Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ichwan Zulhidzaan
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerjaan sebagai awak pesawat helikopter mendapat pajanan antara lain kebisingan, yang dapat menyebabkan tuli perseptif. Untuk pencegahan, perlu diidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkairtan dengan tuli saraf tersebut . Oleh karena di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai hal ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko total jam terbang, intensitas kebisingan pesawat, jenis jabatan awak pesawat dan usia awak pesawat.

Jabatan sebagai juru mesin udara, tingkat kebisingan pesawat Serta total jam terbang merupakan faktor-faktor risiko yang potensial terhadap tuli perseptif, oleh karena itu ke 3 faktor risiko tersebut perlu mendapat perhatian terhadap program pencegahan tuli perseptif diantara para awak pesawat helikopter militer.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukie Ardianto
Abstrak :
Kecelakaan Pesawat terbang ada1ah salah satu dari kecelakaan organisasi yang telah menyebabkan banyak dari korban jiwa.70-80% kecelakaan pesawat disebabkan oleh Kesalahan Manusia {Johnson. 2003; Sarter. 2000), Keselamatan operasional penerbangan sangat tergantung pada usaha untuk memperkecil kesalahan di semua bagian dari sistem penerbangan, termasuk bagian perawatan pesawat. Perawatan dan Inspeksi pesawat merupakan bagian dari sebauh organisasi yang kompleks, dimana seorang teknisi pesawat dalam melaksanakan pekerjannya berada dalam kondisi dengan tingkat interaksi (hands-on) yang sangat tinggi, tekanan waktu dan beberapa kondisi sulit lainnya, kombinasi antara situasi ini dengan tendensi umum terjadinya kesalahan manusia dapat memicu terjadinya beberapa kesalahan. Strategi pencegahan yang telah dilakukan setama ini tidak dapat menjamin system keselamatan penerbangan I 00% bebas dati kesalahan, sebab kesalahan tidak dapat dieleminasi keseluruh-an. Kita memerlukan strategi pencegahan untuk menangani kesalahan yang terjadi untuk mengurangi dampak yang dpat ditimbu1kan atau memperbaiki kesalahan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, strategi ini dinamankan manajemen kesalahan. Orientasi Kesalahan (Sikap terhadap kesalahan dan bagaimana penanganannya) adalah indikasi dari budaya manajemen error sebuah perusahaan, dan Jika sebuah perusahaan ingin melakukan perubahan terhadap manajemen kesalahannya, perusahaan tersebut perlu melakukan pengukuran terhadap orientasi kesalahan (Rybowiak et al., 1999). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran orientasi kesalaha pada Teknisi Helikopter PT, SST dan bagaimana perbedaan dalam lama bekerja di perusahaan, 1ama bekerja sebagai teknisi helicopter.posisi fungsional teknls, dan tingkat pendidikan berhubungan dengan orientasi error pekerja. Sebanyak 56 orang Teknisi Helikopter PT. SST di minta untuk menjawab pertanyaan mengenai orientasi error mereka dengan menggunakan Error Orientation Questionaire versiIndonesia, yang berisikan 8 variabel mengenai sikap terhadap error dan penanganannya yaitu Error Competence, Learning From Error, Error Risk Taking, Error Strain, Error Anticipation, Covering Up Error, Communication About Error, dan Thinking About Error. ......Aircraft accident is one of organizational accident which causes plenty of fatalities, 70-80% of the accident is caused by Human Error {Johnson, 2003; Sarter, 2000}. Aviation safety depends on minimizing error in all facets of the system, including in aviation maintenance. Aviation maintenance tasks are part of a complex organization, where individuals perform varied tasks in an environment with highly hands-on. time pressures and sometimes difficult ambient conditions, these situational characteristics. in combination with generic human erring tendencies, result in varied forms of error. Error Prevention strategy cannot guarantee the aviation safety systems is 100% free of error, eror still occur because error can not be totally eliminated. We need strategy of handling the error occurrence to decrease negative consequences of error or recovery from error to reach the goal, this strategy called error management. Error orientation (Attitudes towards errors and how oe deals with them) is indication of a company's error management culture, and if a company altempts to change its error management culture. the company needs a measure of error orientation (Rybowiak et. al 1999). This paper explores error orientation profile in PT. SST's Helicopter Engineer and how differences in work experience in the company, work experience as helicopter engineer, technical position in PT. SST maintenance organization structure, and formal education background may contribute to different error orientation. A total of 56 volunteers from PT. SST's Helicopter Engineer were asked co describe their workplace error orientation with the Indonesian version of the EOQ, which consists 8 Variable of error orientation: Error Complence, Learning From Error, Error Risk Taking, Error Strain, Error Anticipation, Covering Up Error, Communication About Error, dan Thiinking About Error.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20875
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Ladislaus Ryanniro
Abstrak :
Standar keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu unsur penting dalam industri minyak dan gas bumi migas, namun kenyataannya kecelakaan masih sering terjadi di bagian eksploitasi industri migas. PT Pelita Air Service melihat peluang untuk meningkatkan standar keselamatan kerja pada salah satu industri migas di Indonesia, PT Pertamina. HEMS Helicopter Emergency Medical Service merupakan layanan yang membantu meningkatkan standar keselamatan kerja, dalam bentuk pelayanan medis untuk mengobati dan mengevakuasi korban kecelakaan yang terjadi di kilang minyak. Helikopter yang digunakan dalam pelayanan HEMS harus memiliki kriteria-kriteria yang tepat untuk melakukan tindak medis, sehingga pemilihan helikopter untuk pelayanan HEMS membutuhkan cara pengambilan keputusan yang mempertimbangkan kriteria yang beragam, seperti Analytic Network Process ANP. ANP, sebagai salah satu metode Multi Criteria Decision Making MCDM, merupakan metode yang mempertimbangkan kriteria-kriteria terkait dengan alternatif yang ada dengan cara melihat hubungan perbandingan antar kriteria dan memberikan bobot pada setiap hubungan antar kriteria. Dengan begitu, ANP adalah metode yang cocok untuk pengambilan keputusan pemilihan helikopter pelayanan HEMS. Setelah diperoleh alternatif dari metode ANP, dilakukan penilaian apakah layak atau tidak untuk menjalankan pelayanan HEMS dengan menggunakan Cash Flow Analysis yang bertujuan untuk mengetahui payback period dari alternatef tersebut.
Occupational safety and health standards are an important element in the oil and gas industry, but in reality, accidents are still common in the oil and gas sector exploitation sections. PT Pelita Air Service sees an opportunity to improve safety standards in one of the oil and gas industry in Indonesia, PT Pertamina. HEMS Helicopter Emergency Medical Service is a service that helps improve safety standards, in the form of medical services to treat and evacuate victims of accidents that occur in oil refineries. Helicopters used in HEMS services must have appropriate criteria for medical follow up, so helicopter selection for HEMS services requires a decision making method that takes into consideration various criteria, such as Analytic Network Process ANP . ANP, as one of the Multi Criteria Decision Making MCDM methods, is a method that takes into consideration the criteria related to the existing alternatives by looking at the relation between the criteria and giving weight to each relationship between criteria. Thus, ANP is a suitable method for decision making of HEMS helicopter service selection. After obtaining an alternative from the ANP method, it is necessary to assess whether it is feasible or not to run HEMS services using Cash Flow Analysis which aims to determine the payback period of the alternative.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwiputri
Abstrak :
Bisnis sewa helikopter untuk industri minyak dan gas merupakan bisnis dengan kontribusi terbesear terhadap revenue PT Pelita Air Service, namun pemakaian helikopter menurun selama beberapa tahun ini. Karena itu, PT Pelita Air Service harus melakukan aircraft rejuvenation dengan membeli helikopter baru. PT Pelita Air Service ingin helikopter yang berfokus untuk operasi industri minyak dan gas di offshore dikarenakan rencana pengembangan minyak dan gas akan berfokus di offshore. Terdapat tiga jenis helikopter yang dipertimbangkan yaitu AW139, AW169, dan H145. Proses pengerjaan di mulai dengan mengidentifikasi kriteria paling sesuai yang di nilai oleh parah ahli dari bidang yang berbeda. Lalu, karena beragamnya perspektif dari para ahli, Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP), suatu metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM) digunakan untuk memperoleh kepentingan / bobot kriteria. FAHP digunakan karena metode tersebut menangani vagueness yang melekat dalam proses pengambilan keputusan. Lalu bobot kriteria yang telah didapat digunakan dalam perhitungan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk menentukan peringkat helikopter tersebut. Dari perhitutngan, solusi terbaik dengan closeness coefficient (CCi) sebesar 0.989345459 adalah AW169. Setelah mendapatkan jenis helikopter yang terbaik dengan metode FAHP-TOPSIS, dilakukan financial feasibility analysis untuk mengetahui layak atau tidaknya pembelian helicopter tersebut dari segi finansial.
Helicopter charter business for the oil and gas industry is a business with the most significant contribution to PT Pelita Air Service's revenue. Still, helicopter use has declined over the past few years. Therefore, PT Pelita Air Service must conduct aircraft revitalization by buying a new helicopter. PT Pelita Air Service wants a helicopter that focuses on offshore oil and gas industry operations because oil and gas development plans will focus offshore. There are three types of helicopters considered, namely AW139, AW169, and H145. The work process begins by identifying the most suitable criteria that are assessed by severe experts from different fields. Then, because of the diverse perspectives of experts, the Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP), a Multi-Criteria Decision Making (MCDM) method is used to obtain importance/weight criteria. FAHP is used because the method handles vagueness inherent in the decision-making process. Then the weight criteria that have been obtained are used in the calculation of the Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) to determine the helicopter's rank. From the calculation the best Alternative with the highest closeness coefficient (CCi) of 0.989345459 is AW169. After getting the best type of helicopter with the FAHP-TOPSIS method, a financial feasibility analysis is carried out to determine whether the helicopter is financially feasible or not.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
pada pertengahan tahun 2000 terjadi kecelakaan pesawat helikopter, dimana proses terjadinya kecelakaan tersebut yaitu pada saat melakukan take off kemudian terjadi lost power sehingga pesawat berputar ke kiri berbalik arah dan mendarat dengan impact cukup keras. berangkat dari kasus tersebut dilaksanakan penelitian dengan maksud untuk menganalisis sebab-sebab terjadinya kerusakan material tersebut.
050 JDST 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Olivinia Qonita Putri
Abstrak :
Kedirgantaraan berisiko tinggi ancaman keselamatan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran safety climate di PT X Operator Helikopter tahun 2016, menggunakan desain survei dengan pendekatan semikuantitatif untuk pengolahan data. Besar sampel 68 responden diambil dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan skor safety climate sebesar 8,1 atau sangat kuat. Dimensi yang paling kuat adalah Persepsi Karyawan sebagai Individu terhadap nilai safety (8,4), sedangkan variabel yang menunjukkan nilai paling tinggi adalah Kebutuhan Pribadi terhadap Safety (8,9). Skor safety climate paling tinggi ada pada kelompok tingkat jabatan manajer (8,3), masa kerja 10- <15 tahun (8,5) dan departemen Operation (8,6). ...... Aviation is a high risk industry that has health and safety hazard. This study aims to ascertain safety climate description of PT X Helicopter Operator in 2016 using survey design and semi-quantitative approach. Sample size is 68 respondents using Simple Random Sampling. The result displayed that safety climate score of PT X is 8,1 or very strong. Strongest dimension is Safety as Individual Perception (8,4) whilst the strongest variable is Personal Need for Safety (8,9). The highest safety climate score found from the group of managerial position (8,3), 10-<15 years of working in the company (8,5) and operation department (8,6).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Aryo Wicaksono
Abstrak :
Pada saat ini, dunia air modelling menggunakan helikopter mini sudah banyak digemari orang. Agar dapat bernavigasi secara autonomous sebuah helikopter yang cerdas tentunya harus mampu mengenali keadaan lintasan yang akan ditempuhnya. Untuk itu diperlukan sebuah sistem navigasi yang mampu mendeteksi dan menghindari objek ? objek rintangan.

Skripsi ini mengimplementasikan suatu aplikasi dari sensor sonar untuk mendeteksi objek-objek rintangan dan kompas digital sebagai sistem navigasi otomatis pada penerbangan helikopter dengan tujuan agar helikopter dapat menghindari rintangan yang ada di depannya. Untuk itu, helikopter yang dirancang harus memiliki kemampuan mendeteksi objek-objek penghalang yang bersifat statis maupun dinamis. Untuk tujuan tersebut, maka sistem ini dilengkapi dengan sebuah motor servo dc yang digunakan untuk men-scanning lingkungan lintasannya secara real time.

Sensor sonar dan kompas digital yang digunakan berupa modul yang terintegrasi dengan mikrokontroler. Data yang diperoleh dikirimkan secara telemetry ke komputer untuk selanjutnya diolah dan dimonitor. Dari program, penerbangan helikopter akan dipandu agar dapat menghindari rintangan.

Skripsi ini berhasil mensimulasikan sistem navigasi helikopter untuk menghindari rintangan pada cakupan 10 meter di depannya.
The people. To navigate autonomously, a smart helycopter must can identify its path condition. For that reason, the helycopter needs a navigation system that can detects and avoids obstacle objects.

This final project applys an application of sonar sensor to detect obstacle objects and a digital compass as an automatic helicopter navigation system to avoid obstacle on the face. So that, the designed helicopter must have ability to detect static and dynamic obstacle objects. Because of that, the system should be completed with a servo dc motor which is used for scanning its path environment in real time.

The sonar and digital compass used in this project is a modul which is integrated to microcontroller. Data from sonar and digital compass is then sent via telemetry system to computer for later processed and monitored. From navigation program, the helycopter will be guided in order to avoid the obstacle.

Finally, this final project is succeed in simulating helycopter navigation system to avoid obstacle in the range 10 metres on the face.
2008
S40420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cornel Rosendoyo Asih
Abstrak :
Skripsi ini, Penulis melakukan analisis yuridis terhadap beberapa aspek dari pembiayaan sindikasi helikopter yang dilakukan oleh bank syariah dengan lembaga pembiayaan syariah, antara lain pembentukan sindikasi mempengaruhi terlaksananya pembiayaan sindikasi, pertanggungjawaban atas terhambatnya pembiayaan sindikasi terhadap peran lead bank dalam membentuk sindikasi, dan perbedaan pengaturan hukum atas bank syariah dan lembaga pembiayaan syariah. Dalam menganalisis aspek-aspek tersebut, Penulis berusaha melihat setiap poin penelitian tersebut dari sisi proses pembiayaan sindikasi dan peraturan perbankan syariah yang berlaku, terutama terkait dengan hambatan pemberian pembiayaan sindikasi serta penyelesaiannya, tanggungjawab peran lead bank atas pembentukan sindikasi, dan peraturan perbankan syariah yang berlaku, terutama terkait kesesuaian pembiayaan sindikasi baik aspek pembentukan sindikasi hingga pemberian pembiayaan dan sahnya pembiayaan sidikasi dilakukan oleh bank syariah dengan lembaga pembiayaan syariah. Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan metode penelitian deskripsi analisis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan sindikasi yang dilakukan oleh bank syariah dengan lembaga pembiayaan syariah mengalami berbagai hambatan yang terkait penyebaran resiko, batas maksimum pemberian pembiayaan mengakibatkan sindikasi tidak terbentuk karena undersubscribe dan penyelesaian masalah dengan cara bridging finance serta pengambil bagian kepemilikan atas helikopter. Terkait hak dan kewajiban peran sebagai lead bank adalah telah bertanggungjawab. Dalam hal Kerjasama oleh bank syariah dan lembaga pembiayaan syariah serta pemberian pembiayaan sindikasi kepada nasabah debitur telah sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. ......This Thesis, The Writer tries to juridically analyze several aspect of helicopter syndication financing by syariah bank and syariah multifinance, among others syndication formation having been effect implementation financing of syndication. Liability of happened failed of syndication financing against actor as the lead manager for the formation of syndication, and have different of the law of syariah bank and syariah multifinance. In analyze any of the obove aspect, the writer tries to view each discussion point from the syndication financing process and law of syariah banking in enforce, specially with obatruction and solution to giving syndication financing, liabillity as lead bank on formation of syndication, and law of syari?ah banking be in effect, especialy interrelated conformity with syndicated financing from of syndication formation aspect until finance giving and syari'ah bank with syariah multifinance do syndication finance is legally. In This Thesis, the writer uses analysis description method. The result of this thesis shows that syndication financing do it by bank syariah and syariah multifinance any resistance wich interrelated risk spreading, finance line caused is not formation of syndication because undersubscribe and solution of resistance by getting bridging finance as well as take of share on helicopter. Concern right and liabillity as lead bank is be responsible. In the case cooperation beteen syariah bank and syariah multifinance as well as syndication financing to debitor costomer had legalistic of regulation of banking.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S24814
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fazlin Khuzaima
Abstrak :
Latar Belakang: Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah masalah global yang umum. Beberapa kelompok pekerja lebih berisiko mengalami NPB salah satunya profesi pilot helikopter. Penyebab NPB pada pilot helikopter umumnya diakibatkan oleh paparan faktor risiko di lingkungan pekerjaan dan faktor individu pilot tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya mencatat angka kejadian NPB pada pilot helikopter militer berkisar antara 40-80%, namun belum ada data penelitian NPB pada pilot helikopter militer di negara Indonesia. Peneliti ingin mengetahui kejadian NPB pada pilot helikopter militer di Indonesia serta menganalisis lebih lanjut hubungan antara jam terbang dan faktor-faktor individu (usia, tinggi badan, IMT, kebiasaan olahraga dan kebiasaan merokok) terhadap NPB pada pilot helikopter militer di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Dilakukan total sampling pada 124 pilot helikopter militer TNI AD dan TNI AU yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Juli-Agustus 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengisian data diri, anamnesa, pengisian Numeric Rating Scale (NRS), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis. Data diolah menggunakan SPSS 26. Hasil: Penelitian melibatkan 124 orang, terdiri dari 37,9% pilot dan 62,1% kopilot dengan jam terbang total rata-rata 450 jam, usia 30 tahun, tinggi 172,66 cm, kebiasaan olahraga intensitas rendah 61,3% dan perokok sebanyak 45,2%. Sejumlah 57 orang (46%) pilot helikopter militer mengalami NPB. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jam terbang total memiliki hubungan terhadap NPB (p = 0,035) dimana setiap peningkatan 1 unit jam terbang total memiliki peluang 1,02 kali lebih besar mengalami NPB pada pada pilot helikopter militer. Sementara faktor individu lain tidak memiliki hubungan secara signifikan, seperti usia (p = 0,466), tinggi badan (p = 0,104), IMT (p = 0,96), kebiasaan olahraga (p = 1,03) dan kebiasaan merokok (p =1,3). Kesimpulan: Kejadian NPB pada pilot helikopter militer di Indonesia sebesar 46%, jam terbang total diketahui memiliki hubungan terhadap kejadian NPB, namun faktor-faktor individu lain tidak berhubungan signifikan terhadap NPB pada pilot helikopter militer. ......Background: Low back pain (LBP), is a common global problem. Some groups of workers are at high risk of experiencing LBP, one of them is helicopter pilots. The causes of LPB in helicopter pilots are generally caused by exposure to risk factors in the work environment and individual factors of the pilot. Several previous studies recorded the incidence of NPB in military helicopter pilots ranging from 40-80%, but there is no research data on NPB in military helicopter pilots in Indonesia. Researchers want to know the incidence of LBP in military helicopter pilots in Indonesia and further, analyze the relationship between total flight hours and individual factors (age, height, BMI, exercise habits, and smoking habits) on LBP in military helicopter pilots in Indonesia. Methods: This study used a cross sectional method. Total sampling was carried out on 124 military helicopter pilots of the Indonesian Army and Indonesian Air Force who met the inclusion criteria in July-August 2022. Data collection was carried out by filling in personal data, history taking, filling in the Numeric Rating Scale (NRS), physical examination, and neurological examination. The data were processed using SPSS 26. Results: The study involved 124 people, consisting of 37.9% pilot and 62.1% copilot with an average total flight hour of 450 hours, age 30 years, height 172.66 cm, low intensity exercise habits 61.3% and smokers. as much as 45.2%. A total of 57 people (46%) of military hhelicopterpilots experienced LBP. The results of statistical analysis showed that total flight hours had a relationship with LBP (p = 0.035) where every 1 unit increase in total flight hours had a 1.02 times greater chance of experiencing LBP in military helicopter pilots. While other individual factors did not have a significant relationship, such as age (p = 0.466), height (p = 0.104), BMI (p = 0.96), exercise habits (p = 1.03), and smoking habits (p = 0.96). 1,3). Conclusion: The incidence of LBP in military helicopter pilots in Indonesia is 46%, total flight hours are known to have a relationship with the incidence of LBP, but other individual factors are not significantly related to LPB in military helicopter pilots.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Datong Yudistira A.
Abstrak :
Skripsi ini merancang pemanfaatan prinsip superheterodyne dalam pengiriman sinyal radio kontrol melalui komunikasi telepon satelit untuk aplikasi pengendali helikopter jarak jauh. Helikoter radio kontrol adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk kegiatan pemantauan daerah rawan yang tidak terjangkau di Indonesia. Namun penggunaan helikopter radio kontrol memiliki kelemahan yaitu jangkauannya yang terbatas serta cakupannya yang tidak luas. Pengiriman sinyal radio kontrol melalui komunikasi telepon satelit adalah salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Pemanfaatan prinsip superheterodyne digunakan untuk mengubah frekuensi dari remote kontrol menjadi frekuensi asli dari radio kontrol tanpa frekuensi pembawa. Frekuensi tersebut kemudian akan dikirimkan melalui telepon satelit untuk selanjutnya diteruskan melalui satelit.
This thesis designs utilization of superheterodyne principle in sending radio control signals through satellite phone communications to application helicopters controller distance away. Helicopter radio control is one tool that can be used for monitoring activities that are not prone areas in Indonesia affordable. However, the use of radio-controlled helicopter has the disadvantage of limited scope and the coverage is not widespread. Radio control signal transmission via satellite telephone communication is one solution to these problems. Utilization of superheterodyne principle is used to change the frequency of the remote control to the original frequency of the radio control without carrier frequency. This frequency is then sent via satellite phone for the next transmitted via satellite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51471
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>