3 minggu, dan grup GH5 5 kali/5 minggu. Kelinci diobservasi dan dipantau berat badannya, lalu dilakukan evaluasi histopatologi makroskopik dan mikroskopik.
Hasil: Analisis skor makroskopik Yoshimi pada grup GH5 dibandingkan dengan grup GH1 dan kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik p=0,002 . Analisis skor mikroskopik Mankin didapatkan tulang rawan pada grup GH1, GH3, dan GH5 dibandingkan kontrol mengalami perbaikan pasca perlakuan yang bermakna secara statistik dan kerusakan yang terjadi minimal p < 0,001.
Kesimpulan: Injeksi intraartikular hormon pertumbuhan dosis mingguan selama lima minggu memberikan hasil yang lebih baik secara makroskopis dan mikroskopis terhadap degenerasi tulang rawan pada hewan coba model osteoartritis yang diinduksi dengan injeksi intraartikular kolagenase tipe 2 dibandingkan dengan dosis mingguan selama tiga minggu, dosis tunggal, maupun plasebo.

Introduction Osteoarthritis, a disease of the joint mainly characterized by a defect on the cartilage and subchondral bone, is one of the main musculoskeletal cause for disability. Intraarticular injection of growth hormone are known as the latest choice in therapy modality. There is some unclear evidence regarding effect of growth hormone injection on cartilage regeneration in osteoarthritis, yet further research is needed. This study focused on cartilage regeneration effect on different weekly dose of intraarticular growth hormone injection.
Method This experimental study used a randomized post test only control group design. Twenty four male white New Zealand rabbit were randomly divided into 4 groups control, GH1, GH3, and GH5 . All subjects were injected with intraarticular collagenase. Post induction, control group were injected with normal saline. Intervention groups were all injected with human growth hormone in different cycle, one dose in GH1, 3 times 3 weeks in GH3, and 5 times 5 weeks in GH5. All animal were observed, weight checked regularly, and evaluated for histopathological examination.
Result Yoshimi score in GH5 group was significantly lower than control and GH1 group p 0,002 . Those results were confirmed with Mankin score showing statistically significant less damaged and more repaired cartilage tissue on GH1, GH3, and GH5 group compared to control p"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Wirasiti
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perjalanan asma pada kehamilan yaitu gambaran gejala asma pada trimester I, II, III dan setelah melahirkan. Parameter untuk menilai perbaikan maupun perburukan gejala asma adalah dengan menilai perbaikan skor gejala asma menggunakan kartu harlan yang mencakup skor batuk, gangguan tidur, aktiviti, mengi, penggunaan pelega inhalasi serta nilai APE. Penelitian ini bersifat studi prospektif dikerjakan di poliklinik asma Departemen Pulmonologi dan llmu Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan serta poli kebidanan dan kandungan RS Persahabatan. Penelitian ini melibatkan 33 pasien asma termasuk kelompok asma intermiten, persisten ringan dan persisten sedang. Kami melakukan evaluasi klinis sesuai skor gejala asma dalam kartu harlan setiap bulan, laboratorium dan spirometri pada trimester I kehamilan dilanjutkan evaluasi klinis setiap bulan di trimester II, evaluasi klinis setiap bulan serta laboratorium di
trimester III dan evaluasi klinis beserta spirometri pada satu bulan pascapersalinan.

The purpose of this study is to obtain an overview of the journey of asthma in Pregnancy is a description of asthma symptoms in the I, II, III trimesters and after childbirth. The parameter to assess the improvement or worsening of asthma symptoms is to assess Improvement of asthma symptom scores using Harlan cards which include cough scores, disorders sleep, activity, wheezing, use of inhalation relievers and APE scores. This research is a study prospective is carried out at the asthma polyclinic of the Department of Pulmonology and Medicine Respiration of FKUI Friendship Hospital and obstetrics and gynecology polyclinic of Friendship Hospital. This study involved 33 asthma patients including intermittent, persistent asthma groups
mild and moderately persistent. We conducted clinical evaluations according to asthma symptom scores in Harlan card every month, laboratory and spirometry in the first trimester of pregnancy are continued clinical evaluation every month in the second trimester, clinical evaluation every month and laboratories in the third trimester and clinical evaluation along with spirometry in one month postpartum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnawati Amqam
"ABSTRAK
Penggunaan jangka panjang insektisida klorpirifos (CPF) akan menimbulkan efek
pada Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon-hormon tiroid
(triidiotironin/T3 dan tirotoksin/T4). Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
insektisida CPF terhadap kadar TSH dan hormon-hormon tiroid pada petani sayur
dari tinjauan aspek genetik populasi. Studi ini dilakukan dengan desain potong
lintang. Terdapat 273 petani sayur yang menjadi subjek, yang diambil pada tiga
populasi suku, yaitu Jawa, Sunda, dan Makassar. Terdapat variasi genetik
paraoxonase 1 (PON1) pada ketiga populasi dan alel Q banyak ditemukan pada
semua populasi. PON1 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan pada kadar
hormon-hormon tiroid dan TSH. TCP sebagai metabolit CPF merupakan biomarker
kemampuan metabolisme individu terhadap CPF. Pada masyarakat petani yang
terpajan klorpirifos, TCP urin yang tidak terdeteksi berperan dalam terjadinya kadar
FT3 rendah dan kadar TCP urin yang rendah berperan dalam terjadinya kadar FT4
tertil rendah dan kadar TSH tinggi. Efek CPF terhadap ketiga hormon ini diduga
terjadi melalui mekanisme terganggunya sistem neurotransmitter dan proses
deyodinasi pada perifer dan hati.

ABSTRACT
Long-term use of chlorpyrifos (CPF) insecticide will affects Stimulating Thyroid
Hormone (TSH) and thyroid hormones (triidiotironin/T3 and tirotoksin/ T4). This
study aimed to assess the effect of insecticide CPF on levels of TSH and thyroid
hormones of the vegetable farmers as the reviews of population genetic aspects. This
study was conducted with a cross-sectional design. There were 273 vegetable farmers
as subjects, taken in three population, namely Java, Sunda, and Makassar. There was
genetic variation of paraoxonase 1 (PON1) in a population of in the three populations
and Q alleles found in all populations. PON1 may be a predictor of causing
interference to the levels of thyroid hormones and TSH. TCP as CPF metabolite was
a biomarker of individual metabolic capabilities toward CPF. In exposed CPF
farming communities, undetected TCP urine played a role in occurrence of low FT3
levels while low levels of TCP urine play a role for lower tertile FT4 level and high
TSH level. CPF effect to the hormones possiblyoccured through the mechanism of
disruption of neurotransmitter system and deiodinase process in peripheral and liver"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asram Nur Anas
"Latar Belakang: Prajurit yang pulang penugasan baik pasca perang ataupun yang pasca penugasan di daerah perbatasan dapat mengalami kecemasan, kecemasan yang dialami oleh prajurit dapat dialami juga oleh keluarga, kecemasan dilaporkan berhubungan dengan kadar kortisol dalam darah, dan dilaporkan ada beberapa faktor risiko terjadinya kecemasan akibat kekerasan. Analisis hubungan kecemasan akibat kekerasan dengan kadar hormone kortisol dan faktor risikonya belum pernah dilakukan khususnya pada populasi prajurit TNI AD di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kecemasan akibat kekerasan dengan kadar hormon kortisol dan faktor risikonya di lingkungan prajurit TNI AD. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control yang melibatkan 50 sampel yang terdiri dari keluarga prajurit normal / non cemas dan keluarga prajurit yang mengalami kecemasan, dimana kelompok kontrol (keluarga prajurit normal) berjumlah 20 sampel dan kelompok kasus (keluarga prajurit dengan kecemasan) berjumlah 30 sampel (terdiri dari 20 kecemasan ringan dan 10 kecemasan sedang). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta mulai tanggal 02 Maret 2019 - 30 Mei 2019. Hasil: Hasil uji Mann Whitney U dari variabel umur, kekerasan berulang, dan obesitas diatas menunjukkan nilai p>0.05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna rerata umur, kekerasan berulang, dan IMT pada kelompok hormon kortisol tinggi dibandingkan hormon kortisol normal. Sedangkan Hasil uji Mann Whitney U dari variabel kecemasan diatas menunjukkan nilai p<0.05, hal ini berarti bahwa ada perbedaan bermakna rerata kecemasan pada kelompok hormon kortisol tinggi dibandingkan hormon kortisol normal. Hasil Uji independent t test menunjukkan nilai p = 0.000, hal ini berarti bahwa ada perbedaan bermakna rerata hormon kortisol pada kelompok keluarga prajurit yang mengalami kecemasan dibandingkan kelompok keluarga prajurit normal, yaitu rerata kadar kortisol pada kelompok keluarga prajurit yang mengalami kecemasan lebih tinggi dibandingkan kelompok keluarga prajurit normal.. Kesimpulan: Kadar kortisol tinggi ditemukan pada keluarga prajurit yang mengalami kecemasan. Keluarga prajurit dengan kadar hormon kortisol tinggi memiliki kecenderungan 20 kali lebih besar mengalami kecemasan dibandingkan keluarga prajurit dengan kadar kortisol normal. Dari beberapa faktor risiko, tingkat kecemasan secara signifikan berisiko meningkatkan hormon kortisol. Keluarga prajurit yang mengalami kecemasan berisiko lebih besar mengalami peningkatan hormon kortisol dibandingkan keluarga prajurit yang tidak mengalami kecemasan.

Background: Soldiers returning from post-war assignments or post-assignments in border areas can experience anxiety, anxiety experienced by soldiers can also be experienced by families, anxiety is reported to be related to cortisol levels in the blood, and there are reported several risk factors for anxiety due to violence. An analysis of the relationship between anxiety due to violence and cortisol hormone levels and risk factors has never been done, especially in the Indonesian Army population in Indonesia. Objective: To determine the relationship of anxiety due to violence with the levels of cortisol hormones and the risk factors in the Army soldier. Methods: This research was an observational study with a case control design involving 50 samples consisting of families of normal / non-anxious soldiers and families of soldiers who experienced anxiety, where the control group (normal soldier's family) amounted to 20 samples and case groups (soldiers' families with anxiety) amounted to 30 samples (consisting of 20 mild anxiety and 10 moderate anxiety). This research was conducted at the Central Army Hospital Gatot Subroto, Jakarta starting March 2, 2019 - May 30 2019. Results: The Mann Whitney U test results from age variables, repeated violence, and obesity above showed p> 0.05, this means that there were no significant differences in mean age, repeated violence, and BMI in the high cortisol hormone group compared to the normal cortisol hormone. While the Mann Whitney U test results from the above anxiety variables showed a value of p <0.05, this means that there was a significant difference in the mean anxiety in the high cortisol hormone group compared to the normal cortisol hormone. The independent t test results showed a value of p = 0.000, this means that there was a significant difference in the mean hormone cortisol in the family group of soldiers who experienced anxiety compared to the normal family group of soldiers, namely the average cortisol level in the family group of soldiers who experienced higher anxiety than the family group normal soldier. Conclusion: High cortisol levels are found in families of soldiers who experience anxiety. Families of soldiers with high cortisol levels tend to be 20 times more likely to experience anxiety than a family of soldiers with normal cortisol levels. Of several risk factors, anxiety levels significantly risk increasing the hormone cortisol. Families of soldiers who experience anxiety are at greater risk of experiencing an increase in the hormone cortisol than families of soldiers who do not experience anxiety."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>