Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Catur Meiyogo
"Video mapping merupakan sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan proyeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optis pada obyek-obyek. Obyek-obyek tersebut secara visual akan berubah dari bentuk aslinya menjadi bentuk baru yang berbeda dan sangat fantastis Keberadaannya sebagai salah satu fenomena Hiper-Realitas ternyata memberi pengaruh pada dunia Arsitektur dan Interior. Konsep Dekonstruksi yang terdapat di dalam Video Mapping membuatnya mampu merubah makna ruang walaupun secara visual. Karena kemampuannya dalam merubah makna ruang, membuat Video Mapping harus berhadapan dengan beberapa pertanyaan diantaranya sejauh manakah perubahan makna ruang itu dan konsekuensi logis apakah yang terjadi berkaitan dengan ruang dan waktu yang dihadapinya?
Video mapping is a technique that using light and projection which can make an optical illusion to the objects. Those objects visually changes from the original shapes to the difference and fantastic shapes. It's existence as Hiper-Reality phenomenon actually has given influence to the world of Architecture and Interior. The Concept of Deconstruction in Video Mapping give it's ability to change the defintion of space eventhough it is only as visual. Because of it's ability to change the space definition, Video Mapping has to be faced with a view question. How far the change of that space definition and what kind of logic consequence that will be related to space and time that has to be faced?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43285
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Adi Ahdiat
"Fotojurnalistik diusung oleh jurnalisme sebagai medium yang mampu menyampaikan objektivitas. Namun, fotojurnalistik juga merupakan medium komunikasi massa yang dikelilingi pengaruh kapitalisme dan globalisasi, yang syarat akan kepentingan ekonomis-politis. Kemenduaan ini dapat terjadi karena fotojurnalistik memiliki dua lapisan penanda. Pertama, lapisan denotatif, di mana penanda dibangun oleh imaji fotografis. Kedua, lapisan konotatif, di mana penanda dibangun lewat teknik fotografi, penggabungan foto dengan teks, dan pengenaan struktur berita yang merepresentasikan konvensi kultural dan ideologi tertentu. Dengan demikian, berdasarkan semiologi Roland Barthes dan Jean Baudrillard, dapat ditarik asumsi bahwa penanda dalam fotojurnalistik tidak memuat kehadiran realitas objektif, melainkan mempertunjukkan penopengan atas realitas.
Photojournalism is promoted by journalism as a medium capable of conveying objectivity. However, photojournalism is also a mass communication medium surrounded by the influence of capitalism and globalization, which is full of economic-political interests. This ambiguity can occur because photojournalism has two layers of signifiers. First, the denotative layer, where the signifier is built by photographic images. Second, the connotative layer, where the signifier is built through photographic techniques, combining photos with text, and imposing news structures that represent certain cultural and ideological conventions. Thus, based on the semiology of Roland Barthes and Jean Baudrillard, it can be assumed that the signifier in photojournalism does not contain the presence of objective reality, but rather shows a masking of reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library