Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Aini
"Konsep penyinaran radiasi pada kasus kanker paru-paru menggunakan teknik perencanaan IMRT umumnya dikendalikan otomatis oleh komputer. Suatu perencanaan IMRT masih melibatkan langkah-langkah non intuitif, iteratif menyesuaikan keputusan subjektif perencana berdasarkan pendekatan trial and error. Guna mempermudah seorang perencana radioterapi melakukan optimasi suatu perencaan IMRT pada kasus kanker paru-paru, digunakan metode neural network untuk memprediksi distribusi dosis berdasarkan data perencanaan sebelumnya. Tujuan dari penggunaan metode neural network ini yakni untuk memprediksi distribusi dosis pada volume PTV dengan validasi pada perencanaan sebelumnya, juga memprediksi distribusi dosis untuk dosis yang mencover 95% volume target. Sehingga hal ini dapat mempermudah seorang perencana mengambil keputusan secara objektif. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perencanaan yang dihasilkan berdasarkan pemodelan neural network memiliki tingkat homogenitas (HI) yaitu 0,09 ± 0,02 dan tingkat konformitas (CI) yaitu 1,2 ± 0,27. Dengan mempertimbangkan rata-rata distribusi dosis rata-rata yang diterima OAR seperti paru-paru kanan sebesar 0,20 ± 0,15, paru-paru kiri 0,18 ± 0,15, Jantung 0,16 ± 0,09 dan Spinal Cord 0,17 ± 0,09

The concept of irradiation in lung cancer cases using IMRT planning techniques is generally controlled automatically by a computer. An IMRT plan still involves non-intuitive steps, iteratively adjusting the planner's subjective decisions based on a trial-and-error approach. The neural network method was used to predict the dose distribution based on the prior planning data to make it simpler for a radiotherapy planner to decide on an IMRT plan in cases of lung cancer. The goal of applying this neural network method is to predict the dose distribution for doses that cover 95% of the target volume as well as the dose distribution in the PTV volume with validation in the prior plan. As a result, a planner may find it simpler to make decisions that are objective. The results obtained indicate that the quality of planning produced based on neural network modelling has a homogeneity index (HI) of 0,09 ± 0,02, and the conformity index (CI) of 1,2 ± 0,27. Since the average dose received by OAR is taken into consideration, the right lung receives 0,2 ± 0,15, the left receives 0,18 ± 0,15, the heart receives 00,16 ± 0,09, and the spinal cord receives 0,17 ± 0,09."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tarigan, Sonak Tioria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi perhitungan dosis berdasarkan citra Cone Beam Computed Tomography (CBCT) sebagai adaptive planning. Perencanaan terapi radiasi dilakukan terhadap 3 pasien kanker laring, 7 pasien kanker paru dan 5 pasien kanker prostat dengan menggunakan teknik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Perhitungan dosis dilakukan pada TPS Eclipse v13.6 dengan variasi algoritma Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) dan Acuros External Beam (AXB).
Penelitian ini diawali dengan tahapan (1) kalibrasi HU citra CBCT menggunakan fantom CIRS 002LFC (2) analisa dose volume histogram (DVH), (3) analisa gamma index dengan kriteria DD 2% / DTA 2mm serta DD 3% / DTA 3mm menggunakan perangkat EPID. Penyimpangan D98%, D50% dan D2% dari DVH dievaluasi dengan menjadikan citra CT algoritma AAA sebagai referensi. Diperoleh nilai penyimpangan D98%, D50% dan D2% tertinggi pada kasus kanker laring yaitu sebesar 9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) dan 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA).
Penyimpangan D98%, D50% dan D2% pada kasus kanker paru dan kanker prostat diperoleh lebih kecil dari 2%. Conformity index (CI) diperoleh pada rentang 0,98 ± 0,011 dan homogeneity index (HI) diperoleh pada rentang 0,08 ± 0,015. Analisa gamma index dengan kriteria 2%/2mm diperoleh pada range 87% - 94% dan kriteria 3%/3mm diperoleh 93% - 99%. Dari hasil penelitian ini didapati bahwa hasil kalkulasi dosis berdasarkan citra CBCT hampir sama dibandingkan dengan citra FBCT sehingga citra CBCT dilihat layak digunakan sebagai adaptive planning radiotherapy.  

The purpose of this study was to evaluate the accuracy of dose calculation based on Cone Beam Computed Tomography (CBCT) as adaptive planning. Treatment planning was generated for 3 patients larynx, 7 patients lung and 5 patients prostate using Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) and Volumetric Arc Therapy (VMAT). Eclipse v13.6 treatment planning system (TPS) with Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) and Acuros External Beam (AXB) algorithm has been used to calculate the dose.
This study was divided into three major parts : (1) HU calibration for CBCT images by using CIRS phantom 002LFC (2) dose volume histogram (DVH) analysis, (3) analysis of Gamma Passing Rate with criteria DD 2% / DTA 2mm and DD 3% / DTA 3mm using EPID. The DVH analysis for D98%, D50% dan D2% deviation was evaluated and CT images with AAA algorithm used as reference. The highest deviation of D98%, D50% dan D2% was found for larynx cancer with value  9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) and 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA).
Deviation of D98%, D50% dan D2% for lung and prostate cancer is less than 2%. Range of conformity index based on CBCT images is 0,98 ± 0,011 and homogeneity index is in the range of 0,08 ± 0,015. The gamma criteria of dose difference and dose to agreement for 2%/2mm are 87% - 94% and for 3%/3mm are 96% - 98%. From the result, we found that the difference of dose calculation based on CBCT images is almost similar to CT images, so CBCT images are proper to be used for adaptive planning.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartutik
"ABSTRAK
Perencanaan radioterapi dilakukan untuk mendapatkan hasil rasio terapeutik yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan perhitungan distribusi dosis yang akurat, dan hal tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh inhomogenitas jaringan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara perencanaan radioterapi 3D-CRT, IMRT, dan SBRT berdasarkan citra terkalibrasi kurva bilangan CT menggunakan Fantom CIRS Model 062M, Fantom CIRS Model 002LFC, dan kurva kalibrasi bilangan CT Linier pada organ paru-paru untuk bentuk target silinder, setengah silinder, dan konkaf ‘C’ pada teknik 3D-CRT dan IMRT, serta sumsum tulang belakang untuk teknik SBRT. Kurva kalibrasi bilangan CT dimasukkan ke dalam TPS Pinnacle3, kemudian perencanaan radioterapi dilakukan untuk teknik 3D-CRT, IMRT dengan 7 lapangan radiasi, dan SBRT dengan 15 lapangan radiasi. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kurva DVH, indeks homogenitas, dan indeks konformitas. Pada perencanaan 3D-CRT dan IMRT dihasilkan indeks homogenitas terbaik pada kurva kalibrasi CIRS Model 002LFC dengan nilai 0.243 dan 0.1007. Sedangkan untuk SBRT, indeks homogenitas terbaik pada kurva kalibrasi linier dengan nilai 0.361. Indeks konformitas terbaik pada teknik IMRT dan SBRT didapatkan dengan menggunakan kurva kalibrasi linier yakni sebesar 0.974 dan 1.770, sedangkan untuk 3D-CRT didapatkan pada kurva kalibrasi CIRS Model 062M yakni sebesar 0.452. Dari hasil nilai indeks konformitas dan indeks homogenitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kurva kalibrasi bilangan CT yang digunakan dalam penelitian tidak berbeda jauh dengan literatur yakni kurva kalibrasi Schneider.

ABSTRACT
Radiotherapy planning is performed to achieve the optimal therapeutic ratio. For that purpose, accurate calculation of the dose distribution is required, and the calculation is significantly affected by inhomogeneity tissue. This study was performed to determine the ratio between radiotherapy treatment planning using 3D-CRT, IMRT, and SBRT technique based on a calibrated curve of CT-number using Phantom Density Electron CIRS Model 062M, Phantom Thorax CIRS Model 002LFC, and linear calibration curve of CT-number in lung for cylindrical target, half cylinder and concave “C” in 3D-CRT, IMRT, and spinal cord for SBRT. Calibration curves of CT-number was generated under measurement basis and introduced into TPS Pinnacle3, then radiotherapy planning was performed for 3D-CRT, and IMRT technique with 7 radiation fields, and SBRT with 15 radiation fields. Afterwards, planning evaluation was performed by comparing the DVH curve, homogeneity index, and conformity index. 3D-CRT and IMRT technique produced the lowest homogeneity index at calibration curve of CIRS Model 002LFC with the value 0.243 and 0.1007. Whereas SBRT produced the lowest homogeneity index on a linear calibration curve with a value of 0.361. The highest conformity index in IMRT and SBRT technique achieved using a linear calibration curve was 0.974 and 1.770 respectively. For 3D-CRT, the highest conformity index was obtained by using calibration curve of CIRS Model 062M with the value of 0.452. From the results of conformity index and homogeneity index, it is concluded that the calibration curve of CT-number used in this study does not significantly differ with available literature (Schneider’s calibrated curve)."
2015
S59761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elke Annisa Octaria
"

Triclustering merupakan teknik analisis pada data 3D yang bertujuan untuk mengelompokkan data secara bersamaan pada baris dan kolom di sepanjang waktu/kondisi yang berbeda. Hasil dari teknik ini disebut dengan tricluster. Tricluster merupakan subruang berupa subset dari baris, kolom, dan waktu/kondisi. Triclustering biasanya digunakan untuk menganalisis data ekspresi gen. Studi dan analisis data ekspresi gen selama perkembangan suatu penyakit merupakan masalah penelitian yang penting dalam bioinformatika dan aspek klinis. Oleh karena itu, penelitian ini mengimplementasikan metode THD-Tricluster dengan new residue score pada data ekspresi gen perkembangan penyakit HIV-1 yang terdiri dari 22283 probe id, 40 observasi, dan 4 kondisi. Pada tahap pertama dilakukan pencarian bicluster dengan lift algorithm berdasarkan nilai new residue score dengan threshold . Pada tahap kedua dilakukan pencarian tricluster dengan menentukan minimum probe dan minimum observasi  sehingga memperoleh 33 tricluster. Hasil evaluasi tricluster menggunakan Inter-temporal Homogeneity dengan threshold  diperoleh 32 tricluster yang menunjukkan 3 gen yang terkait dengan HIV-1 yaitu HLA-C, ELF-1, dan JUN.


Triclustering is an analysis technique on 3D data that aims to group data simultaneously on rows and columns across different times/conditions. The result of this technique is called a tricluster. Triclusters are a subspace consisting of a subset of rows, columns, and time/conditions. Triclustering is commonly used to analyze gene expression data. The study and analysis of gene expression data during disease progression is an important issue in the research of bioinformatics and clinical aspects. Therefore, this study implements the THD-Tricluster method with a new residue score on the gene expression data for HIV-1 disease progression consisting of 22283 probe id, 40 observations, and 4 conditions. In the first stage, a bicluster search was carried out with a lift algorithm based on the new residue score with a threshold of I = 0.08. In the second stage, the tricluster search was carried out by determining the minimum probe = 5 and the minimum observation = 2 to obtain 33 triclusters. The results of the tricluster evaluations using Inter-temporal Homogeneity with a threshold of Ï? = 0.8 obtained 32 triclusters which shows 3 genes related to HIV-1, namely HLA-C, ELF-1, and JUN.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Anggrainy Togi Marito
"Data tiga dimensi banyak ditemukan terutama dalam bidang biomedical dan sosial. Contoh data tiga dimensi adalah data gen-sampel-waktu, individual-fitur-waktu, atau node-node-time,yang umumnya disebut sebagai data konteks-atribut-observasi. Salah satu teknik dalam mengelola data tiga dimensi yaitu triclustering. Penelitian ini menggunakan metode THD-Tricluster untuk mendapatkan hasil triclustering pada data 3 dimensi penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus Tipe 1 (HIV-1). Pencarian triclustering tersebut dilakukan melalui tahap biclustering yang dilakukan pada setiap kondisi. Penelitian ini dengan memodifikasi algoritma Cheng & Church (CC) untuk menghasilkan biclustering dengan ukuran yang digunakan yaitu transposed virtual error ) yang mampu mengelompokkan data berdasarkan pola pergeseran (shifting) dan penskalaan (scaling). Hasil bicluster tersebut yang kemudian diiriskan pada masing-masing kondisi sehingga menghasilkan triclustering. Keseluruhan penelitian ini dilakukan pada program RStudio. Setiap tricluster memiliki suatu kedalaman yang dapat ditentukan bergantung pada banyak kondisi yang diiriskan. Implementasi ukuran transposed virtual error pada triclustering ini menghasilkan 4 tricluster pada kedalaman empat. Evaluasi tricluster tersebut dilakukan dengan menggunakan inter temporal homogeneity dan diperoleh nilai korelasi tricluster antar kondisi di atas 0.9. Dari hasil triclustering tersebut dianalisis probe id gen yang berpengaruh pada penyakit AIDS. Dari analisis tersebut ditemukan 2 simbol gen yang berhubungan dengan penyakit AIDS yang disebabkan oleh HIV-1 yang ada pada setiap kondisi penderita HIV-1 normal, akut, kronis, dan nonprogressor yaitu HLA-C dan ELF-1.
Three-dimensional data are mainly found in biomedical and social fields. Examples of three-dimensional data are gene-sample-time, individual-feature-time, or node-node-time Data, commonly referred to as context-attribute-observation data. One of the techniques in managing three-dimensional data is triclustering. This study uses the THD Tricluster method to obtain triclustering results in 3-dimensional data on AIDS caused by the HIV-1 virus. The Triclustering search is carried out through biclustering stages carried out in each condition. This study modifies the Cheng & Church (CC) algorithm to produce a bicluster using the measure called transposed virtual error ( which is able to group data based on shifting and scaling patterns. The biclustering results are then sliced under each condition to produce a tricluster. This research was conducted in the RStudio program. Each tricluster has a depth that can be determined depending on the many overlapping conditions. The implementation of the transposed virtual error size on biclustering results in 4 triclusters with a depth of four. The tricluster evaluation was carried out using inter temporal homogeneity and obtained a tricluster correlation value between conditions that was above 0.9. Then, the probe id genes that affect AIDS were analyzed from the results of the triclustering. From this analysis, 2 symbol genes associated with AIDS caused by HIV-1 were found in every condition of HIV-1 sufferers, which are normal, acute, chronic, and non-progressor HIV-1 sufferers, namely HLA-C and ELF-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Zihan Murti
"Pergerakan internal yang terjadi saat treatment radioterapi tumor hati merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam keakurasian dosis. Pergerakan tersebut menghasilkan ketidakpastian posisi target pada saat treatment radiasi yang dapat mengakibatkan adanya kekurangan dosis. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa penambahan margin internal pada PTV dapat mengurangi perbedaan dosis perencanaan dengan dosis terukur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode robust yang memperhitungkan ketidakpastian posisi relatif terhadap volume target dalam perencanaan radioterapi. Perencanaan dengan metode standar dan metode robust dibandingkan menggunakan data 10 pasien penderita kanker hati di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan parameter Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), dan Homogeneity Index (HI). Metode ini mengurangi nilai dosis target pada perencanaan standar dengan rerata 106,8% ± 4,3% menjadi 104,4% ± 5,4% untuk ketidakpastian 3 mm dan 6 mm. Dosis OAR pada metode ini lebih rendah dibandingkan dengan metode standar, namun keduanya masih di bawah batas referensi yang digunakan.

Internal movement during radiotherapy treatment of liver tumors is one thing that needs to be considered in the accuracy of the dose. This movement affects the uncertainty of the target position during radiation treatment, resulting in a dose deficiency. Previous studies have shown that increasing the internal margin of PTV can reduce the deviation between the planned and the measured dose. This study aims to observe the efficiency of the robust treatment planning method that calculated the uncertainty of the target volume position. We used 10 secondary patient data with liver cancer at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo using parameters Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), and Homogeneity Index (HI). We found that the average of maximum dose of robust treatment plan was reduced compared to the standard plan from 106,8% ± 4,3% to 104,4% ± 5,4% for the applying uncertainty of 3 mm and 6 mm in all direction. The OAR dose in this method is lower than the standard method, although both are still below the reference limit used."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Anggaini
"Penelitian ini mengkaji tentang Penerapan Prosedur Detensi Imigrasi di Jepang yang Berimplikasi pada lamanya Masa Pendetensian di Masa Pandemi Covid-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Penerapan prosedur detensi imigrasi yang berimplikasi pada lamanya masa pendetensian dan implikasi yang diakibatkan oleh penerapan prosedur Detensi migrasi tersebut pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan tinjauan perspektif institusional dengan metode kualitatif dengan menganalisis dokumen resmi negara seperti Undang-undang, prosedur resmi yang di keluarkan oleh otoritas Imigrasi Jepang, berita-berita dari surat kabar dan jurnal. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan prosedur Detensi Imigrasi di Jepang berimplikasi pada semakin panjangnya masa pendetensian deteni dan meningkatnya populasi deteni pada Fasilitas Detensi Imigrasi di Jepang di masa pandemi Covid-19 sehingga memaksa Pemerintah Jepang untuk membebaskan deteni. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat korelasi antara ideologi homogenitas etnis yang diyakini oleh masyarakat Jepang yang cenderung menghambat integrasi imigran ke dalam masyarakat Jepang dengan lamanya masa pendetensian bagi deteni.

This study examines the Implementation of Immigration Detention Procedures in Japan and Its Implications on the Length of Detention Period amid Pandemic of Covid-19. This study is aimed to describe the implementation of immigration detention procedures impact on the length of detention period and describe its implication amid Pandemic of Covid-19 trough institutional perspective. A qualitative research method applies to this study by analyzing official documents derived from the state such as Japan Immigration Control and Refugee Recognition Acts, official procedures issued by the Japanese Immigration authority, newspapers and journal news. This study found that the implementation of immigration detention procedure in Japan implicate on the lenght of detention period. Moreover, the implemetation of immigration detention procedure has increased the population of immigration detention facilities in Japan, nacessitating Japanese Government to release detainees amid Pandemic. This study also found the correlation between ethnic homogeneity in Japan and the prolonged immigration detention"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Asyrifah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perhitungan dosis berdasarkan citra Cone Beam Computed Tomography (CBCT) pada pasien dengan diagnosa tumor otak. Perencanaan dan perhitungan dosis berdasarkan citra CBCT fraksinasi ke-16 yang dilakukan terhadap 13 pasien yang disinari menggunakan pesawat linac Elekta Versa HD dan 7 pasien yang disinari menggunakan pesawat linac Halcyon 2.0. Perencanaan dan perhitungan dosis dilakukan pada Treatment Planning System (TPS) Eclipse dan TPS Monaco. Hasil perhitungan dosis berdasarkan citra CBCT dibandingkan dengan citra Computed Tomography (CT) simulator. Penelitian ini memiliki beberapa tahapan, (1) kalibrasi Hounsfield Unit (HU) citra CBCT menggunakan fantom CIRS CT electron density 062M untuk melakukan perhitungan dosis di TPS dengan nilai HU yang sesuai, (2) proses pengumpulan data citra pasien yang memenuhi kriteria penelitian dan dilanjutkan dengan proses registrasi dan perencanaan citra CBCT, (3) analisis Dose Volume Histogram (DVH) untuk mengevaluasi kualitas perencanaan dengan parameter dosis yaitu Conformity Index (CI) dan Homogeneity Index (HI), (4) analisis dosis Organ at Risk (OAR) terhadap dose-constraint (batas dosis) untuk OAR batang otak, kiasma, sumsum tulang belakang, saraf optik, mata dan lensa. Nilai CI pada perencanaan berdasarkan CT tidak berbeda secara signifikan, Berdasarkan CBCT dari pesawat linac Elekta Versa HD diperoleh CI sebesar 0,05±0,21 (p=0,08) dan -0,01 ± 0,06 (p=0,02) berdasarkan CBCT dari pesawat linac Halcyon 2.0. Sementara itu, nilai HI pada perencanaan berdasarkan CBCT diamati berbeda secara signifikan terhadap CT, Berdasarkan CBCT dari pesawat linac Elekta Versa HD diperoleh HI sebesar 0,25 ± 0,43 (p=0,01) dan 0,08 ± 0,04 (p=0,01) berdasarkan CBCT dari pesawat linac Halcyon 2.0.

This research aims to evaluate dose calculations based on Cone Beam Computed Tomography (CBCT) images in patients diagnosed with brain tumors. Planning and dose calculations based on the 16th fraction of CBCT images were performed on 13 patients irradiated using Elekta Versa HD linear accelerator and 7 patients irradiated using Halcyon 2.0 linear accelerator. The planning and dose calculations were conducted using the Treatment Planning System (TPS) Eclipse and TPS Monaco. The results of the dose calculations based on CBCT images were compared with the Computed Tomography (CT) simulator images. The research comprised several stages: (1) calibration of Hounsfield Unit (HU) of CBCT images using CIRS CT electron density 062M phantom to perform dose calculations in TPS with appropriate HU values, (2) data collection of patient images meeting the research criteria followed by image registration and CBCT planning, (3) analysis of Dose Volume Histogram (DVH) to evaluate planning quality using dose parameters such as Conformity Index (CI) and Homogeneity Index (HI), (4) analysis of dose to Organs at Risk (OAR) against dose constraints for OARs such as brainstem, chiasm, spinal cord, optic nerves, eyes, and lenses. The CI values for the planning based on CT were not significantly different. Based on CBCT from Elekta Versa HD linear accelerator, the CI obtained was 0.05 ± 0.21 (p=0.08), and based on CBCT from Halcyon 2.0 linear accelerator, the CI obtained was -0.01 ± 0.06 (p=0.02). However, the HI values for planning based on CBCT significantly differed from CT. Based on CBCT from Elekta Versa HD linear accelerator, the HI obtained was 0.25 ± 0.43 (p=0.01), and based on CBCT from Halcyon 2.0 linear accelerator, the HI obtained was 0.08 ± 0.04 (p=0.01)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti Dahayu Desi Juwitasari
"Dinamika pola spasial memberikan kontribusi pada proses spasial yang nyata dalam aspek lingkungan ataupun budaya. Salah satu penerapan penggunaan konsep pola spasial adalah bidang perniagaan, di mana memiliki pergerakan unik pada tiap unitnya untuk memasarkan barang. Dalam penelitian ini, analisis pola spasial tertuju pada pedagang kopi keliling di daerah Senen, Jakarta Pusat. Para pedagang tersebut membentuk satu komunitas PKL yaitu Kampung Starling yang berdiri sejak tahun 2010 yang beranggotakan masyarakat suku Madura perantau dari Kabupaten Sampang. Suku Madura memiliki karakteristik dan caranya tersendiri dalam menentukan pergerakan aktivitas penjualan mereka, karena menentukan hasil penjualan mereka dari berbagai aspek. Hal inilah yang menyebabkan Kampung Starling menjadi homogen dan sangat jarang ada suku lain yang bergabung. Indikator yang menjadi pokok analisis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karakteristik pedagang dan aktivitas pedagang. Indikator karakteristik terdiri dari usia, suku, hubungan kekerabatan dengan agen, lama waktu berdagang, serta pendapatan pedagang. Sementara indikator aktivitas terdiri dari rute, waktu, dan panjang rute berdagang. Penelitian ini memanfaatkan penggunaan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Data primer didulang dari observasi dan wawancara mendalam para PKL. Data sekunder diambil dari dokumentasi. Pengolahan data melakukan klasifikasi dan pemetaan data terhadap transkripsi wawancara. Teknik dalam menganalisis data yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif melalui triangulasi data. Hasil dilaksanakannya riset ini membuktikan bahwa pola spasial yang berbeda di antara pedagang sebagian besar merupakan loyalitas pengamalan nilai-nilai kemaduraan yang senioritas, serta homogenitas suku memberi kemudahan dan kelancaran interaksi antara pedagang dan agen.

The dynamics of spatial patterns contributes to spatial processes in many environmental or cultural aspects. One application of the use of the spatial pattern concept is in the field of commerce, where each unit has a unique movement to market goods. In this study, spatial pattern analysis focuses on mobile coffee trader in Kecamatan Senen, Central Jakarta. These traders formed a community of street vendors, namely Kampung Starling, which was established in 2010 with members of the overseas Madurese community from Sampang Regency. The Madurese have their own characteristics and ways of determining the movement of their sales activities, thus determining their sales results from various aspects. This is what causes Kampung Starling to become homogeneous and it is very rare for other ethnic groups to join. The indicators that are the subject of analysis are divided into two types: characteristic of the traders and activity of the traders. Characteristic indicators consist of age, ethnicity, kinship with the agent, length of trading time, and trader's income, while activity indicators consist of routes, time, and length of trading routes. This research utilizes the use of a qualitative descriptive method through a case study approach. Primary data was obtained from observations and in-depth interviews with street vendors. Secondary data is taken from the documentation. Data processing performs classification and mapping of data against interview transcriptions. The technique used in analyzing the data is descriptive qualitative through data triangulation. The results of this research prove that the different spatial patterns among traders are mostly a form of loyalty to the tribal practice of seniority, and ethnic homogeneity provides ease and smoothness of interaction between traders and agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>