Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizatunnisa
Abstrak :
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif madu PS (Pollen Substitute) terhadap gambaran histologis hati mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Dua puluh empat ekor mencit jantan dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang diberikan akuades dan minyak kelapa; kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberikan akuades dan CCl4; serta 2 kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberikan madu PS dosis 0,04 ml/20 g bb dan 0,08 ml/20 g bb selama 14 hari berturut-turut, kemudian diinjeksikan CCl4 2 jam setelah pemberian madu PS terakhir. Organ hati diisolasi 24 jam setelah injeksi CCl4. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian madu PS terhadap berat basah organ hati (KK1 [1,57±0,34] gram, KK2 [1,92±0,21] gram, KP1[1,73±0,34] gram, KP2 [1,75±0,30] gram) dan diameter vena sentralis (KK1 [37,91±2,44] μm, KK2 [73,39±3,06] μm, KP1 [70,03±9,65] μm, KP2 [67,61±6,33] μm), serta terdapat pengaruh pemberian madu PS terhadap warna organ hati, persentase derajat kerusakan lobulus hati (derajat 0, 1, 2, dan 3 KK1 [55,70%; 40,00%; 4,33%; dan 0,00%], KK2 [4,56%; 29,00%; 18,67%; dan 47,78%], KP1 [14,22%; 43,11%; 15,22%; dan 27,44%], KP2 [6,34%; 41,33%; 24,67%; dan 27,67%]), dan gambaran histologis hati. Hasil pengamatan menunjukkan pemberian madu PS dosis 0,04 ml/20 g bb memberikan efek hepatoprotektif yang lebih baik dibandingkan madu PS dosis 0,08 ml/20 g bb terhadap gambaran histologis hati.
The aim of this study was to know hepatoprotective potency of PS (Pollen Substitute) honey to liver histology of DDY strain male mice (Mus musculus). Twenty four male mice were divided into 4 groups, which were normal control group (KK1) which was given aquadest and palm oil, treatment control group (KK2) which was given aquadest and CCl4, as well as 2 treatment groups (KP1 and KP2) which were given PS honey dose 0,04 ml/20 g bb and 0,08 ml/20 g bb in 14 days. Then KP1 and KP2 were induced by CCl4 2 hours after the last administration of honey PS. The liver then was isolated 24 hours after CCl4 injection. The result of statistic test showed that there were no effects of PS honey administration to liver wet weight (KK1 [1,57±0,34] gram, KK2 [1,92±0,21] gram, KP1[1,73±0,34] gram; KP2 [1,75±0,30] gram) and central vein diameter (KK1 [37,91±2,44] μm, KK2 [73,39±3,06] μm, KP1 [70,03±9,65] μm, KP2 [67,61±6,33] μm), and there were effects of PS honey admisnistration to liver color, percentage of liver lobulus damage level (level 0, 1, 2, and 3 of KK1 [55,70%; 40,00%; 4,33%; and 0,00%], KK2 [4,56%; 29,00%; 18,67%; and 47,78%], KP1 [14,22%; 43,11%; 15,22%; and 27,44%], KP2 [6,34%; 41,33%; 24,67%; and 27,67%]), and liver histology. The result of the observation showed that the hepatoprotective effect of administration of PS honey dose 0,04 ml/20 g bw was better than dose 0,08 ml/20 g to liver histology.;
Universitas Indonesia, 2014
S57877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian histopatologi di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI untuk mengetahui potensi antihepatotoksik ekstrak Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc. (temu putih) terhadap tikus Rattus norvegicus L. (tikus putih) jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh lima ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan, terdiri atas kelompok kontrol normal (KK1) yang dicekok dengan larutan carboxil methyl cellulose (CMC); kelompok kontrol positif (KK2) yang diinduksi dengan larutan CCl4; dan 3 kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diinduksi CCl4 kemudian dilanjutkan pencekokan ekstrak C. zedoaria dengan dosis masing-masing 25 mg/kg bb, 50 mg/kg bb, dan 100 mg/kg bb. Pencekokan ekstrak C. zedoaria dilakukan sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam, dimulai pada 12 jam setelah pemberian CCl4. Seluruh tikus dikorbankan pada 48 jam setelah pemberian CCl4 (KK2, KP1, KP2, dan KP3) dan CMC (KK1), kemudian organ hati diisolasi melalui pembedahan untuk selanjutnya diamati dan dibuat sediaan histologiknya. Hasil uji Anava pada α = 0,05 pengamatan mikroskopik secara kuantitatif, menunjukkan adanya pengaruh pemberian suspensi ekstrak C. zedoaria terhadap ukuran diameter vena sentralis antar kelompok perlakuan. Diameter rata-rata vena sentralis KP2 (47,061 μm) merupakan nilai yang mendekati keadaan hati normal KK1 (37,578 μm). Hasil pengamatan mikroskopik pada ketiga kelompok perlakuan menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada kriteria kerusakan ringan (26,6%) dan nilai terendah kerusakan berat (0%) dijumpai pada kelompok KP2. Dengan demikian pencekokan ekstrak C. zedoaria menunjukkan adanya potensi antihepatotoksik pada kelompok perlakuan dengan dosis 50 mg/kg bb setelah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif KK2.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyagita Meyril Rahmadhani
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian di Laboratorium Biologi Perkembangan Hewan, Departemen Biologi FMIPA UI untuk mengetahui potensi antihepatotoksik infus simplisia Hippocampus kuda Bleeker (kuda laut) terhadap Mus musculus Linnaeus (mencit) jantan galur DDY. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan, terdiri atas kelompok kontrol 1 (KK1) yang diinjeksi dengan minyak zaitun secara intraperitoneal, kelompok kontrol 2 (KK2) dan 3 kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diinjeksi dengan larutan CCl4 dosis tunggal 400 mg/kg bb secara intraperitoneal. Kelompok kontrol (KK1 dan KK2) selanjutnya diberi akuades secara oral sedangkan kelompok perlakuan (KP1,KP2, dan KP3) diberi infus simplisia H. kuda secara oral dengan dosis masing-masing 2,4%; 4,8%; dan 7,2% b/v sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam, dimulai pada 12 jam setelah pemberian CCl4. Seluruh mencit dikorbankan pada 48 jam setelah pemberian CCl4 (KK2, KP1, KP2, dan KP3) dan minyak zaitun (KK1), kemudian organ hati diisolasi melalui pembedahan untuk selanjutnya diamati dan dibuat sediaan histologisnya. Hasil uji anava satu faktor menunjukkan adanya pengaruh (P < 0,05) pemberian infus simplisia H. kuda terhadap ukuran diameter vena sentralis dan berat basah organ hati antara kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) dengan kelompok kontrol (KK1 dan KK2). Diameter rata-rata vena sentralis (50,084 μm  4,817) dan berat basah rata-rata organ hati (2,793 g  0,180) mencit yang diberi secara oral infus simplisia 7,2% b/v merupakan nilai yang paling mendekati diameter hati normal atau KK1 (47,402 μm  0,881) dan berat basah organ hati normal atau KK1 (2,519 g  0,109). Hasil pengamatan semikuantitatif menunjukkan bahwa pemberian infus simplisia H. kuda memiliki potensi antihepatotoksik dengan potensi tertinggi terdapat pada KP3 atau kelompok perlakuan dengan dosis 7,2% b/v.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Kusniati
Abstrak :
Indonesia kaya akan tanaman obat yang dapat mengobati penyakit asam urat. Sebagian dari tanaman tersebut dibuat dalam suatu sediaan teh celup jamu asam urat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jamu teh celup asam urat terhadap fungsi organ hati ditinjau dari aktivitas ALT (alanin aminotransferase) dan alkali fosfatase plasma serta histologis hati tikus. Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam empat kelompok masing-masing 10 ekor. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Kelompok II, III, dan IV adalah kelompok perlakuan yang diberi larutan uji dengan dosis berturut-turut 1800, 3600 dan 7200 mg/kg bb tikus. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya melalui mata dan dibedah untuk diambil hatinya. Selanjutnya pengukuran aktivitas ALT dan alkali fosfatase plasma dengan metode kolorimetri serta histologis hati dengan pewarnaan Hemotoksilin-Eosin. Hasil anava pada α=0,05 terhadap ALT, alkali fosfatase plasma dan diameter vena sentralis tidak menunjukkan perbedaan bermakna baik antar kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Demikian pula pada pengamatan struktur histologis hati menunjukkan tidak terdapat perbedaan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Penggunaan sediaan jamu teh celup asam urat selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi organ hati tikus putih jantan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Fajarwati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32677
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library