Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Yunianto
Abstrak :
ABSTRAK
Pengembangan lapangan gas greenfield laut dalam memiliki tantangan teknis dan ekonomis, terkait dengan teknologi dan fasilitas produksi yang baru untuk dapat memproduksikan gas pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Dalam penelitian ini dilakukan analisa secara teknis dan ekonomis terhadap pengembangan lapangan gas greenfield laut dalam dengan metode pengembangan sistem produksi bawah laut. Analisa teknis meliputi analisa flow assurance, khususnya strategi manajemen hidrat untuk menjamin keberlangsungan aliran gas dari sumur bawah laut hingga ke titik jual. Dari analisa teknis didapatkan konfigurasi pencegahan dan penghilangan hidrat. Analisa ekonomi mencakup perhitungan biaya investasi pada setiap alternatif konfigurasi yang memenuhi kriteria teknis, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan keekonomian berdasarkan skema PSC yang berlaku di Indonesia. Dengan harga gas ekspor dan domestik sebesar 11/MMBTU dan 7/MMBTU, konfigurasi MEG dengan teknologi MRU adalah yang paling optimum karena memberikan IRR dan NPV yang terbesar yaitu sebesar 14,8 dan 794,5 juta US . Berdasarkan hasil sensitivitas keekonomian, CAPEX, harga gas ekspor dan hasil bagi untuk kontraktor memberikan pengaruh terbesar untuk IRR dan NPV, sedangkan OPEX memberikan pengaruh yang terkecil. Untuk mendapatkan minimum IRR sebesar 18 yang dipersyaratkan oleh regulator, CAPEX perlu ditekan sebesar 10 dan dengan besaran hasil bagi untuk kontraktor minimum sebesar 50.
ABSTRACT
Deepwater gas greenfield development has technical and economic challenges, related to new technology and production facilities and that can be used for producing gas in the extreme ambient conditions. Technical analysis includes flow assurance analysis, selection of hydrate inhibitors MEG MeOH and determine minimum injection flow rate of hydrate inhibitors and hydrate remediation strategy. Economic analysis includes the calculation of investment cost on each configuration that meets the technical criteria above. Then continue with calculation of economic parameter based on applicable Indonesia PSC scheme. With export gas and domestic gas price 11 MMBTU and 7 MMBTU, MEG with MRU technology is the most optimum because it provides the largest IRR 14.8 and NPV 794.5 million US . Based on IRR and NPV sensitivity analysis CAPEX, export gas price and contractor split have significant effect to IRR and NPV otherwise OPEX has the most un significant effect to IRR and NPV. To obtain the minimum IRR of 18 required by the regulator, CAPEX needs to be reduced by 10 and by changing the contractor split by a minimum of 50 for contractor.
2017
T48252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Sylpia Veronica
Abstrak :
Saat ini, masih banyak negara yang memanfaatkan energi dari bahan bakar fosil. Akan tetapi, penggunaan bahan bakar fosil memiliki masalah sehingga dikembangkan energi hidrogen sebagai sumber energi alternatif yang bersih. Hidrogen dapat disimpan dengan penyimpanan berbasis material. Hidrazin hidrat (N2H4·H2O) merupakan salah satu senyawa yang dapat digunakan untuk menghasilkan hidrogen melalui reaksi dehidrogenasi. Penggunaan nanopartikel trimetalik dapat meningkatkan aktivitas katalitik serta selektivitas hidrogen yang dihasilkan. SBA-15 disintesis untuk dijadikan penyangga nanopartikel trimetalik NiPtAg. NiPtAg/SBA-15 disintesis dari NiCl2.6H2O, K2PtCl6, AgNO3, serta SBA-15 dengan metode impregnasi basah dan kemudian direduksi menggunakan NaBH4. Untuk menentukan variasi komposisi logam terbaik, dilakukan optimasi komposisi trimetalik. NiPtAg/SBA-15 memiliki aktivitas katalitik yang baik. Ni0.6Pt0.2Ag0.2/SBA-15 merupakan variasi komposisi terbaik dengan selektivitas sebesar 94% dan nilai TOF sebesar 321,8779 h-1. Variasi komposisi terbaik dilakukan uji aktivitas katalitik pada suhu 30 °C, 50 °C, dan 70 °C. Energi aktivasi yang dibutuhkan oleh katalis NiPtAg/SBA-15 pada reaksi dehidrogenasi hidrazin hidrat adalah sebesar 55,6306 kJ/mol. ......Currently, there are still many countries that use energy from fossil fuels. However, the use of fossil fuels has many problems so that hydrogen energy is developed as a clean alternative energy source. Hydrogen can be stored by material-based storage. Hydrazine hydrate (N2H4·H2O) is one of the compounds that can be used to produce hydrogen through a dehydrogenation reaction. The use of trimetallic nanoparticles can increase the catalytic activity and selectivity of the hydrogen produced. SBA-15 was synthesized to be used as a support for NiPtAg trimetallic nanoparticles. NiPtAg/SBA-15 was synthesized from NiCl2.6H2O, K2PtCl6, AgNO3, and SBA-15 by wet impregnation method and then reduced by NaBH4. To determine the best variation of metal composition, optimization of the trimetallic composition was carried out. NiPtAg/SBA-15 has good catalytic activity. Ni0.6Pt0.2Ag0.2/SBA-15 is the best composition variation with selectivity of 94% and TOF of 321,8779 h-1. The best composition variations were tested for catalytic activity at temperatures of 30 °C, 50 °C, and 70 °C. The activation energy required by the NiPtAg/SBA-15 catalyst in the dehydrogenation reaction of hydrazine hydrate is 55,6306 kJ/mol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumirah
Abstrak :
Lintasan seismic BGR06-212 berarah Tenggara-Baratlaut berada di cekungan busurmuka Simeulue. Target penelitian adalah gas hidrat yang ditandai dengan adanya BSR (Bottom Simulating Reflector). Indikasi adanya BSR di penampang seismik ditunjukkan dengan amplitudo kuat, refleksi terbalik terhadap reflektifitas seafloor, bentuknya menyerupai seafloor dan memotong struktur. BSR diyakini sebagai batas bawah dari lapisan gas hidrat dan batas atas dari lapisan gas bebas. Analisis AVO dilakukan pada lapisan BSR. Analisis gradient tampak adanya anomali gas bebas dibawah BSR. Proses stack dalam domain angle juga dilakukan dalam near angle (0-150), medium angle (160-300) dan far angle (310- 450). Di angle stack terlihat adanya penebalan di far angle, hal ini menunjukkan adanya gas bebas di bawah BSR. Pemodelan sintetik angle gather digunakan untuk melihat model geologi yang berasosiasi dengan BSR. Proses atribut instantaneous phase digunakan untuk melihat kemenerusan BSR. Hasil atribut ini menunjukkan kemenerusan BSR dan ditemukan paleo BSR. Atribut instantaneous amplitude dapat membedakan antara lapisan diatas BSR dan dibawah BSR. Dari analisis yang dilakukan didapatkan 3 zona yaitu zona 1 terlihat BSR yang menerus, didapatkan gas hidrat dengan saturasi sedang dan terdapat gas bebas dibawahnya. Zona 2 terlihat BSR tidak menerus didapatkan gas hidrat saturasi kecil, tidak ditemukan gas bebas. Zona 3 terlihat BSR tidak menerus, didapatkan gas hidrat dengan saturasi paling besar dan terdapat gas bebas dibawahnya. ...... Tracks seismic BGR06-212 Southeast-Northwest is located in Simeulue fore arc basin. The research target is gas hydrate which characterized by the BSR (Bottom Simulating Reflector). Indication of BSR in seismic are strong amplitude, inverse reflection on the seafloor reflectivity, shape mimics seafloor and cut structures. BSR are believed as base of gas hydrate layer and top of free gas layer. AVO analysis has been done at BSR layer. Gradient analysis looks for anomalies in free gas below the BSR. Process stack in the angle domain is also done in near angle (0-150), medium angle (160-300) and far angle (310-450). The angle stack looks for a thickening in the far angle, it indicates the existence of free gas below the BSR. Synthetic modeling angle gather is used to view the geological model associated with BSR. The process of instantaneous phase attribute is used to see continuity of BSR. This attribute results demonstrate continuity of BSR and found paleo BSR. Attributes instantaneous amplitude can distinguish between the layers above and below the BSR. From the analysis we found three zones: zone 1 is continuously visible BSR, gas hydrate obtained with middle saturation and there is free gas below it. Zone 2 looks BSR not continuous, gas hydrate obtained with little saturation, can not be found free gas. Zone 3 looks BSR not continuous, gas hydrate obtained with the greatest saturation and there is free gas below it.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T42939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isma`il Hamidiy
Abstrak :
Salah satu faktor yang membatasi produksi minyak dan gas adalah isu flow assurance seperti gas hidrat, yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pipa sehingga mengakibatkan kehilangan kesempatan produksi. Metode pencegahan pembentukan hidrat yang paling umum adalah dengan menginjeksi bahan kimia seperti mono etilen glikol (MEG). Namun, beberapa permasalahan sering dihadapi oleh operator, seperti contoh kasus yang terjadi di Lapangan M, Indonesia dimana penggunaan glikol berlebih sering menyebabkan kekurangan stok glikol serta masalah penyumbatan pada pipa injeksi lean MEG akibat senyawa padatan yang terlarut dan terbawa dalam air terproduksi. Hal ini dapat menyebabkan sistem injeksi MEG berhenti dan berpotensi terjadi pembentukan hidrat gas di dalam pipa transportasi. Makalah ini membahas upaya optimasi pada sistem injeksi dan regenerasi MEG dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti Python. Perhitungan big data dengan metode machine learning akan membantu dalam mengoptimasi penggunaan inhibitor berlebih serta memprediksi terjadinya penyumbatan pada sistem injeksi dengan mengorelasikan parameter proses dari instrumentasi lapangan dan hasil analisis laboratorium. Pada Lapangan M, injeksi MEG secara aktual dapat mencapai 8.133 m3 tiap tahunnya, sedangkan estimasi kebutuhan injeksi sebesar 4.585 m3. Adapun permasalahan penyumbatan yang ditandai dengan tingkat kebersihan pada lean MEG yang melebihi spesifikasi perusahaan dapat diidentifikasi dengan model Random Forest dengan keakurasian sebesar 70-90%. ......One of the limiting factors in oil and gas production is flow assurance issues such as gas hydrates, which can cause blockages in pipelines and result in loss of production opportunity (LPO). The most common method to prevent hydrate formation is by injecting monoethylene glycol (MEG). However, operators often face several challenges, as seen in the case of Field M in Indonesia, where excessive use of glycol leads to stock shortages and piping blockages due to dissolved solid compounds in the produced water. This can cause the MEG injection system to stop and potentially result in hydrate formation within the pipeline. This paper discusses the optimization in MEG injection and regeneration systems by utilizing advancements in technology such as Python. Big data calculations using machine learning methods will aid in optimizing the excessive inhibitor usage and predicting blockage occurrences in the injection system by correlating process parameters from field instrumentation and laboratory analysis results. In Field M, the actual injected MEG can reach 8,133 m3 anually, while the estimated injection requirement is 4,585 m3. The blockage issue, indicated by the cleanliness level exceeding the company's specifications, can be identified using the Random Forest model with an accuracy of 70-90%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Triarso
Abstrak :
Gas hidrat merupakan sumberdaya energi potensial di masa yang akan datang dimana potensinya melebihi sumberdaya energi konvensional yang ada saat ini seperti minyak, gas dan batu bara. Dengan bertambahnya kebutuhan sumberdaya energi ini maka akan meningkatkan pula eksplorasi yang menjadikan minat riset di bidang ini terus berkembang. Bottom Simulating Reflector (BSR) muncul pada penampang seismik yang merupakan suatu indikasi akan hadirnya gas hidrat pada lapisan bawah permukaan laut. Kehadiran gas hidrat dapat meningkatkan velocity gelombang seismik yang melalui reservoar gas hidrat. Efek ini akan dapat memperlihatkan kenampakan kontras impedansi akustik antara hidrat yang terdapat pada sedimen dengan kecepatan rendah yang dihasilkan dari sedimen yang berisi gas yang dikenal sebagai Bottom Simulating Reflector (BSR) pada profil sedimen laut. Konsep AVO (Amplitudo Versus Offset) yang mengamati perubahan amplitudo terhadap offset dalam suatu data CDP gather dapat memberikan informasi adanya BSR yang berasosiasi dengan gas hidrat. Untuk mengetahui model geologi yang berasosiasi dengan BSR telah dibuat pemodelan seismik. Respon dari pemodelan seismik diamati berdasarkan konsep AVO analisis terutama pada angle gather yang mengindikasikan adanya BSR. ......Gas hydrate is potential energy resources in the future which more potential than existing conventional energy resources like oil, gas and coal deposits. Increasing necessity of energy resources will increase interest of exploration so enthusiasms for research in this area will growth. Bottom Simulating Reflector (BSR) appearance in seismic profile known as tool to identify the presence of gas hydrate in sea bed. The presence of gas hydrate will increase velocity of seismic wave through reservoir gas hydrate. This effect will make contrast acoustic impedance between gas hydrate bearing sediment with lower velocity from gas-filled sediment as known as bottom simulating reflector (BSR) in seabed profile. AVO concept (amplitude Versus Offset) based on the amplitude variation with increasing offset can detect the existence of BSR which associated with gas hydrate. Seismic modeling has been made to find out geological model which is associated with BSR. Response of seismic modeling can be determined base on AVO analysis concept particularly on angle gather which is indicating the existence of BSR.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T21591
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Andi Winarto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi karet alam yang mempunyai kekurangan dalam hal sifat ketahanan terhadap panas dan oksidasi, karena adanya kandungan ikatan rangkap C=C pada rantai polimer karet alam. Modifikasi dilakukan dengan mengeksplorasi pendekatan hidrogenasi dua fasa menggunakan karet alam padat yang dilarutkan dalam pelarut organik dan sumber hidrogen (hidrazin hidrat dan hidrogen peroksida) yang dicampur dalam air. Pilihan pelarut, katalis, dan rasio volume air terhadap pelarut diperiksa dampaknya terhadap hidrogenasi. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan spektroskopi Fourier Transform Inframerah (FTIR) sebagai indikator kualitatif hidrogenasi. Sementara itu, spektroskopi 1H-NMR digunakan untuk mengukur derajat hidrogenasi dari produk karet alam terhidrogenasi. Hasilnya menunjukkan bahwa hidrogenasi parsial berhasil dilakukan menggunakan toluena sebagai pelarut dan etilen diamina tetra asam asetat diammonium tembaga (Cu-EDTA) sebagai katalis, dimana variasi volume air mempengaruhi derajat hidrogenasi. Derajat hidrogenasi 7,69% dicapai dengan menggunakan 15 mL air. Pemrosesan karet alam melalui vulkanisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan material karet alam terhidrogenasi dengan formula yang biasa dilakukan dengan mendapatkan sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan menggunakan karet alam sebelum terhidrogenasi. Sementara itu, sifat termal karet alam terhidrogenasi tetap sebanding dengan bahan aslinya, dengan peningkatan ketahanan panas dan oksidasinya serta sifat mekanik. Metode hidrogenasi dua fasa ini menawarkan potensi untuk meningkatkan sifat ketahanan material karet alam untuk aplikasi pelampung tsunami buoy. ......This research aims to modify natural rubber which has deficiencies in terms of resistance to heat and oxidation, due to the presence of C=C double bonds in the natural rubber polymer chain. The modification was carried out by exploring a two-phase hydrogenation approach using solid natural rubber dissolved in an organic solvent and a hydrogen source (hydrazine hydrate and hydrogen peroxide) mixed in water. The choice of solvent, catalyst, and water-to-solvent volume ratio were examined for their impact on hydrogenation. Characterization was carried out using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectroscopy as a qualitative indicator of hydrogenation. Meanwhile, 1H-NMR spectroscopy measures the degree of hydrogenation of hydrogenated natural rubber products. The results show that partial hydrogenation was successfully carried out using toluene as a solvent and ethylene diamine tetra copper diammonium acetic acid (Cu-EDTA) as a catalyst, with variations in water volume affecting the degree of hydrogenation. A degree of hydrogenation of 7.69% was achieved using 15 mL of water. Processing natural rubber through vulcanization can be done by utilizing the advantages of hydrogenated natural rubber material with a formula commonly used to obtain better mechanical properties than natural rubber before hydrogenation. Meanwhile, the thermal properties of hydrogenated natural rubber remain comparable to those of the original material, with improved heat, oxidation resistance, and mechanical properties. The biphasic hydrogenation method can potentially enhance natural rubber materials’ properties for tsunami buoy floater applications.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai efek penggunaan dua produk (A dan B) dengan komposisi Natrium kalsium aluminasilikat hidrat 11 dan 14%, senyawa propionat 46 & 52% serta Kalsium karbonat 43 dan 34% terhadap Aspergilus flavus dan aflatoksin B1 Tujuannya adalah menentukan kadar hambat minimalnya terhadap Aspergillus flavus Z2269-3B dan daya adsorpsiriya terhadap aflatoksin BI di dalam pakan ayam dengan dosis 203 dan 400 ppm. Kadar hambat minimal ditentukan denqan metode pengenceran tabung (tube dilution) dan daya adsorpsi dengan melihat pengaruh penambahan kedua produk terhadap kadar aflatoksin B1 dalam pakan setelah 6 hari sejak penambahan produk. Aflatoksin B1 diekstraksi dan ditentukan kadarnya secara fluoredensiometri. Hasil penelitian kadar hambat minimal produk A1 mg/ml dan B = 2 mg/ml, dan daya adsorpsi kedua produk dengan dua perulangan memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna (P> 0,05) dibandingkan terhadap kontrol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini Diah Puspitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Gas hidrat secara alami terbentuk ketika molekul gas bebas terjebak di dalam kisi molekul air maka akan terbentuk padatan yang stabil yang bergantung pada suhu dan tekanan. Metode Bottom Simulating Reflector (BSR) dapat digunakan untuk melihat kenampakan kontras impedansi yang terjadi antara gas hidrat dengan keberadaan gas bebas yang berada di bawahnya. Karakteristik dari BSR yaitu amplitudo tinggi yang cukup kontras memotong struktur geologi serta dapat dilihat dari polaritas yang berbalik. Apabila dibawah BSR terdapat gas bebas, maka akan terjadi anomali kecepatan gelombang seismik dari tinggi ke rendah. Metode inversi Impedansi Akustik (AI) dengan metode model based dapat digunakan untuk menentukan nilai Impedansi Akustik serta kecepatan gas hidrat dan gas bebas dan menentukan keberadaan BSR di daerah Cekungan Bengkulu. Nilai p-wave BSR yang berkorelasi dengan gas hidrat berkisar antara 9000-10000 ft/s sedangkan nilai p-wave BSR yang berkorelasi dengan gas bebas berkisar antara 6500-7500 ft/s. Nilai Impedansi Akustik BSR yang berkorelasi dengan gas hidrat adalah antara 19.000-21.000 ft/s*g/cc, sedangkan nilai Impedansi Akustik BSR yang berkorelasi dengan gas bebas yang berada dibawahnya adalah antara 12000-14000 ft/s*g/cc. Dari hasil inversi model based, didapat bahwa BSR pada penelitian ini berada di Formasi Parigi dengan kedalaman BSR berkisar 1100-1300 meter di bawah dasar laut.
ABSTRAK
Gas hydrate is naturally formed when free gas molecules trapped in a lattice of water molecules it will form a stable solid which depends on temperature and pressure. Bottom Simulating Reflector (BSR) methods can be used to see the appearance of the impedance contrast that occurs between the gas hydrate with the presence of free gas beneath it. Characteristics of BSR is high amplitude contrast across geological structure as well as can be seen from the polarity is reversed. If there is free gas below the BSR, there will be a seismic wave velocity anomaly from high to low. The inversion method Acoustic Impedance (AI) with a model-based method can be used to determine the value of acoustic impedance and velocity of gas hydrate and free gas and can determine the presence of BSR in Bengkulu Basin area. The p-wave that BSR correlated with gas hydrate ranging from 9000-10000 ft / s, while the p-wave that BSR correlated with free gas ranged between 6500-7500 ft / s. The Acoustic Impedance that BSR correlated with the gas hydrate is between 19000-21000 ft / s*g / cc, while the Acoustic Impedance that BSR correlated with free gas that are below BSR is between 12000-14000 ft / s*g / cc. From the results of the inversion models based, found that the BSR in this study were in Parigi Formation with BSR depths ranging from 1100-1300 meters below the seabed.
2016
S64167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serly Rahmadani
Abstrak :
Pemanfaatan energi dari bahan bakar fosil menjadi pilihan yang paling diminati saat ini. Namun, penggunaanya menyebabkan permasalahan lingkungan yang menjadi salah satu pendorong untuk dikembangkan energi alternatif berbasis hidrogen. Hidrazin hidrat (N2H4.H2O) merupakan material yang dapat menghasilkan hidrogen melalui reaksi dehidrogenasi. Pada penelitian ini, katalis NiPtP/THS berhasil disintesis menggunakan metode impregnasi basah telah dibuktikan menggunakan instrumen karakterisasi XRF, XRD, FTIR, SAA, dan FESEM-EDX. Pengaruh penambahan dopan fosfor dari katalis natrium hipofosfit pada katalis bimetalik NiPt/THS diamati untuk mengetahui dampaknya terhadap peningkatan aktivitas katalitik. Katalis NiPtP0,2/THS menunjukkan performa katalitik yang paling baik dibandingkan variasi lain untuk reaksi dekomposisi hidrazin hidrat dengan nilai TOF sebesar 2392,26 h-1 dan selektivitas mencapai 96,71%. Energi aktivasi untuk reaksi dekomposisi hidrazin hidrat menggunakan katalis NiPtP0,2/THS diperoleh sebesar 46,87 kJ/mol. ......Currently, obtaining energy from fossil fuels is the most popular choice. However, its use causes environmental problems, which are one of the driving forces behind the development of hydrogen-based alternative energy. Hydrazine hydrate (N2H4.H2O) is a material that can produce hydrogen through a dehydrogenation reaction. In this study, the NiPtP/THS catalyst was successfully synthesized using a wet impregnation method, which has been proven using the XRF, XRD, FTIR, SAA, and FESEM-EDX characterization instruments. The effect of adding phosphorus dopant from a sodium hypophosphite catalyst to a bimetallic NiPt/THS catalyst was observed to determine its effect on increasing catalytic activity. NiPtP0.2/THS catalyst showed the best catalytic performance compared to other variations for the decomposition reaction of hydrazine hydrate, with a TOF value of 2392.26 h-1 and a selectivity of 96.71%. The activation energy for the decomposition reaction of hydrazine hydrate using NiPtP0.2/THS catalyst was obtained at 46.87 kJ/mol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Indrawati Judarta
Abstrak :
Telah dilakukan subtitusi 21% ’cementitious material’ flyash, trass dan limestone pada semen portland. Komposisi 75.5% clinker semen portland, 3.5% gips, 7% limestone dan 14 % variasi komposisi trass-flyash digiling bersama menghasilkan semen yang disebut semen portland komposit. Mekanisme hidrasi dan evolusi mikrostruktur pasta semen yang mengeras diamati pada umur 1,3,7,28 dan 56 hari dibandingkankan dengan semen Portland menggunakan metoda XRD dan SEM. Kalsium silikat hidrat, CSH sebagai fasa utama produk hidrasi semen portland diidentifikasi dengan pembentukan fasa Ca(OH)2. Dan reaksi posolanik flyash-trass pada semen portland komposit diidentifikasi melalui penurunan fraksi fasa Ca(OH)2. Morfologi CSH berupa serat berbentuk jarum diamati pada tiap umur hidrasi. Diperoleh hasil bahwa reaksi posolanik antara silika amorf pada trass dan flyash baru berlangsung setelah 7 hari sehingga kuat tekan mortar pada umur awal diperoleh hanya dari CSH hasil reaksi hidrasi semen portland. ......Substitution of 21% cementitious material flyash, trass and limestone in portland cement were carried out. Proportion of 75.5% Portland cement clinker, 3.5% gypsum, 7% limestone and 14% variation of trass-flyash were ground together and classified as Portland Composite Cement. Hydration mechanism and microstructure evolution of hardened paste at age of 1, 3, 7, 28 and 56 days were observed by XRD and SEM. Calcium Silicate Hydrate as main hydration products of Portland cement was identified by Ca(OH)2 formation and pozzolanic reaction by decreasing of Ca(OH)2 phase fraction. CSH as needle like fiber in the paste were identified in each age of hydration. Results showed that pozzolanic reaction of amorphous silica in trass and flyash just started to react after 7 days so that the early strength comes only from CSH of portland cement hydration.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>