Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bilen, Osman
Washington, D.C.: The Council for Research in Values and Philosophy, 2000
121.686 BIL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grondin, Jean
Jakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016
901 GRO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
E. Sumaryono
Yogyakarta: Kanisius, 1999
121.68 SUM h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aulia Reinisa
Abstrak :
Sastra terjemahan khususnya yang bertemakan cerita rakyat memiliki nilai budaya yang dibawa dari asal cerita rakyat tersebut. Perbedaan nilai budaya pembaca dengan asal cerita rakyat menjadi suatu hal yang menarik karena adanya proses transfer budaya. Perbedaan ini juga akan menyebabkan munculnya elemen-elemen fremdheit keasingan dari posisi pembaca, yaitu sebagai das Eigene milik sendiri yang berasal dari Jerman saat membaca karya ldquo;Prinzessin Kemang. rdquo; Proses verstehen antara pembaca dan nilai budaya Indonesia dalam hal ini sebagai das Fremde asing yang terkandung di dalam Prinzessin Kemang akan dicapai seiring dengan selesainya pembaca membaca buku tersebut. Selain itu proses verstehen juga dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan pembaca terhadap Indonesia. Hasil yang didapat dari proses verstehen adalah bertambahnya pengetahuan pembaca akan Indonesia karena adanya proses transfer dari das Fremde ke dalam das Eigene. Kedua hal ini membuat fremdheit yang ditangkap bukan lagi menjadi hal yang asing, maka dari itu posisi das Fremde dapat berubah menjadi das Eigene. Analisis menggunakan konsep semiotika dan konsep fremdheit dalam hermeneutik interkultural. ......The translated literature particularly on the theme of folklore has cultural values that brought from the origins of folklore itself. The differences in cultural values of the reader and the origin of folklore become an interesting thing because of the process of cultural transfer. These differences will also cause the appearance of fremdheit strangeness elements from the reader 39;s position as das Eigene the self who comes from Germany when he/she reads Prinzessin Kemang. The understanding process verstehen between the reader and the cultural values ?? ??of Indonesia in this case as das Fremde the foreign which contained in Prinzessin Kemang will be achieved as the reader finishes reading the book. In addition, the understanding process verstehen is also influenced by the background of the reader 39;s knowledge about Indonesia. The result is an increase in reader 39;s knowledge of Indonesia due to the transfer process from das Fremde into das Eigene. Both of these make fremdheit that captured will no longer as a strange thing, therefore das Fremde position may turn into das Eigene. The analysis uses the concept of semiotics and the concept of fremdheit in intercultural hermeneutics.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Widianti
Abstrak :
Skripsi ini membahas pandangan antikekerasan dan antirevolusi Goethe yang digambarkan melalui metafora-metafora dalam Novella (1826). Beberapa perubahan dari konsep awalnya berjudul Die Jagd (1797) hingga proses penulisannya di tahun 1826 menggambarkan perkembangan pandangan Goethe mengenai kekerasan dan revolusi. Untuk menganalisis permasalahan itu, digunakan teori Hermeneutik Gadamer, yang mengedepankan peleburan cakrawala pembaca dan cakrawala teks, terutama unsur historisnya. Makna berbagai metafora ini menggambarkan pandangan antikekerasan dan antirevolusi Goethe, bahwa semua itu bisa diatasi dengan seni dan keyakinan.
The focus of this study is Goethe's of anti-violence and anti-revolution through metaphors in his work, Novella (1826). Some changes from the first concept titled Die Jagd (1797), to the process in 1826 show the expand of his view about violence and revolution. To analyze this, I used Gadamer?s hermeneutic theory, which point the fusion of the reader's and the text?s horizon, especially from the historical side. The meaning of these metaphors explains Goethe?s view that art and faith can conquer violence and revolution.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14819
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Harsono Viery
Abstrak :
Tulisan ini bertujuan untuk rekonstruksi Gedanke Frege yang dapat diperluas pada analisis seperti sastra, humaniora, dan bahasa sehari-hari. Dalam tulisan ini, Gedanke diinterpretasikan sebagai potensialitas kebenaran dalam setiap pernyataan, di mana semua pernyataan dapat dimungkinkan benar dan dapat diserap per kalimatnya tanpa terlebih dahulu menuntut jalinan kalimat lainnya atau konteks eksternal yang memotivasi kalimat tersebut. Potensialitas tersebut mensyaratkan adanya korelasi antara Gedanke dengan `ada` sebagai penunjuk bahwa kalimat selalu merepresentasikan `ada` dalam konteks kalimat itu sendiri. Hal tersebut memerlukan sebuah interpretasi baru, karena kecenderungan komentator Frege yang cenderung mengatribusikan Gedanke dengan Being as such. Dari sana, potensialitas kebenaran berkorelasi dengan informasi yang kita miliki, sehingga ada proses saling merefleksi antara informasi dari konteks kalimat sendiri dengan kita, di mana yang benar adalah menjadi fakta. Dapat dikatakan, informasi bukan saja melebur, tetapi menjadi komparasi. Terakhir, fakta digunakan kembali untuk dikomunikasikan melalui pernyataan. Lingkaran interpretasi Gedanke tersebut saya sebut sebagai `hermeneutik analitik`. Sebuah konsep yang inheren dalam tradisi hermeneutika sekaligus analitik dalam perdebatan bahasa dan kebenaran. Hal tersebut merupakan perdebatan yang dimungkinkan dalam tulisan ini, sekaligus konsekuensi lebih luas dari aplikabilitas Gedanke dalam ranah bahasa yang lebih luas dari bahasa matematis. Metode yang dipakai adalah refutasi terhadap definisi gedanke seperti dari Dummet paralel dengan interpretasi Gedanke secara stipulatif, serta mengkonstruksi definisi stipulatif dari kalimat dan demonstratif teori John Perry dan Gareth Evans.
This paper aims to reconstruct Frege`s Gedanke which can be extended to analyzes literature, humanities, and everyday language. In this paper, Gedanke is interpreted as the potentiality of truth in each statement, in which all statements can be possibly true and can be absorbed per sentence without first demanding other interlacing sentences or the external context that motivates the sentence. This potential requires a correlation between Gedanke and being as a pointer that the sentence always represents being in the context of the sentence itself. This requires a new interpretation, because of the tendency of Frege commentators who tend to attribute Gedanke to Being as such. From there, the potentiality of truth correlates with the information we have, so that there is a process of mutual reflection between information from the context of our own sentence, where the truth is fact. It can be said, information is not only fused, but becomes a comparison. Finally, the facts are reused to be communicated through statements. I call the Gedanke circle of interpretation "herhemeutic analytic." A concept inherent in the hermeneutic tradition as well as analytic in language and truth debates. This is the debate that is possible in this paper, as well as wider consequences of the applicability of Gedanke in the wider realm of language than mathematical language. The method used is the refutation of the definition of gedanke as from Dummet parallel with the stipulative interpretation of Gedanke, as well as constructing the stipulative definition of the sentence and demonstrative theories of John Perry and Gareth Evans
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Banus, Enrique
Abstrak :
Uni Eropa menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Dialog Antarbudaya. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap keberagaman budaya. Dalam dunia yang semakin terglobalisasi dan saling tergantung, kemampuan untuk melakukan dialog yang menjunjung tinggi toleransi merupakan keahlian yang harus dimiliki semua bangsa dan individu. Karenanya, dialog antarbudaya bukanlah pekerjaan yang mudah. Artikel ini hendak memaparkan berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam dialog antarbudaya, termasuk yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai pengertian budaya itu sendiri. Kebudayaan di satu sisi merupakan sebuah ruang terbuka yang menerima dan menyerap pengaruh dari luar. Namun di sisi lain kebudayaan merupakan ruang tertutup yang menganggap pengaruh sebagai ancaman. Hal ini menggiring kepada pembicaraan mengenai kesulitan dalam melaksanakan dialog antarbudaya, salah satunya dengan me-lihat dialog sebagai sebuah proses hermeneutik.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
JKWE-3-3-2007-22
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Gumira Ajidarma, 1958-
Abstrak :
Tujuan dari tesis ini adalah menggali dan membuktikan secara filosofis, bahwa fotografi adalah wacana pengetahuan yang mungkin menjadi kajian ilmu pengetahuan. Dalam tesis ini fotografi menjadi bahan kajian ontologi, yakni ilmu pengetahuan mengenai yang-ada pada dasarnya bisa dicerap dan ditangkap pancaindra. Pengertian ada dalam perbincangan tentang fotografi ini mengacu kepada ontologi Heidegger, yang menolak ontologi tradisional : ada selalu berarti berada dalam dunia yang berkesadaran Da-sein. Tujuan tesis ini menunjukkan bagaimana fotografi ada dalam pendekatan Da-sein sebagai subyek yang memotret dan subyek yang memandang agar dari perbincangan ontologis ini tergambarkan kesadaran manusia dalam caranya melukiskan hubungan yang tidak terpisahkan antara jiwa dan raga
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusro Edy Nugroho
Abstrak :
Wulang Putri (WP) adalah nama salah satu teks didaktik moralistik bagi wanita dalam kesusastreraan Jawa klasik. Dari sejumlah teks piwulang wanita, WP karya Nyi Adisara adalah salah satu dari sedikit teks didaktik yang yang lahir dari tangan wanita. Teks WP ditulis dalam bentuk fembcmg mencapai yang berisi tuntunan hidup bagi wanita yang hidup di lingkungan kraton Jawa khususnya pada kurun waktu akhir abad XIX. Karya yang ditulis oleh Nyi Adisara ini terbukti cukup banyak diminati pembaca sehingga banyak dilakukan penyalinan terutama oleh kerabat raja dan tersebar hingga ke kraton-kraton Jawa yang Iain di luar kraton Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana memahami dan mengerti eksistensi karya sastra piwuiang karya seorang wanita Jawa pada kurun waktu kurang lebih satu abad yang lalu. Memahami sebuah teks yang lahir pada masa lalu, dengan bahasa dan latar belakang sosial yang berbeda, tentu saja tidak semudah memahami teks yang lahir pada dunia kekinian. Usaha untuk mengerti sebuah teks sastra Jawa klasik dengan segala latar belakang sosialnya selanjutnya dicoba dilakukan melalui pendekatan hermeneutika. Tujuan penelitian ini yang mula-mula adalah menghadirkan suntingan teks WP karya Nyi Adisara dan selanjutnya mencoba mengerti isi ajarannya dengan cara membuka tabir maknanya dalam dua tingkat pemahaman, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teks WP yang pada mulanya beljumlah 13 naskah, namun karena adanya perbedaan versi naskah yan cukup jauh maka hanya 9 naskah saja yang dikaji dalam penelitian ini. Kesembilan naskah itu meripakan naskah yang diyaldni dapat dikelompokkan ke dalam satu versi dan diberi nama WP versi Nyi Adisara Hasil penelitian terhadap teks WP karya Nyi Adisara menunjukkan bahwa secara gramatikal teks piwulang itu dapat diinterpretasikan sebagai sebuah wacana nasihat yang dituturkan dalam sebuah kalimat panjang tentang sikap hidup yang harusnya dimiliki oleh wanita, khususnya para putrl kraton Surakarta yang hidup di akhir abad XIX. Sementara secara psikologis gagasan Nyi Adisara dalam teks WP dapat ditafsirkan sebagai produk pengajaran bagi wanita yang tidak semata-mata menonjolkan ketrampilan mempercantik diri secara fisik saja, namun lebih dari im seorang wanita, putri kraton tentunya, harus marnpu rnengendalikan did terhadap sifat-sifat buruk manusia dan menjalankan rapabrata hingga dilimpahi rahrnat oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran yang disampaikan oleh pengarang Iebih rnenekankan pada usaha pembentulckan kepribadian wanita secara ideal untuk menyikapi situasi dan zaman yang sangat tidak memihak pada kepentingan wanita_ Nyi Adisara menyarankan agar wanita seialu cermat dalam hidup, bemsaha selalu berintrospeksi, Serta mampu mengendalikan hati dari dorongan-dorongan nafsu indrawi. Teks WP merupakan kata hati seorang wanita Jawa yang berusaha menyikapi zaman dengan bahasa batin yang sangat halus, menyiapkan generasi penerusnya agar mampu meredarn nafsu indrawi dan mendekatkan did kepada Tuhan Yang Maha Esa. ...... Wulang Putri (Teachings for Women) is one of didactic moralistic texts, in Javanese classical literature, for women. Out of many texts of teachings for women, WP written by Nyi Adisara was born from a female?s hands. WP texts are written in the form of macapat (a specific kind of song) which contain guidance for life for women living in Javanese Palaces, particularly during the period of late 19 century. This work of Nyi Adisara attracts a fairly big number of readers that it had been copied quite considerably by royal families and had also spread over Javanese Palaces other than Surakarta palace. The main issue in this study was how the existence of a work of teachings written one century ago by a Javanese woman can be understood. Understanding a text which was born in an ancient time and which has different language and social background is certainly not as easy as understanding texts born in present time. To understand this Javanese classical work with all of its social background, then a hermeneutic approach had been used. This study was intended first to present a Nyi Adisara?s WP text and then to disclose their meanings in two types of understandings, i.e. grammatical and psychological interpretations. The data source used for this study was initially 13 WP texts. However, because there were quite significant differences in the versions of' the texts, only 9 texts were reviewed in this study. These nine texts can be conceived as having properties that allow the grouping of them into one single version called Nyi Adisara?s version of WP. The review on these WP texts of Nyi Adisara. shows that grammatically these texts of teachings can be interpreted as advises presented in a long sentence illustrating the attitudes in life that should be adopted by women, particularly the royal females of Surakartan palace of late 19 century. Psychologically, Nyi Adisara?s ideas contained in her WP texts can be interpreted as the products of teachings for women. According to Nyi Adisara, women should not just emphasize the skills in showing OE their bodily beauties, but should also be able to refrain themselves from bad conducts and undergo tapabrata (a hermeneutic conduct), in order that the God will always bless them. The teachings conveyed by Nyi Adisara emphasize more on attempts that should be made by women for establishing ideal personalities suitable for acting on the situations and eras not favorable for the interests of women, Nyi Adisara recommends that women should always be careful in life, sensible, introspective and able to refrain from the temptations of sensory desires. WP texts constitute the voices of the deepest heart of a Javanese woman trying to act on her era by using the finest inner body language and to prepare her younger generations who should be able to control their sensory desires and to keep close to the God.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T4916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>