Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwin Silman
Abstrak :
ABSTRAK
Pada tahun 1987 dan 1991 terjadi wabah Hepatitis E (HE) di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Sampai saat ini di Indonesia belum ada angka-angka yang jelas mengenai prevalensi HE, khususnya mengenai endemisitas. Tujuan penelitian adalah mendapatkan prevalensi petanda serologik VHE pada penderita tersangka hepatitis akut dan pada orang sehat.

Pemeriksaan anti-VHE IgG dilakukan terhadap 192 sampel (31 anak, 161 dewasa) penderita tersangka hepatitis akut dan 75 sampel dari orang sehat. Hasil anti-VHE IgG yang positif dikonfirmasi dengan Western Blot (WB).

Tidak dijumpai anti-VHE IgG positif pada populasi sehat yaitu donor darah. Di Jakarta dijumpai hepatitis virus E secara endemik, dengan prevalensi anti-VHE IgG pada kelompok tersangka hepatitis akut sebesar 3,3%. Dari 48 orang dewasa tersangka hepatitis A akut ada 1 orang dengan anti-VHE IgG positif setelah konfirmasi. Adanya hasil anti-VHA IgM dan anti-VHE IgG positif mungkin disebabkan oleh adanya superinfeksi dari HA atau terjadi infeksi ganda HA dan HE. Pada anak tersangka hepatitis akut maupun hepatitis A (HA) akut tidak ada yang anti-VHE IgG positif.

Penelitian HE masih perlu dilanjutkan untuk mengetahui sampai berapa jauh dampaknya di Indonesia. Kriteria sampel dan keadaan lingkungan hidup dapat mempengaruhi prevalensi penyakit. Untuk HE akut sebaiknya dilakukan pemeriksaan anti-VHE IgM bila reagen anti-VHE IgM sudah tersedia. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pemeriksaan pada penderita hepatitis yang diduga penularannya melalui fekal-oral, terutama pada daerah endemis.
ABSTRACT
Epidemies of Hepatitis E at Sintang, West Kalimantan on 1987 and 1991 were reported. However, endemicity of this disease in Indonesia is still unknown. The aim of this study is to determine the prevalence of serologic marker for HEV in patients with suspected acute hepatitis as well as in healthy individuals.

IgG Anti-HEV was determined on 192 samples from patients with suspected acute hepatitis (31 children and 161 adults), and 75 samples of blood donors. Positive results were confirmed by Western blot method.

None of the blood donors positive for IgG anti-HEV. We found viral hepatitis Eendemic in Jakarta with prevalence of 3,3% among acute hepatitis patients. One out of 48 adult patients with suspected hepatitis A was anti-HEV confirmed positive, this finding probably caused by HAV superinfection or coinfection of HAV and HEV. None of children with suspected acute hepatitis or hepatitis A was anti-HEV positive.

This study need to be continued on other places in Indonesia to find how big the problem of HEV infection is. For diagnosis of acute hepatitis E, IgM anti-HEV should be used. Anti-HEV should be considered as one of parameters in diagnosis of patients with acute hepatitis, especially in endemic areas.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yasep Setiakarnawijaya
Abstrak :
Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung sekali kepada sumber daya dan kondisi lingkungan yang mereka miliki. Air merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk berbagai keperluan sehari-hari, namun karena kurangnya air bersih didukung oleh kebiasaan dan lingkungan yang tidak sehat, tidak jarang masyarakat menggunakan air apa saja yang ada disekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan. Akibatnya tidak jarang masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti Hepatitis E Virus (HEV). HEV merupakan penyakit yang sering mewabah di daerah yang sulit sumber air bersih sehingga masyarakat menggunakan satu sumber air secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhannya. HEV menular melalui jalur penularan fecal-oral maka penggunaan air sungai yang dipakai bersama-sama untuk berbagai penggunaan akan memicu terjadinya penularan. Diperparah oleh lingkungan dan kebiasaan yang buruk sehingga tidak jarang mengakibatkan epidemic bahkan endemis. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mencoba mengetahui pengaruh penggunaan air sungai untuk keperluan sehari-hari terhadap kejadian HEV. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Kasus-Kontrol yang dilakukan di daerah endemis HEV di Bondowoso pada tahun 2000-2001 yang melibatkan 398 responden. Kelompok kasus merupakan masyarakat yang pernah mengalami HEV pada satu tahun terakhir sementara kontrol adalah masyarakat setempat yang tidak pernah menderita HEV. Hasil penelitian menunjukan bahwa variable penggunaan sungai merupakan variable yang berpengaruh terhadap kejadian HEV (p value~,036 dan cOR=1,59). Selain penggunaan air sungai variable yang menunjukan kebermaknaan adalah variable kebersihan lingkungan (p-value=0,000 dan cOR 2,94) yang sekaligus merupakan variable perancu bagi variable penggunaan sungai. Hasil analisa multivariate menunjukan model matematis sebagai berikut : Kejadian HEV = -0.755 + 0.216 Penggunaan Air Sungai + 1.025 Kebersihan Lingkungan Rumah Peran faktor risiko lain diluar yang telah diteliti masih perlu untuk diteliti. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan usaha pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat mengenai PUBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan cara yang dapat dilakukan selain intervensi secara teknis. Daftar Bacaan : 28 (1985-1999)
Effect of River Water Usage toward Hepatitis E Virus Infection (Study at S Endemic Villages in Bondowodo District, East Java 2000-2001) To gain their need people has strong dependency to natural resources surround them. Fresh water is primary need that has to be fulfilling for their survival. But one or more reason caused lack of fresh water resource and induced by unhealthy attitude and environment, people used available water in their surrounding although worse in quality. The results of this condition are people frequently get health disorder such as Hepatitis E Virus. HEV is one of the most frequent endemic diseases in a lack of fresh water area. HEV spread trough fecal-oral transmission, so, daily usage of river water for whole community cause the spreading of disease. Induced by unhealthy attitude and environment the spreading becomes epidemic, event in most cases become endemic. To solve the-problem, a research which Their objectives are to find the effect of river usage toward HEV and others factor that may have association must be conduct. This research is a case-control design that implemented at endemic area in Bondowoso 2000-2001 which involve 398 people as samples. Case groups selected from community who get HEV during last year and the control groups are their neighbors who never shown have HEV symptoms. The results state that river usage has a significant effect toward HEV (p-value=0.036 and crude OR--l.59). Beside, unhealthy environment shown the same result in causing REV infection (p-value=0.000 and crude OR=2.94) respectively. Further more, the multivariate analysis detect that unhealthy environment is a confounding factor to river water usage in causing HEV_ Mathematical model of interaction between HEV Infection, River Water Usage and Unhealthy Environment are shown below, respectively: HEV Infection = -0.755 + 0.216 River Water Usage+ 1.025 Unhealthy Environment Other factor that their effect seem never been investigate toward HEV infection probably a subject for further research activities. Yet, the planning to control and prevent future infection by community empowerment trough health education and health promotion are applicable solution beside technical interventions. Reading: 28 (1985-1999)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Nazir
Abstrak :
ABSTRAK
Kasus Hepatitis E pertama kali tercatat di Indonesia pada tahun 1978, yaitu ketika sebuah penelitian Kejadian Luar Biasa Hepatitis di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menemukan 4 kasus Hepatitis E. Penyakit ini kemudian menimbulkan Kejadian Luar Biasa di kabupaten Sintang pada tahun 1991, dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 1262 kasus dan 12 kematian. Agar penyakit Hepatitis E ini tidak lebih meluas, maka usaha pencegahan dan penanggulangan membutuhkan sebuah penelitian untuk mengetahui gambaran epidemiologi dan faktor risiko dari penyakit Hepatitis tersebut. Penelitian untuk maksud diatas menggunakan studi kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 65 kasus dan 65 kontrol. Analisa data yang terkumpul, menggunakan cara analisa deskriptif untuk mendapatkan gambaran epidemiologi. Sedangkan untuk mengetahui faktor risiko dan peranannya dalam penularan kejadian Hepatitis E mengunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat. Gambaran epidemiologi menunjukan bahwa distribusi frekuensi kasus terbesar di desa Nyangkom (23.08%), kasus laki-laki lebih banyak (53.85%) dari perempuan (46.15%), sebagian besar kasus (78.46%) berusia antara 19 - 45 tahun, kasus yang tidak sekolah adalah paling banyak (66.15%), sebagian besar kasus menggunakan air sungai sebagai sumber air utama (86.15%) dan frekwensi distribusi kasus mencapai puncaknya pada bulan Agustus 1991 (36.92%).

Analisa memberikan hasil bahwa air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (OR=4.20, CI 95% 1.75 ; 10.18), dan adanya orang serumah yang sakit (0R=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) berperan dalam penularan kejadian Hepatitis E dengan dampak terbesar adalah air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (AR=76.19%). Peran faktor risiko lain diluar dari yang telah disebutkan diatas masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan membutuhkan usaha pendidikan kesehatan tentang cara mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

The Contamination Risk Factor with respect to the Hepatitis E Incident in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in the Year 1991Hepatitis E was first recorded in Indonesia in 1978, when a survey on Hepatitis outbreaks in the Regency of Sintang, West Kalimantan, found 4 cases of Hepatitis E. An outbreak of this disease subsequently occurred in the Regency of Sintang in 1991, during which as many as 1262 cases with 12 deaths were recorded. To prevent the further spread of this Hepatitis E, efforts were made by carrying out an epidemiology study of the disease's risk factor. For this purpose, a case control study was conducted, using 65 cases and 65 controls. To get a picture of the epidemic traits, a descriptive analysis was made on the collected data, whereas a univariate, bivariate and multivariate analysis was applied in order to find the risk factor and its role in the Hepatitis E contamination incident The finding on the epidemic traits showed the following frequency distribution : the largest number of showed the following frequency distribution : the largest number of cases occurred in the village of Nyangkom (23.08%), the number of the cases on males (53.85%) exceeds that on females (46.15), the majority of the cases occurred to victims of 19 - 45 years of age (78.46%), the biggest number affected non-school goers (66.15%), most of which use the river as their main source of water supply (86.15%) and the case distribution frequency reached its peak in August, 1991 (36.92%).

The analysis rendered the following result : uncooked drinking water (OR=4.24, CI 95% 1.75 ; 10.18) and the fact that a house-mate is sick (OR=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) have a role in the Hepatitis E contamination incident, but that uncooked drinking water has the biggest share (AR=76.19%). Further studies still need to be carried out to discover the role of risk factors other than those mentioned above. Preventive and corrective action needs be taken, by educating the community on healthy living, in particular by showing them ways to obtain clean water for their daily use.

1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsiana Indah Kusumawati Pareira
Abstrak :
Virus hepatitis E (HEV- Hepatitis E Virus) adalah nama yang diberikan kepada virus atau kelompok serologis virus yang belum lama ini ditemukan dan telah terbukti sebagai penyebab kasus-kasus hepatitis Non-A Non-B yang penularannya melalui air (Water borne NANBH) dan telah dilaporkan sejak tahun 1987, penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa di wilayah dengan sanitasi yang amat buruk, pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan menyerang orang-orang berusia muda sampai usia menengah. Infeksi hepatitis E Virus pertaMakali dilaporkan dari suatu wabah di India pada tahun 1955, sampai saat ini wabah serupa banyak terjadi di Asia, Afrika Utara, Timur Tengab, Eropah Timur, Amerika Serikat dan sebagian Rusia. Di Indonesia untuk pertama kali dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis di Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1987, kemudian pada tahun 1991 terjadi lagi KLB di kabupaten yang lama tetapi di desa yang lain. Awal tahun 1998 (Januari), dilaporkan telah terjadi KLB hepatitis di beberapa tempat seperti di Bogor dan Jawa Timur . Di Bondowoso kasusnya cukup mencolok, sejak Januari sampai dengan April tahun 1998 dilaporkan jumlah kasus yang dilaporkan sebesar 723. Untuk memastikan telah terjadi KLB hepatitis di Kabupaten Bondowoso diperlukan suatu penelitian yang mendalam sehingga dapat diketahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya KLB hepatitis. Penelitian ini ingin melihat gambaran epidemiologi pada waktu KLB hepatitis dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya sakit HEV seperti sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan, tempat buang air besar, air untuk mandi, jenis kelamin dan umur. Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita dengan gejala klinis positif dengan IgG anti HEV positif sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat yang tidak sakit dengan IgG anti HEV negatif. Besar sampel untuk kasus dan kontrol masingmasing 257. Populasi penelitian di desa Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati dan Kerang. Data dikumpulkan oleh tim investigasi pada saat terjadinya KLB hepatitis. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 3.1. Dari gambaran epidemiologi terlihat bahwa telah terjadi KLB hepatitis dengan tipe hepatitis E virus (REV), sifat KLB tidak sama (CFR< 1%). Jumlah desa yang terkena 8 desa yaitu Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan dan Jurang Sapi. AR tertinggi di desa Bendoarum (3,9%) dan Pecalongan (3,3%). AR tertinggi pada kelompok umur dewasa muda/usia produktif (63,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di desa penelitian mayoritas petani dengan tingkat pendidikan masih rendah (SD). Dari analisis bivariat terlihat gambaran tentang besarnya risiko dari beberapa faktor yang berhubungan bermakna dengan terjadinya HEV yaitu sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan/dapur, tempat buang air besar, air untuk mandi dan umur. Sedangkan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Hasil akhir penelitian menunjukkan faktor risiko yang paling dominan berhubungan erat dengan terjadinya sakit HEV adalah kebiasaan minum air tidak dimasak, tempat buang air besar, air untuk mencuci alat makanidapur, kelompok umur 5 -18 tahun dan kelompok umur 19-45 tahun. Hasil ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program penyehatan air dan penyehatan lingkungan dalam upaya menurunkan angka kesakitan hepatitis E.
Risk Factors Related to the Hepatitis E Virus Outbreak in Bondowoso District, East Java Province, 1998Hepatitis E Virus (REV), was recently found in 1987 it had been reported that the virus may cause several cases of water-borne diseases, particularly it was known Non-A Non-B Hepatitis (NANBH). The disease is frequently result to NANBH outbreak, especially in any area with very poor sanitation, low social and economic status, teenagers and young adult group. The first outbreak of HEV infection was reported in India in 1955, up to now the similar outbreak also occurs in Asia countries, North Africa, Middle East, East Europe, USA and some regions of Russian. In Indonesia, the first outbreak was reported at Sintang District, West Kalimantan in 1987 and it was recognized as NANBH. In 1991 , in the similar district (at different village) was also reported the same outbreak and it was diagnosed as HEV infection. Seven years later (January 1998), it was reported the similar outbreak at several areas in West Java (Bogor) and East Java province. Bondowoso District had extremely increased at 723 cases of hepatitis incidence from January to April 1998 and it was reported as the hepatitis outbreak. To assess and find out any risk-factors dealing with the hepatitis outbreak in Bondowoso, it is necessary to conduct a research in-depth on such a disease. This research aims to obtain an epidemiological description on hepatitis outbreak and the factors associated with the occurrence of REV. Design study was a case-control, which the case was defined as a patient with positive clinical symptoms of IgG anti-REV positive, whereas the control was defined close-neighbour with IgG anti-HEV negative. Number of cases and controls are respectively 257 persons. The research was conducted at Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati and Kerang villages where was considered as study areas due to the four village with highest incidence. The data collected has been done during the hepatitis outbreak. The study shows that the HEY outbreak with moderate severance (CFR < 1 %) has already occurred in 8 villages, including Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan and Jurang Sapi. The highest Attack Rate (AR) occurs at Bendoarum (3,9 %) and Pecalongan (3,3 %), particularly at young adult group/productive age (63,2 %). It also shows that the most of community members at such villages are farmers with low education status (primary school). The bi-variant statistic analysis indicates the presence of significant correlation between the REV incidence and the magnitude of risk-factors influencing the incidence, such as potable water sources, the habit of drinking raw water, water supply for showering and washing household utensils, latrine and age factor. However, there is no significant correlation for gender factor. As the result the study shows that the most dominant risk-factor of the HEV incidence is the habit of drinking raw water, latrine, water supply for washing kitchen/cooking utensils, and the age group of 5 - 18 years and 19-45 years. Eventually it is expected that the above results could be used as constructive inputs and consideration in determining water sanitation end environmental health policy, particularly in the efforts of decreasing the REV incidence.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuty Suhartini
Abstrak :
Hepatitis E adalah peradangan yang menyerang organ hati yang disebabkan virus hepatitis E (HEV), yang ditularkan secara "fecal oral" melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja manusia yang mengandung HEV. Di Indonesia Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis E pernah terjadi di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, pada tahun 1987, 1989, dan 1991 dan di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur pada tahun 1998. Sampai dengan akhir April 2001 masih ditemukan penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologi air yang digunakan oleh masyarakat dengan kejadian Hepatitis E di Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso tahun 2000 - 2001. Disain penelitian menggunakan disain kasus kontrol tidak berpadanan, dengan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1. Jumlah sampel minimal yang diperlukan sebanyak 88 kasus dan 88 kontrol. Populasi kasus adalah penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari sedang populasi kontrol adalah penderita bukan penyakit Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Wonosari dan Sukosari sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 31 April 2001. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Hepatitis E, sedangkan variabel independen utamanya adalah, kualitas bakteriologi air. Hasil penelitian menunjukkan air yang terkontaminasi coliform berhubungan dengan kejadian HEV setelah dikontrol oleh faktor konfounder (OR : 2.45 (95% CI : 1.23 - 4.89; p = 0.01)). Variabel konfounder tersebut adalah kebiasaan minum air masak, kebiasaan jajan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Jadi orang yang menggunakan air yang terkontaminasi coliform berisiko terkena HEV 2 kali dibanding orang yang menggunakan air yang tidak terkontamininasi tinja/coliform. Bila kelompok kontrol diasumsikan mewakili populasinya, maka upaya perbaikan kualitas bakteriologi air yang digunakan masyarakat, penerapan kebiasaan minum air masak, dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan, maka diperkirakan dapat menurunkan proporsi kejadian HEV sebesar 55%.
Water quality and Hepatitis E Virus at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso, for period 2000 ? 2001Hepatitis E is known as one of the liver inflammation, caused by Hepatitis E virus. The disease is transmitted by the fecal - oral route and fecally contaminated water and food. The outbreaks of Hepatitis E have been reported from District of Sintang, West Kalimantan, in the year of 1987, 1989 and 1991. So did from District of Bondowoso, Provincial of East Java in 1998. Up to the end of April 2001, there were still found the patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso. The Objective of this study is to identify the association between the microbiological water qualities used by community with the occurrence of Hepatitis E. The research design use unmatched case control study, with control to case ratio 1 : 1. The minimum sample size used is 88 cases and 88 controls respectively. The sources of case are patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari. On the other hand, the sources of control are non Hepatitis E patients who were treated in both of the Health Centers mentioned before. Dependent variable in this study is the occurrence of Hepatitis E, and its main independent variable is microbiological water quality. The result of this study shown that the microbiological water quality has a significant association with the occurrence of HEV after has been adjusted by the confounder factors. (OR : 2.45; 95% CI 1.23 - 4.89; p = 0.01). Those factors are, the habit of drinking boiled water, and hand washing before eating. Therefore, respondent who used fecally contaminated water has a risk infected by HEV 2 times bigger than the respondent who used safe water. Referring to the result of this study, if control group is assumed represent its population, a water quality improvement, practical of drinking boiled water and hand washing before eating, are predicted reduce the proportion of HEV occurrence about 55%.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library