Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pohan, M. Yusuf Hanafiah
Abstrak :
Saat ini kasus kanker paru meningkat jumlahnya dan menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia juga di Indonesia. Data yang dikemukakan World Health Organization (WHO) menunjukkan kanker pare adalah penyebab utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat ke-3 atau ke-4 di antara tumor ganas yang paling sering ditemukan di beberapa rumah sakit. Jumlah penderita kanker paru di RS Persahabatan 239 kasus pada tahun 1996, 311 kasus tahun 1997 dan 251 kasus di tahun 1998. Lebih dari 90% penderita kanker paru datang berobat pada keadaan penyakit yang sudah lanjut, hanya 6% penderita masih dapat dibedah. Prognosis buruk penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan penderita yang jarang datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam tahap awal. Hasil penelitian pada penderita kanker pare pascabedah menunjukkan bahwa rerata angka tahan hidup 5 tahun stage 1 jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan penderita kanker pare stadium lanjut. Masa tengah hidup penderita kanker part stage lanjut yang diobati adalah 9 bulan. Kanker pare adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana serta memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu antara ahli pare dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radioterapi, ahli bedah toraks dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit ini sangat tergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker part pada stage dini akan sangat membantu penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik. Diagnosis pasti penyakit kanker ditentukan oleh basil pemeriksaan patologi anatomi. Dasar pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap perubahan sel atau jaringan organ akibat penyakit. Terdapat dua jenis pemeriksaan patologi anatomi yaitu pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan memeriksa jaringan tubuh, sedangkan pemeriksaan sitologi memeriksa kelompok sel penyusun jaringan tersebut. Pemeriksaan histopatologi merupakan diagnosis pasti (baku emas). Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum timbul manifestasi klinis penyakit kanker. Diagnostik kanker paru memang tidak mudah khususnya pada lesi dini. Pemeriksaan sitologi sputum merupakan satu-satunya pemeriksaan noninvasif yang dapat mendeteksi kanker pare tetapi nilai ketajamannya rendah. Pengambilan bahan pemeriksaan sel/jaringan pare banyak dilakukan dengan cara invasif seperti biopsi pare tembus dada (transthoracic biopsy/TTB), bronkoskopi atau torakoskopi. Teknik ini jauh lebih noninvasif dibandingkan biopsi pare terbuka dengan cara pembedahan yang sudah banyak ditinggalkan. Di RS Persahabatan jumlah penderita kanker paru yang dapat dibedah masih dibawah 10%, angka ini masih sangat kecil dibandingkan negara lain yang dapat mencapai angka sekitar 30%. Data yang belum dipublikasi dari bagian bedah toraks RS Persahabatan dari tahun 2000-2004 mencatat 33 kasus kanker paru yang dibedah, rata-rata hanya sekitar 6-7 pasien pertahun, itupun bukan untuk tujuan diagnostik tetapi untuk penatalaksanaan. Hal ini menjadikan pemeriksaan sitologi masih akan tetap menjadi alat utama untuk diagnostik kanker paru. Berbagai teknik pemeriksaan sitologi dan histopatologi memberikan akurasi basil yang berbeda-beda dan umumnya tidak membandingkan akurasi berbagai teknik pemeriksaan sitologi tersebut dengan baku emas pemeriksaan histopatologi. Perbandingan akurasi basil berbagai teknik pemeriksaan tersebut akan berguna untuk menentukan pilihan pemeriksaan yang paling efektif dan efisien.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djunaedi Hidayat
Abstrak :
Pada kusta lepromatosa hampir semua saraf tepi terinfeksi secara simetris dan biopsi satu saraf memberikan hasil yang sama baiknya dengan biopsi beberapa saraf. Tujuan penelitian adalah mengetahui perubahan histologis, menentukan indeks bakteri (IB) dan klasifikasi histologis saraf kutaneus radialis cabang telunjuk. Sejumlah 40 spesimen saraf dari 40 penderita diwarnai dengan cara hematoksilin eosin (HE) dan Fite--Faraco (FF), dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. Ditemukan granuloma makrofag pada semua sediaan; nekrosis kaseosa dan fibrosis masing-masing pada satu sediaan. Jumlah lapisan perineurial bervariasi 7-12 lapis dan indeks bakteri saraf bervariasi 3+ - G+. Tidak terdapat kesenjangan antara klasifikasi klinis dan histologis saraf. ...... In Lepromatous leprosy almost all peripheral nerves are affected symetrically, and selection of one of the most involved nerves gives as good result as multiple nerve biopsies. The objective of this study was to determine the histological changes, the bacterial index (BI) and the histological classification of the index branch of the radial cutaneous nerve. Macrophage granulomas were found in all specimens; caseous necrosis was found in one patient and fibrosis in one patient. Perineurium of the nerves consisted of 7 to 12 layersand the bacterial index of the nerves varied from 3+ to 6+. There was no discrepancy between the clinical and the histological classifications.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Audina Putri
Abstrak :
Osteoarthritis merupakan penyakit kronis jangka panjang yang melibatkan penipisan kartilago pada persendian yang menyebabkan pergesekan tulang sehingga mengakibatkan kekakuan, nyeri, dan gangguan pada pergerakan tubuh. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) telah terbukti secara empiris untuk mengobati inflamasi. Tanaman ini mengandung flavonoid yang telah dilaporkan sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas yang juga dapat menimbulkan efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek antiinflamasi dan pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) terhadap perubahan proteoglikan pada sendi tikus jantan model osteoarthritis yang diinduksi natrium iodoasetat. Parameter tersebut ditinjau dari volume udem lutut tikus dengan pletismometer dan histopatologi kartilago dengan pewarnaan safranin-o dan fast green. Penelitian ini dilakukan pada 30 tikus jantan Sprague dawley, terbagi dalam 6 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut diinduksi pada hari ke-1 dengan natrium iodoasetat secara intrartikular, kecuali kontrol normal yang diinduksi larutan salin. Bahan uji diberikan secara oral pada hari ke 29 sampai 50 pada kontrol positif (glukosamin dan kondroitin sulfat) dan tiga kelompok dosis (ekstrak etanol 70% rumput mutiara), yaitu 780; 5,625; 11,25; 22,5 mg/200 g BB. Pengukuran volume udem lutut tikus dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 36, 43, 50. Histopatologi kartilago dilakukan pada hari ke-28 dan setelah perlakuan berakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis memiliki efek antiinflamasi dan meningkatkan proteoglikan secara bermakna. Dosis II (11,25 mg/200 g BB) merupakan dosis terbaik. Hasil ini menunjukkan bahwa rumput mutiara dapat diteliti lebih lanjut sebagai pengobatan osteoarthritis. ......Osteoarthritis is a chronic long term disease that involves degradation cartilage in joint causing bone friction and leading to stiffness, pain, and disruption in the movement of body. Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) is often used in inflammation therapy in herbal medicine. This plant contains flavonoid, a group of antioxidants and radical scavenging that have anti-inflammatory effect. This study is aimed to analyze the anti-inflammatory effect and the effect of 70% ethanolic extract of pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) on proteoglycan changes in joint of osteoarthritis rats model induced by monosodium iodoacetate. The parameters evaluated were the edema volumetric measurements of rats’ knee using pletismometer and cartilage histopatology stained with safranin-o and fast green. This study used 30 male white Sprague dawley rats which were, divided into 6 groups. These groups were induced on day-1 with monosodium iodoacetate by intraarticular injection, except normal group were induced by saline solution. Test materials were administered orally once daily on days 29 through 50 to positive group (glucosamine and chondroitin sulfate) and 3 doses groups (70% ethanolic extract of pearl grass), with 780; 5,625; 11,25; 22,5 mg/200 g BW. Edema volumetric measurements of rats’ knee were performed on days-7, 14, 21, 28, 38, 43, 50. Cartilage histopatology were performed on days-28 and after treatment was ended. The results showed that the extract of pearl grass with some variations of given dose have anti-inflammatory effect and have been able to increase proteoglycan significantly. Dose II (11,25 mg/200 g BW) is the best result. Overall, these results indicate that pearl grass can be further investigated as a treatment for osteoarthtiris.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Nurrahman Galileo
Abstrak :
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis metabolis yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia dan dapat berkomplikasi ke berbagai organ seperti hepatopati. Pengobatan diabetes mellitus memerlukan biaya yang tinggi dan masih memiliki berbagai efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengobatan alternatif dari bahan-bahan herbal yang dapat memberikan efek antihiperglikemik dan efek protektif pada hepar dengan salah satu yang berpotensi adalah daun jati (Tectona grandis). Penelitian ini diawali dengan 30 tikus Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok kontrol positif yang diberikan metformin, kelompok kontrol negatif, dan tiga kelompok perlakuan lain yang diberikan ekstrak etanol daun jati. Induksi diabetes mellitus dilakukan dengan injeksi streptozotosin (STZ) dosis 40 mg/kgBB secara intraperitoneal. Setelah 3 hari induksi, diberikan perlakuan sesuai kelompok masing-masing selama 40 hari dan GDP akan diukur secara berkala. Pada hari terakhir, dilakukan terminasi dan pengambilan organ hepar untuk pemeriksaan histopatologi preparat hepar. Pemeriksaan dilakukan dengan mencari adanya perubahan histopatologi hepar pada hepatosit berupa makrovesikular steatosis, mikrovesikular steatosis, perubahan hidrofik, degenerasi ballooning, dan nekrosis. Data GDP akan dianalisis menggunakan uji One-Way ANOVA. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jati dengan dosis 200 mg/dL, 400 mg/dL, dan 800 mg/dL dapat menurunkan GDP tikus diabetes yang diinduksi STZ. Akan tetapi, ekstrak etanol daun jati tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar pada tikus diabetes yang diinduksi STZ. Ekstrak etanol daun jati dapat menurunkan kadar GDP tikus yang diinduksi STZ tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar dati tikus tersebut. ......Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease characterized by hyperglycemia and can cause many organ complication including hepatopathy. Treatment of diabetes mellitus requires high costs and still has unwanted side effects. Therefore, it is necessary to have an alternative treatment from herbal ingredients that have antihyperglicemic and hepatoprotective effect, one of which has the potential to be teak (Tectona grandis) leaves. This study began with 30 Wistar rats which were divided into 6 groups, namely normal group, positive control group was treated with metformin, negative control group, and three other treatment groups were treated with teak leaf ethanol extract. Diabetes mellitus induction was carried out using intraperitoneal injection of streptozotocin (STZ) 40 mg/kg. After the induction, treatments for each group is given for 40 days and FBG will be measured periodically. Then, the rat was terminated and the liver was harvested for histopathological examination to look for liver histopathological change on hepatocytes the form of macrovesicular steatosis, microvesicular steatosis, hydrophic changes, ballooning degeneration, and necrosis. The FBG data will be analyzed using One-Way ANOVA test. This study showed that teak leaf ethanol extract with doses of 200 mg/dL, 400 mg/dL, and 800 mg/dL could reduce the FBG of STZ-induced diabetic rats. However, the extract has not been shown to improve histopathological changes in the rat’s liver. Teak leaf ethanol extract can reduce the FBG levels of STZ-induced rats but did not have an effect on changes in the histopathological appearance of the rat’s liver.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library