Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Hasanah
"Indonesia merupakan salah satu penghasil karat alam yang besar di dunia. Karat merupakan komodltas parkabunan yang panting sabagai penghasil davisa nagara, dan merupakan panyadia lapangan karja sarta sakaligus sabagai sumbar pandapatan. Usaha-usaha untuk manggali sifat fisiko-kimia minyak biji karat balum banyakdilakukan, walaupun biji karat barpotansi digunakan sabagai sumbar minyak nabati. Dalam panalitian ini, sarbuk biji karat diakstraksi dangan manggunakan paralatan dastilasi soxhiat dan palarut yang digunakan adalah n-haksana. Hasil akstraksi yang barupa minyak dianalisis sifat-sifat fisiko-kimianya dan komponen asam lennak penyusun trigliseridanya ditentukan dengan menggunakan peralatan Kromatografi-Gas (GC). Minyak yang berhasil diekstraksi dari kedua jenis bji karet yang diteliti, mempunyai rendemen kurang lebih 51,57 % dari berat serbuk kering biji karet. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji karet terdirl dari: asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linolenat. Namun, untuk klon PR 300, asam miristat tidak terdeteksi dan untuk klon PR 307, asam linolenat dan asam stearat tidak terdeteksi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. A. Marlena
"Karet alam mempunyai sifat fisika yang unggul, seperti keliatan dan kelekatan yang tinggi, elastisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi pula. Sifat-sifat yang unggul ini menyebabkan karet alam dapat digunakan untuk barang industri dan perekayasaan terutama ban. Akan tetapi ketidakpolaran karet alam dan kandungan ikatan tidak jenuh yang tinggi di dalam molekul karet menyebabkan karet alam tidak tahan terhadap oksidasi, ozonolisis, panas, dan mudah mengembang di dalam oli atau minyak. Untuk mengimbangi kelemahan sifat karet alam dan memperoleh sifat khusus pada barang jadi karet khususnya non-ban, molekul karet alam perlu dilakukan modifikasi secara kimia ataupun fisika. Modifikasi secara kimia, yaitu dengan mencampurkankan karet alam dengan senyawa hidrofilik, seperti monometilol, sehingga terbentuk suatu campuran yang polaritasnya lebih tinggi. Peningkatan polaritas akan meningkatkan pula ketahanan karet alam terhadap oli, minyak atau pelarut organik. Penelitian ini merupakan studi pencampuran karet alam dengan senyawa hidrofilik dalam fasa lateks. Tahapan penelitian meliputi sintesis monomer hidrofilik dan kemudian mencampurkan senyawa tersebut dengan lateks DPNR. Percobaan pencampuran dilakukan pada suhu 30C dan 60C dengan inisiator hidrogen peroksida. Hasil percobaan dilarutkan dalam kloroform untuk analisis FTIR. Spektrum FTIR hasil percobaan menunjukkan terlihat perubahan puncak-puncak serapan di daerah bilangan gelombang sekitar =3200-3300 cm-1 untuk gugus NH dan =1600-1700 cm-1 untuk gugus karbonil. Ketahanan minyak hasil pencampuran lebih tinggi dibandingkan dengan karet DPNR biasa. Sifat fisik lainnya seperti kekuatan tarik, perpanjangan putus serta modulus 300% mengalami penurunan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nautika Sriwidjaya
"Untuk raengetahui komposisi jenis rayap subteran,
kelimpahan jenis dan sebarannya di areal tegakan karet
(Hevea brasiliensis M.A.) dan areal Pennisetum polystachyon
(L.) Schult., di Kampus UI-Depok:/ .telah dilakukan pengumpulan
sampel rayap dengan metode pancingan (baiting technique)...
Pengumpulan sampel dilakukan dengan menanam potongan kayu
karet sebagai umpan pada setiap petakan terpilih.
Pengamatan dilakukan setiap 3 mxnggu selama bulan
September-November 1987. Jumlah rayap yang terdapat pada
setiap kayu umpan dihitung, kemudian diidentifikasi dengan
menggunakan kunci identifikasi Tarumingkeng (1971) yang dimodifikasi.
Selain itu juga dilakukan pengukuran beberapa
faktor lingkungan, antara lain pH tanah, kelembaban udara,
suhu udara, dan tekstur tanah.
Di kedua areal penelitian diperoleh 4 jenis rayap sub
teran. Macrotermes gilvus dan Microtermes insperatus ditemukan
di areal tegakan Karet maupun areal P. polystachyon,
sedangkan Odontotermes javanicus dan Schedorhinotermes javaniaus
hanya ditemukan di areal tegakan karet. Perbedaan kelembaban
udara, dan tipe vegetasi ternyata berpengaruh terhadap kom
posisi jenis, dan kelimpahan jenis rayap subteran di dua
areal yang diteliti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Laurence
"Fenomena penyakit gugur daun Pestalotiopsis (PGDP) pada perkebunan karet yang disebabkan oleh Pestalotiopsis sp. menyebabkan penurunan area tutupan kanopi sebesar 75—90% diikuti penurunan produksi lateks hingga 45%. Patogen tersebut telah menginfeksi 383.000 ha perkebunan karet di Indonesia dan berdasarkan hasil lapangan, tidak teramati klon yang resistan terhadap PGDP. Pengendalian PGDP dengan fungisida memerlukan biaya yang besar sehingga diusulkan perakitan klon resistan untuk mengurangi dampak patogen terhadap produktivitas perkebunan karet. Oleh karena itu, diperlukan studi mengenai gen ketahanan pada tanaman karet. Gen HbPAL (Hevea brasiliensis phenylalanine ammonia lyase) diyakini dapat menjadi kandidat gen yang potensial sebagai kriteria seleksi terhadap ketahanan penyakit. Enzim PAL merupakan prekursor dalam sintesis asam salisilat yang berperan dalam aktivasi systemic acquired resistance (SAR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ekspresi gen HbPAL yang diduga merupakan salah satu gen ketahanan yang berperan dalam respons tanaman terhadap PGDP. Penelitian dilakukan dengan mengukur tingkat ekspresi gen HbPAL pada klon moderat (IRR 112) dan rentan (GT 1) dengan terlebih dahulu mempreparasi sampel daun sehat, perlukaan, dan perlukaan + infeksi. Sampel daun yang sudah dipreparasi diekstraksi RNAnya kemudian disintesis menjadi cDNA untuk selanjutnya dianalisis menggunakan real-time polymerase chain reaction (qPCR). Penelitian ini mengindikasikan adanya perbedaan ekspresi gen HbPAL antara daun sehat, perlukaan dan perlukaan + infeksi Pestalotiopsis sp. Hasil penelitian sesuai dengan hasil pengamatan lapangan yang menunjukkan keunggulan klon moderat IRR112 dibandingkan klon rentan GT 1. Meskipun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi validitas hasil penelitian, hal ini diakibatkan oleh adanya kelemahan dalam proses penelitian sehingga belum dapat disimpulkan adanya korelasi antara infeksi Pestalotiopsis sp. terhadap peningkatan ekspresi gen ketahanan HbPAL.

The phenomenon of Pestalotiopsis Leaf Fall Disease (PLFD) in rubber plantations caused by Pestalotiopsis sp. results in a reduction of the canopy coverage by 75—90%, followed by a decline in latex production of up to 45%. This pathogen has infected 383,000 hectares of rubber plantations in Indonesia, and field observations have not identified any clones resistant to PLFD. Controlling PLFD with fungicides involves a large cost, hence the proposal for the assembly of resistant clones to reduce the pathogen's impact on the productivity of rubber plantations. Therefore, studies on resistance genes in rubber plants are needed. The HbPAL gene (Hevea brasiliensis phenylalanine ammonia lyase) is believed to be a potential candidate gene as a selection criterion for disease resistance. The PAL enzyme is a precursor in the synthesis of salicylic acid, which plays a role in the activation of systemic acquired resistance (SAR). This research aims to determine the level of HbPAL gene expression, suspected to be one of the resistance genes that play a role in the plant's response to PLFD. The research was conducted by measuring the level of HbPAL gene expression in moderate (IRR 112) and susceptible (GT 1) clones by first preparing samples of healthy leaves, wounded leaves, and wounded + infected leaves. The prepared leaf samples were extracted for their RNA, then synthesized into cDNA, and subsequently analyzed using real-time polymerase chain reaction (qPCR). This study indicates a difference in the expression of the HbPAL gene between healthy leaves, wounded leaves, and wounded + infected leaves with Pestalotiopsis sp. The results are consistent with field observations indicating the superiority of the moderate clone IRR112 over the susceptible clone GT 1. However, further research is needed to validate the findings of this research due to gaps in the research method thus it is not possible to determine the correlation between Pestalotiopsis sp. infection and the increase in the expression of the HbPAL resistance gene."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windya Fajira
"Penyakit gugur daun Pestalotiosis sp. (PGDP) merupakan salah satu penyebab penurunan produksi lateks di Indonesia karena mampu menggugurkan 90% kanopi Hevea brasiliensis. Gejala pada PGDP yaitu timbul bercak cokelat pada permukaan daun. Upaya penanganan PGDP dapat dilakukan pengembangan klon tanaman karet unggul yang diawali dengan analisis ekspresi gen ketahanan. Salah satu gen ketahanan yang berperan pada sistem pertahanan pertama adalah gen Hevea brasiliensis Poliphenol Oxidase (HbPPO) yang dapat mengaktivasi sistem Reactive Oxygen Species (ROS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan profil ekspresi HbPPO pada tanaman karet sehat, mengalami luka, dan terinfeksi Pestalotiopsis sp. serta perbandingan profil ekspresi HbPPO pada tanaman karet klon moderat IRR 112 dan rentan GT 1 di hari ketiga dan keenam. Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan ekspresi gen HbPPO pada setiap perlakuan serta pada kedua klon. Proses untuk mengetahui ekspresi HbPPO dimulai dengan dilakukan ekstraksi RNA dari daun H. brasiliensis kemudian hasil ekstraksi disintesis menjadi cDNA. Hasil sintesis cDNA digunakan sebagai template quantitative polymerase chain reaction (qPCR). Berdasarkan hasil qPCR diperoleh nilai Ct yang selanjutnya diolah menggunakan rumus Livak. Hasil penelitian belum dapat menunjukkan tingkat ekspresi gen HbPPO pada klon IRR 112 dan klon GT 1 pada semua perlakuan karena data ekstraksi RNA pada penelitian belum diverifikasi dengan melakukan elektroforesis dan belum terdapat kurva standar sebagai acuan penggunaan rumus Livak. Hasil penelitian ini berupa dugaan adanya perbedaan ekspresi gen HbPPO pada tanaman Hevea brasiliensis sehat, dengan perlakuan pelukaan, dan perlakuan pelukaan+infeksi Pestalotiopsis serta antara klon GT 1 dan IRR 112. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data korelasi ekspresi gen HbPPO dan infeksi Pestalotiopsis yang akurat.

Leaf fall disease caused by Pestalotiosis sp. has been identified as a factor contributing to the decline in latex production in Indonesia, as it can lead to the deciduous of approximately 90% of Hevea brasiliensis canopy. The symptoms of its disease manifest as brown spots on the leaf surface. In response to this issue, an approach to against this disease involves the development of superior rubber plant clones, initiated with an analysis of resistance gene expression. Among the resistance genes involved in the primary defense system is the Hevea brasiliensis Polyphenol Oxidase (HbPPO) gene, which activates the Reactive Oxygen Species (ROS) system. This study aimed to compare the expression profiles of the HbPPO gene in healthy, wounded, and infected rubber plants with Pestalotiopsis sp., as well as compare the HbPPO expression profiles between the IRR 112 moderate clone and the GT 1 susceptible clone on the third and sixth days. The hypothesis of this study posits that there are variations in HbPPO gene expression across the different treatments and between the two clones. To evaluate the HbPPO expression levels, the process began with RNA extraction from H. brasiliensis leaves, followed by the synthesis of the extracted RNA into cDNA. The cDNA obtained was then used as a template for quantitative polymerase chain reaction (qPCR). The Ct values obtained from qPCR were subsequently processed using the Livak formula to assess the relative gene expression levels. The results have been unable to demonstrate HbPPO expression due to unverified RNA data through electrophoresis and the absence of a standard curve. The study imply disparities in HbPPO gene expression among healthy Hevea brasiliensis plants, wound treatment, and wounded+Pestalotiopsis infection treatment, also variations between GT 1 and IRR 112 clones. Therefore, further research is imperative to acquire precise data regarding the correlation between HbPPO gene expression and Pestalotiopsis infection."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Nida Hamidah
"Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis (PGDP) merupakan penyakit yang menyerang perkebunan karet Indonesia sejak tahun 2017 dengan tingkat keparahan yang tinggi berupa tajuk pohon meranggas sebanyak 75–90% hingga berakibat pada menurunnya produksi lateks sebesar 45%. Penyakit tersebut disebabkan oleh fungi Pestalotiopsis sp. yang dapat menyerang semua jenis klon tanaman karet, seperti klon PB 260 yang memiliki ketahanan moderat dan GT 1 yang rentan. Analisis mikromorfologi daun H. brasiliensis dari klon moderat dan rentan yang diinokulasi dengan Pestalotiopsis sp. perlu dilakukan untuk mengetahui respons daun terhadap infeksi patogen. Sampel daun H. brasiliensis diberi perlakuan berupa pelukaan, inokulasi, dan pelukaan+inokulasi pada tiga area secara detached leaf dengan tiga kali ulangan. Pengamatan dilakukan pada daun segar sejak hari pertama hingga hari ketiga pasca pemberian perlakuan. Setelah itu, daun dibuat menjadi sediaan mikromorfologi yang mewakili perkembangan gejala pada tiga time point, yaitu 1, 2, dan 3 hari setelah inokulasi. Respons yang ditunjukkan adalah munculnya gejala penyakit pada daun berupa terbentuknya lesi patogenik yang terdiri atas zona miselia dan zona nekrotik serta perkembangan hifa yang cenderung bergerak menuju pertulangan daun. Lesi patogenik yang terbentuk pada daun H. brasiliensis klon PB 260 memiliki karakteristik berupa zona nekrotik dengan luas area yang lebih besar daripada zona miselia. Sebaliknya, lesi patogenik yang terbentuk pada klon GT 1 memiliki zona miselia dengan luas area yang lebih besar daripada zona nekrotik.

The Pestalotiopsis Leaf Fall Disease (PLFD) is a disease that has been affecting rubber plantations in Indonesia since 2017, exhibiting a high severity level characterized by the defoliation of tree canopies ranging from 75-90%, consequently leading to a 45% decline in latex production. PLFD is caused by the fungus Pestalotiopsis sp., which can infect all types of rubber tree clones, such as the PB 260 clone with moderate resistance and the susceptible GT 1 clone. Micro-morphological analysis of H. brasiliensis leaves from both moderate and susceptible clones inoculated with Pestalotiopsis sp. is necessary to understand the leaf response to pathogen infection. Hevea brasiliensis leaf samples were subjected to treatments including wounding, inoculation, and wounding+inoculation on three detached leaf areas with three replications. Observations were made on fresh leaves from day one to day three post-treatment application. Symptoms included pathogenic lesion formation surrounded by necrotic areas and hyphal development toward leaf veins. Pathogenic lesions that form on the leaves of H. brasiliensis clone PB 260 are characterized by a necrotic zone with an area larger than the mycelial zone. In contrast, the pathogenic lesions formed in the GT 1 clone had a mycelial zone with a larger area than the necrotic zone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Putu Wibisana Wikananda
"

Tanaman Hevea brasiliensis merupakan tanaman yang banyak ditanam di Indonesia, karena lateks yang bernilai ekonomi tinggi. Alternatif metode konvensional budidaya H. brasiliensis adalah dengan metode kultur in vitro. Namun, penelitian kultur in vitro memiliki hambatan berupa rentannya kontaminasi, baik dari eksplan, medium, dan alat bahan yang diapaki. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi dan memilih antara enam jenis sterilan dan kombinasinya yang paling efektif terhadap kontaminasi dalam kultur tangkai daun H. brasiliensis. Hipotesis yang diajukan adalah perlakuan perendaman dengan NaOCl 5,25%, H2O2 20%, dan alkohol 70% selama masing-masing lima menit adalah perlakuan sterilisasi paling efektif dalam menghadapi kontaminasi. Eksplan tangkai daun diberi lima perlakuan dan satu kontrol, yakni kontrol dengan perendaman NaOCl 5,25%, perlakuan 1 dengan perendaman NaOCl 5,25% dan H2O2 20%, perlakuan 2 dengan perendaman NaOCl 5,25% dan alkohol 70%, perlakuan 3 dengan   perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan H2O2 20%, perlakuan 4 dengan perendaman NaOCl 5,25%, alkohol 70%, dan H2O2 20%, dan perlakuan 5 dengan perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan alkohol 70%.  Empat perlakuan memiliki efektivitas dalam mencegah kontaminasi, yakni perendaman dengan NaOCl 5,25% dan H2O2 20%, perendaman dengan NaOCl 5,25% sebanyak dua kali dan H2O2 20%, perendaman NaOCl 5,25%, alkohol 70%, dan H2O2 20%, serta perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan alkohol 70%. Sementara itu, perlakuan NaOCl 5,25% dan alkohol 70% berhasil menahan pencokelatan pada persentase 50% di minggu kedelapan. Oleh karena itu, perlakuan yang lebih baik dalam mengurangi kontaminasi dan pencokelatan adalah perendaman dengan NaOCl 5,25% dan alkohol 70%.


Hevea brasiliensis is a plant that is widely grown in Indonesia, because its latex has high economic value. An alternative to the conventional method of cultivating H. brasiliensis is the in vitro culture method, but this method has a disadvantages, especially its risk to contamination from explant, medium, and tools. So, the aim of this research is to optimize and select between six types of sterilants and their combinations that are most effective against contamination in the culture of H. brasiliensis leaf stalks. The hypothesis proposed is that soaking treatment with 5.25% NaOCl, 20% H2O2 and 70% alcohol for five minutes each is the most effective sterilization treatment in dealing with contamination. Petiole explants were given five treatments and one control, namely control by immersion in 5.25% NaOCl, treatment 1 by immersion in 5.25% NaOCl and 20% H2O2, treatment 2 by immersion in 5.25% NaOCl and 70% alcohol, treatment 3 by soaking in 5.25% NaOCl twice and 20% H2O2, treatment 4 by soaking in 5.25% NaOCl, 70% alcohol and 20% H2O2, and treatment 5 by soaking in 5.25% NaOCl twice and 70% alcohol.  Four treatments were effective in preventing contamination, namely soaking with 5.25% NaOCl and 20% H2O2, soaking twice with 5.25% NaOCl and 20% H2O2, soaking with 5.25% NaOCl, 70% alcohol, and 20% H2O2 %, as well as soaking twice in 5.25% NaOCl and 70% alcohol. Meanwhile, treatment with 5.25% NaOCl and 70% alcohol succeeded in preventing browning at a percentage of 50% in the eighth week. Therefore, a better treatment in reducing contamination and browning is soaking with 5.25% NaOCl and 70% alcohol.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bako, Rifa Mutiara
"ABSTRACT
Kering alur sadap (KAS) merupakan salah satu penyakit fisiologis utama yang menyerang tanaman karet. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan marka DNA terkait KAS untuk seleksi klona karet toleran KAS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putranto in prep., terdapat primer marka ekspresi dari genom Hevea brasiliensis yang diduga terkait dengan KAS. Primer HbMQ1, HbMQ2, HbMQ3, HbMQ4, dan HbMQ5 dipilih karena primer tersebut mentarget gen terkait etilen (HbERFs) yang berperan dalam ketahanan terhadap KAS yaitu HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui profil hasil ekspresi HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 pada dua klona tanaman karet (PB 260 dan PR 300) serta mendesain primer untuk marka DNA yang digunakan dalam deteksi penyakit KAS. Hasil ekspresi kelima gen yang didapatkan dari hasil real-time qRT-PCR dengan kelima primer tersebut, dijadikan pertimbangan untuk kandidat marka DNA. Selanjutnya, marka DNA didesain secara in silico. Secara umum, hasil profil regulasi ekspresi menunjukkan bahwa kelima gen tersebut teregulasi positif pada tanaman karet yang terserang KAS pada kedua klona pohon karet (PB 260 dan PR 300) dan kelima gen teregulasi negatif pada tanaman yang terjangkit JAP pada kedua klona, kecuali gen HbERF-VIIa12. Oleh karena itu, gen HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 berpotensi dikembangkan sebagai marka DNA. Profil regulasi ekspresi gen HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 menunjukkan gen-gen tersebut merupakan marka ekspresi dari tanaman karet yang terserang KAS dan telah berhasil dikembangkan sebagai marka DNA di tingkat in silico.

ABSTRACT
Tapping panel dryness (TPD) is the main physiological disease attacking rubber tree clones. To overcome the problem, the development of rubber tree clones tolerant to TPD is important. The breeding programs can now be accelerated by developing molecular markers. Based on the research conducted by Putranto in prep., there are expression markers primers from the Hevea brasiliensis genome related to tapping panel dryness (TPD). The primer of HbMQ1, HbMQ2, HbMQ3, HbMQ4, and HbMQ5 were chosen because the primers had ethylene-related target genes (HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13 and HbERF-VIIIa14) that are suspected to play a role in TPD response. The purpose of this study was to determine the profile expression of HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13 HbERF-VIIIa14 from two clones of rubber plants (PB 260 and PR 300) and to design primers for DNA markers to be used in the detection of TPD disease. The expression profile of the five genes obtained from real-time qRT-PCR results, will be taken into consideration for candidate DNA markers. Next, DNA markers are in silico designed. In general, the results of expression regulation profile showed that the five genes were up-regulated in TPD-affected rubber trees in both clones. The five gene expression regulation profiles were also down-regulated in both WRR-infected rubberclones, except for the HbERF-VIIa12 gene. Therefore, the HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13 and HbERF-VIIIa14 genes have the potential to be developed as DNA markers. The expression ratio of HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, and HbERF-VIIIa14 showed that these genes are expression markers of rubber plants that have TPD and have been successfully developed as DNA markers at the in silico level."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manningara
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan biodiesel (metil ester) menggunakan minyak yang diekstraksi dari biji karet. Biji karet yang digunakan adalah klon PB 280. Serangkaian pengujian telah dilakukan untuk melihat sifat fisiko-kimia dari minyak biji karet maupun kualitas dari biodiesel yang yang dihasilkan. Minyak yang dapat diekstrak dari biji karet klon PB 280 adalah sekitar 49,03 % dari berat serbuk kering. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji karet tersebut terdiri dari; asam palmitat (9,39%), asam stearat (12,07%), asam oleat (18,03%), dan asam linoleat (60,51%). Metil ester dibuat dengan menambahkan 64 g minyak ke dalam 27 mL metanol-KOH 1,5% berat, dicampurkan hingga larut dalam Erlenmeyer tertutup. Setelah larut, campuran diaduk dengan pengaduk magnetik dengan suhu sekitar 50 0C selama 30 menit dalam keadaan tertutup. Metil ester yang dihasilkan memiliki berat sekitar 96,18% dari berat awal minyak. Hasil pengujian pada biodiesel dari minyak biji karet ini membuktikan bahwa biodiesel tersebut cukup untuk memenuhi standar internasional. Biodiesel yang dihasilkan dari minyak biji karet hasil ekstraksi ini dapat diperkirakan termasuk dalam kategori bahan bakar minyak diesel no. 2-D. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawati
"Karet alam merupakan produk ekspor yang sangat penting dan Indonesia merupakan negara kedua terbesar penghasil karet alam setelah Thailand. Karet alam termasuk contoh polimer alam, yang dihasilkan dari tanaman Hevea brasiliensis. Karet alam adalah senyawaan hidrokarbon hasil penggumpalan lateks alam yang merupakan makromolekul poliisoprena (C5H8)n yang bergabung secara ikatan kepala ke ekor {head to tail). Pada penelitian ini dilakukan radiasi ultrasonik pada sampel lateks kebun (LK) dan lateks pekat (LP) selama 1, 2, 3 dan 4 jam, lalu dikarakterisasi berat molekul (BM), kadar nitrogen, kadar gel dan gugus fungsi. Hasil yang diperoleh didapat penurunan kadar nitrogen pada sampel lateks kebun dan lateks pekat begitupula pada uji BM terjadi penurunan namun pada sample LK dan LP yang dilarutkan dalam toluena 0,5% dan 1,0% namun karena distribusi BM karet sangat besar jadi penurunan BM ini masuk dalam range distribusi BM sehingga tidak terjadi penurunan BM pada karet yang diradiasi ultrasonik, kadar gel mengalami penurunan pada LK waktu radiasi sampai 2 jam dan pada LP terjadi kenaikan kadar gel, uji FTIR terjadi perubahan pada gugus nitrogen pada LK, sedangkan gugus yang lain tidak terjadi perubahan bila dibandingkan dengan kontrol setelah radiasi ultrasonik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>