Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lailiyana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini tentang analisis kandungan zat gizi dan uji hedonik cookies kaya gizi pada siswi SMPN 27 Pekanbaru. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kandungan zat gizi cookies kaya gizi dan tingkat kesukaaan remaja terhadap cookies kaya gizi. Pengumpulan data tentang kandungan zat gizi cookies menggunakan data hasil pemeriksaan laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan laboratorium gizi FKM UI Depok. Data uji hedonik cookies diperoleh dari hasil penilaian panelis (siswi kelas VIII) dalam panel konsumen uji hedonik yang meliputi penilaian warna, rasa, aroma dan tekstur terhadap tiga jenis cookies yaitu cookies plain, cookies kaya gizi tuna dan cookies kaya gizi non tuna. Analisa data untuk kandungan zat gizi cookies menggunakan analisa deskriptif, dan untuk uji hedonik menggunakan uji anova dan bonferroni test. Kandungan energi cookies kaya gizi berkisar antara 497.79-501.61 kkal/100g. Takaran saji cookies kaya gizi sebagai makanan selingan/camilan bagi remaja anemia agar memenuhi 10% kebutuhan energi remaja (235 kkal) adalah 4 - 5 keping per saji. Kandungan zat gizi lain dari cookies kaya gizi yang telah diketahui adalah lemak (24.47-25.41g/100g), protein (7.50-7.70g/100g), karbohidrat (60.53-61.89g/100g), kadar air (4.96- 5.34g/100g), kadar abu (0.80-1.40g/100g), serat kasar (0.88-0.99g /100g), zat besi (4.07-8.67mg/100g), dan kandungan vitamin C (0.25-0.68mg/100g). Hasil penilaian hedonik dalam panel konsumen didapatkan bahwa rasa cookies kaya gizi tuna kurang disukai. Dan hasil penilaian aroma didapatkan bahwa aroma cookies kaya gizi tuna dan cookies kaya gizi non tuna kurang disukai. Namun secara keseluruhan baik dari segi warna, rasa, aroma, dan tekstur cookies secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p-value:0.330) kesukaan konsumen terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur dari cookies kaya gizi.
ABSTRACT
This study analyzes the content of nutrients and hedonic test of nutrient-rich cookies to the students of 27 Junior High School, Pekanbaru. The general purpose of this study is to describe the content of nutrients of nutrient-rich cookies and the level of preference of teenagers to the nutrient-rich cookies. The data collection over the nutrient content of cookies uses the data from the result of laboratory examination of Agricultural Technology Faculty Bogor Agricultural Institute and nutrition laboratory of Public Health Faculty University of Indonesia, Depok. The hedonic test data are obtained from the result of panelists? assessment (eight-grade students) in the consumer panel of hedonic test over the assessment of color, flavor, aroma, and texture to three kinds of cookies namely plain cookies, tuna nutrient-rich cookies, and nontuna nutrient-rich cookies. The data analysis for nutrient content of cookies uses descriptive analysis, and for the hedonic test uses anova test and bonferroni test. The energy content of nutritious cookies is around 497.79 ? 501.61 kkal/100 g. The serving portion of nutrient-rich cookies as snack for teenagers suffering from anemia should fulfill 10% of teenagers? needs of energy (235 kkal) is 4 ? 5 chips per serving. The other nutrients contained in the nutritious cookies are fat (24.47-25.41g/100g), protein (7.50-7.70g/100g), carbohydrate (60.53-61.89g/100g), water content (4.96- 5.34g/100g), ash content (0.80-1.40g/100g), crude fiber (0.88-0.99g /100g), iron (4.07- 8.67mg/100g), and vitamin C (0.25-0.68mg/100g). The result of hedonic test in consumer panel states that the flavor of tuna nutrient-rich cookies is less favored. And the result of aroma states that the aroma of tuna nutrient-rich cookies and non-tuna nutrient-rich cookies are less favored. However, the color, flavor, aroma, and texture of cookies statistically show no significant differences (p-value: 0.330) of the consumers? preference to the color, flavor, aroma, and texture of nutrient-rich cookies.
2012
T30779
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Djamaluddin
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mengukur nilai kualitas hidup kota berdasarkan besarnya kompensasi yang bersedia dibayarkan rumah tangga terhadap kenyamanan fasilitas publik kota. Pengukuran kenyamanan dilakukan dengan menggunakan model Hedonik Berger-Blomquist-Hoehn yang dikembangkan. Hasil pengukuran tersebut digunakan untuk Menganalisis perkembangan nilai kualitas hidup kota, mengidentifikasi sektor-sektor publik yang menjadi sumber perubahan kenyamanan kota serta menganalisis variasi kenyamanan antar kota. Pengukuran dilakukan terhadap 28 kota di Pulau Jawa tahun 2002 dan 2005. Pengukuran indeks kualitas hidup menggunakan basis data Survei Ekonomi Nasional (susenas) core dan Potensi Desa (podes). Jumlah total individu yang libatkan pada estimasi model hedonik upah adalaha sebesar 30.007 individu tahun 2002 dan 34.760 individu tahun 2005. Adapun otal rumah tangga ang dilibatkan adalah sebesar 21.439 rumah tangga pada tahun 2002 da 24.530 rumah tangga pada tahun 2005. Hasil pengukuran IKH menunjukkan bahwa kualitas hidup kota di Pulau Jawa pada tahun 2002 dan tahun 2005 sangat bervariasi. Beberapa kota mengalami peningkatan kualitas hidup seperti Kota Tangerang, Magelang, Surakarta, Salatiga dan Semarang. Penurunan kualitas hidup hampir terjadi di semua kota besar diantaranya kota-kota di DKI Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Malang mengalami penurunan kualitas hidup. Perbedaan kualitas hidup antar kota berpotensi mendorong terjadinya migrasi. Rumah tangga cenderung pindah menuju kota yang kualitas hidupnya tinggi. Guna membatasi masuknya migran, pemerintah kota dapat mengenakan kebijakan (sejenis pajak) kepada migran maksimum senilai perbedaan kualitas hidup antar kota tujuan dan asal migrasi. Sebaliknya jika beniat mendorong masuknya migran, pemerintah dapat mengenakan kebijakan (sejenis subsidi), minimun sebesar perbedaan kualitas hidup antar kota tujuan dan asal migrasi. Selain mengetahui nilai kenyamanan kota secara total, analisis dekomposisi memungkinkan pemerintah mengidentifikasi sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perubahan kualitas hidup suatu kota, baik secara menyeluruh maupun parsial. Analisis tersebut juga mampu menunjukkan pergeseran peranan masing-masing sektor publik antara waktu. Sebagai studi aplikasi pertama yang mengukur nilai kualitas hidup atau kenyamana kota di Indonesia, penulis berharap studi-studi lanjutan dapat dikembangkan di masa akan datang guna menganalisis hubungan antara kualitas hidup dengan variabel-variabel ekonomi lainnya, seperti migrasi, investasi daerah, pertumbuhan kota. ......The objective of the study is to measure the quality of life according to the amount a household is willing to pay as a compensation for the public facilities in their cities. The level of amenities is measured by using Hedonic Model developed by Berger-Blomquist-Hoehn. The result will be used in analyzing the progress of the quality of life in each town, identifying certain public sectors which drive changes in amenities level as well as analyzing the amenities variation among the cities. The study, which measures the quality of life of 28 cities in Java during 2002 and 2005, is making use of data from National Social Economic Survey (susenas) and Village Potential Statistics (podes). In total, thc number of individual observation involved in hedonic wage model estimation was 30,007 in 2002 and 34,760 in 2005. ln addition, the number of households being involved in 2002 and 2005 amounted to 21,439 and 24,530 households respectively. The result of the quality of life index measurement shows that quality of life in cities in Java both in 2002 and 2005 quite vary. Among the cities which experienced an improved quality of life including Tangerang, Magelang, Surakarta, Salatiga and Semarang. In the contrary, a decrease in quality of life almost took place in all other big cities such as Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Malang and all cities in Jakarta Provinces. In fact, the difference level of quality of life among the cities may potentially drive migration in which people tend to move to other city with higher quality of life. ln order to restrict migration to their town, the local government CBI) apply certain policy (such as tax) to the migrants as much as maximum the quality of life?s difference between the migrants? city and the destination city. However if local government wants to attract migrants coming to their towns, they can apply a favorable policy such as certain subsidy to the migrants at least as much as the quality of life?s difference between the migrants? city and the destination city. Through decomposition analysis, the government may not only able to know the city?s quality of life in total but also able to identify each sector?s contribution to the quality of life?s changes within the city. The analysis can show any changes in each public sector's role every year. As the first study which measures quality of life index in Indonesia, the author is expecting some relevant studies which take in to account other variables such as migration, regional investment and city?s growth to be done in the near fiiture.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
D969
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riefyan Adhi
Abstrak :
Salah satu cara pencegahan penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan serat perhari Bekatul merupakan bahan pangan lokal yang mengandung tinggi serat oleh karena itu bekatul digunakan untuk bahan substitusi dari tepung terigu dalam produk brownies kukus Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk menciptakan brownies dengan rasa yang enak dan mengandung tinggi serat Terdapat 4 perlakuan substitusi bekatul yaitu 100 70 30 dan 0 sebagai brownies kontrol Analisis zat gizi dilakukan di PT Saraswati Indo Genetech Bogor dan uji hedonik dilakukan di Perpustakaan Pusat UI dengan 40 orang panelis Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rasa warna aroma dan keseluruhan brownies Brownies berbahan dasar bekatul mengandung memiliki serat tertinggi dengan 9 29 gr serat dalam satu kali penyajian 24 gr. ...... One way to prevent coronary heart disease can be done by increasing daily dietary fiber intake Rice bran is Indonesian rsquo s local food with high content of dietary fiber therefore rice bran used to substitute wheat flour in steamed brownies This experiment research purpose is to obtain delicious brownies with high fiber content There were 4 modification for rice bran substitution 100 70 30 and 0 as a control brownies Nutrition analysis took place in Saraswati Indo Genetech Laboratory and Hedonic test took place in University of Indonesia rsquo s library with 40 panelists Result for this experiment showed there is no significant difference in taste color flavor and the entirety of steamed brownies Brownies with 100 bekatul had the highest fiber with 9 29 gr dietary fiber per serving 24 gr
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Lurusati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Stenley
Abstrak :
Ketatnya persaingan antara mal di Kota Jakarta membuat setiap manajemen mal yang ada di Jakarta berlomba-lomba memuaskan pengunjung mal dengan tujuan dapat bertahan dalam industri untuk jangka waktu yang lama. Atribut mal merupakan sarana untuk memenuhi dan meningkatkan kepuasan pengunjung mal. Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk mengetahui atributatribut mal yang membantu meningkatkan kepuasan pengunjung mal saat berbelanja. Motivasi berbelanja terdiri dari dua yaitu motivasi berbelanja hedonik dan utilitarian. Dengan mempertimbangkan motivasi berbelanja pengunjung, tujuan kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut mal apa saja yang hubungannya terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja hedonik, dan atribut mal apa saja yang hubungannya terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan SEM-PLS dengan aplikasi WarpPLS 3.0. Kuesioner disebar pada 236 responden. Berdasarkan pertanyaan afirmatif yang diberikan, responden terbagi menjadi dua, yaitu 116 pengunjung dengan kecenderungan motivasi berbelanja hedonik dan 120 pengunjung dengan kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian. Hasil dari penelitian adalah atribut mal kenyamanan, kualitas toko di dalam mal, kualitas layanan pelanggan, dan suasana di dalam mal merupakan atribut mal yang berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. Pengaruh atribut mal kenyaman terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja hedonik sedangkan pengaruh atribut mal kualitas toko di dalam mal dan kualitas layanan pelanggan terhadap kepuasan pengunjung akan lebih kuat pada pengunjung yang memiliki kecenderungan motivasi berbelanja utilitarian.
Intense competition between malls in Jakarta makes every mall management in Jakarta vying satisfy mall visitors with the aim to survive in the industry for long periods of time. Mall attributes are means to meet and improve visitor satisfaction. The first objective of this study was to determine the attributes of the mall that help improve visitor satisfaction. Shopping motivation are consists of two, they are hedonic shopping motivation and utilitarian shopping motivation. Taking into account the shopping motvation, the second objective of this research was to determine what mall attributes that effect to visitor satisfaction will be stronger on the visitors who have a hedonic shopping motivation tendency and what mall attributes that effect to visitor satisfaction will be stronger on visitors which have a utilitarian shopping motivation tendency. In this study, the authors use the SEM-PLS with WarpPLS 3.0 applications. The questionnaire was distributed to 236 respondents. Based on the given affirmative question, respondents were divided into two, namely 116 visitors with a hedonic shopping motivation tendency and 120 visitors with utilitarian shopping motivation tendency. Results of the study are mall attributes of comfort, quality of retailer, the quality of customer service, and mall environment have positive effect on visitor satisfaction. The effect of confortable attributeto visitor satisfaction will be stronger for the visitors who have a hedonic shopping motivation tendency while the effect of quality of retailer and quality of customer service to visitor satisfaction will be stronger to the visitors who have a utilitarian shopping motivation tendency.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Elfida
Abstrak :
Konsep kebahagiaan dapat dibedakan berdasarkan perspektif hedonik (subjective well-being/SWB), eudaimonik (psychological well-being/PWB), dan gabungan keduanya (PERMA). Semua konsep kebahagiaan berasal dari pemikir dari budaya Barat yang berorientasi individualistik dan hanya terfokus pada diri manusia dan lingkungannya, kurang memperhatikan pengaruh nilai budaya lainnya yang kolektivis dan religius terhadap kebahagiaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya peran religiusitas, spiritualitas, kebersyukuran dan makna hidup dalam kebahagiaan orang Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain konvergen dari metode campuran. Studi kualitatif dilakukan untuk menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya dan agama mempunyai peran penting dalam pengalaman kebahagiaan partisipan. Partisipan berjumlah 9 orang berusia 23-74 tahun. Hasil studi kualitatif menemukan tiga tema besar pengalaman bahagia, yaitu pemaknaan pengalaman bahagia, dimensi kebahagiaan, dan faktor-faktor yang terkait dengan kebahagiaan. Pemaknaan pengalaman bahagia meliputi tiga tema, yaitu rasa mampu mengatasi masalah dengan penerimaan dan syukur, kepuasan hidup dalam ketercukupan, dan rasa berharga berkat pencapaian dengan kerja keras. Dimensi kebahagiaan mencakup enam tema yang menggambarkan pengalaman kebahagiaan hedonik dan eudaimonik. Kebahagiaan hedonik meliputi dua tema yaitu pencapaian personal dan menikmati aktivitas waktu luang. Kebahagiaan eudaimonik mencakup hubungan dengan Tuhan, hubungan baik di dalam keluarga, hubungan sosial yang positif, dan kepedulian pada sesama. Faktor-faktor yang terkait dengan kebahagiaan meliputi ketaatan pada ajaran agama adalah hal utama, kesadaran spiritual, pemaknaan positif terhadap kehidupan, bersyukur kepada Tuhan di saat senang dan susah, dan pemahaman terhadap makna hidup. Studi kuantitatif dilakukan untuk menguji model teoritis yang menyatakan kebersyukuran dan makna hidup memediasi hubungan antara religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan konstruk PERMA. Partisipan adalah 421 orang berusia 17-63 tahun. Hasil studi kuantitatif memperlihatkan bahwa model teoritis yang diajukan fit dengan data. Dengan demikian, kebersyukuran dan makna hidup terbukti memediasi hubungan antara religiusitas dan spiritualitas dengan kebahagiaan. Hasil analisis data juga memperlihatkan bahwa spritualitas, kebersyukuran dan makna hidup masing-masing merupakan prediktor yang signifikan terhadap kebahagiaan, sedangkan religiusitas tidak terbukti sebagai prediktor kebahagiaan. Hubungan spiritualitas dan kebahagiaan, juga dapat dimediasi secara parsial oleh kebersyukuran dan makna hidup. Religiusitas tidak memiliki hubungan langsung dengan kebahagiaan tetapi dimediasi penuh oleh kebersyukuran dan makna hidup. Sebagai tambahan, religiusitas dan spiritualitas merupakan konstruk yang berbeda tetapi saling berhubungan. ......The concept of well-being can be distinguished based on the hedonic and eudaimonic perspectives, and the combination of both (PERMA). All the concepts of well-being came from Western thinkers whose culture is individually oriented and only focus on human beings and their environment, paying less attention to the influence of other collectivist and religious cultural values on well-being. This research aimed to prove the role of religiosity, spirituality, gratitude, and the meaning in life in the well-being of Indonesians. This research used a convergent design of mixed-method. The qualitative study was conducted to explain that culture values and religion has an important role in the participant's well-being experience. Participants were 9 people aged 23-74 years. The result of qualitative study found three major themes of well-being experience, namely meaning of well-being experiences, dimensions of well-being, and factors related to wellbeing. The meaning of well-being included three themes, namely the sense of being able to overcome problems with acceptance and gratitude, life satisfaction in sufficiency, and a sense of worth for the accomplishment with hard work. The dimensions of happiness included six themes that describe hedonic and eudaimonic well-being. Hedonic well-being included two themes, namely personal achievement and enjoying leisure activities. Eudaimonic well-being included relationships with God, good relationships in the family, positive social relationships, and caring for others. Factors associated with well-being were adherence to religious teachings is predominant, spiritual awareness, positive meaning toward life, gratitude to God in good and bad times, and understanding of the meaning in life. The quantitative study was conducted to test theoretical model that gratitude and meaning in life mediated the relations between religiosity and spirituality with well-being (using PERMA construct). Participants were 421 people aged 17-63 years. The results showed that the proposed theoretical models was fit with the data. Thus, gratitude and meaning in life were proven to mediate the relationship between religiosity and spirituality with well-being. The results also showed that spirituality, gratitude and the meaning in life were significant predictors of well-being, but religiosity was not. The relationship between spirituality and well-being could also be mediated partially by gratitude and the meaning of life. Religiosity did not have a direct relationship with well-being but was fully mediated by gratitude and the meaning in life. In addition, religiosity and spirituality were different but interconnected constructs.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kosasih
Abstrak :
Penelitian ini merupakan pembuatan produk makanan inovasi, berupa penambahan sayuran sawi hijau dan wortel pada produk siomay, untuk menghasilkan produk jajanan yang rendah lemak, tetapi tinggi serat pangan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sayuran terhadap kadar serat pangan dan kandungan gizi, serta hasil uji hedonik pada produk siomay. Terdapat 4 jenis siomay yang diteliti, yaitu siomay tanpa penambahan sayuran, sebagai variabel kontrol, dan tiga jenis siomay dengan perlakukan penambahan 20%, 30%, dan 40% sayuran. Perbandingan penambahan sayuran sawi hijau dan wortel adalah 50%:50%. Analisis kadar serat pangan dan kandungan gizi lainnya dilakukan di Laboratorium analisis pangan PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Sedangkan, uji hedonik ketiga jenis siomay sayuran dilakukan pada 65 murid SMPN 200 Jakarta Utara pada bulan April 2013. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Bonferroni. Jenis siomay sayuran yang mempunyai kadar serat pangan tertinggi dan tingkat kesukaan tertinggi adalah siomay 40% sayuran. Kandungan dalam 100 gram siomay 40% sayuran adalah 5,24 g serat pangan; 62,94 g air; 1,72 g abu; 5,46 g protein; 1,02 g lemak; 28,86 g karbohidrat; dan 125,5 kkal energi. ...... This study was conducted by creating innovative food products, with the addition of chinese flowering cabbage and carrots on Siomay products, to produce snacks which are low fat, but having high content of dietary fiber. This experimental study was aimed to determine the effect of vegetables addition to dietary fiber content and nutritional values along with hedonic test result on siomay products. There were 4 types of siomay which were observed, the first one was siomay without the addition of vegetable, as control variable, and the other types were siomay with additional treatments containing 20%, 30%, 40% vegetables. The comparison of the addition of chinese flowering cabbage and carrots are 50%: 50%. The analysis of dietary fiber content and other nutritional values was carried in food analysis laboratories PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Meanwhile, the hedonic test from three types of vegetable siomay conducted on 65 students of SMPN 200 Jakarta Utara in April 2013. These data had been analyzed by Anova test and continued by Bonferroni test. The vegetable siomay that had the higest dietary fiber content and highest preference level was siomay containing 40% vegetables. The content in 100 grams siomay containing 40% vegetables were 5,24 g dietary fiber; 62,94 g water; 1,72 g ash; 5,46 g protein; 1,02 g fat; 28,86 g carbohydrate; and 125,5 kkal energy.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriyah
Abstrak :
Metronidazol merupakan salah satu obat yang mempunyai efek anti-inflamasi yang dipergunakan untuk pengobatan penyakit rosacea. Saat ini, di Indonesia belum tersedia metronidazol dalam bentuk krim sehingga pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian, tenaga kesehatan mengalami keterbatasan dalam mengobati rosacea secara topikal. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan formula krim metronidazol dengan karakterisasi fisik yang baik dan memperoleh data stabilitasnya. Formulasi krim menggunakan Glyceryl Stearate Citrate sebagai emulgator dengan variasi penggunaaan sebesar 2% (F1), 4% (F2), dan 6% (F3). Hasil formula krim dievaluasi berdasarkan pengamatan organoleptis, pengujian pH, pengujian viskositas dan sifat alir, pengujian daya sebar, uji hedonik, dan pegujian kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sementara untuk uji stabilitas, dilakukan uji stabilitas mekanik (sentrifugasi); uji stabilitas penyimpanan pada suhu rendah (4±2°C), suhu kamar (25±2°C), dan suhu tinggi (40±2°C) selama 12 minggu; dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula memiliki organoleptis sediaan yang baik selama penyimpanan. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa penggunaan Glyceryl Stearate Citrate sebesar 4% sebagai emulgator pada formula krim metronidazol mempunyai kestabilan secara fisik dan kimia terbaik dengan organoleptis, nilai viskositas, dan sifat alir yang stabil, serta memiliki pH yang stabil. ......Metronidazole is a drug that has an anti-inflammatory properties and is used to treat rosacea. Currently, metronidazole cream is unavailable in Indonesia, thus in pharmaceutical practice, health workers get limitations in treating rosacea. This study aims to develop formula for metronidazole cream with good physical characteristics and obtain stability data. The cream formulation used Glyceryl Stearate Citrate as an emulsifier with variations in usage of 2% (F1), 4% (F2) and 6% (F3). The results of the cream formula were evaluated based on organoleptic observations, pH value, viscosity and flow property, spreadability, hedonic test, and drug level determination by spectrophotometer UV-Vis. Meanwhile, the stability test was done by mechanical stability test (centrifugation); storage stability test at low temperature (4±2°C), room temperature (25±2°C), and high temperature (40±2°C) for 12 weeks; and cycling test. that were stable The results showed that all formulas had good organoleptic properties during storage. This study concluded that using 4% Glyceryl Stearate Citrate as an emulsifier for metronidazole cream formula demonstrated the best physical and chemical stability and a stable organoleptic appearance, viscosity, flow properties, and pH.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Hidiyah Musholawatin
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang hubungan aksesibilitas terhadap faktor dominan yang mempengaruhi fluktuasi harga sewa perkantoran. Pada bagian yang pertama, diidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor yang secara dominan berpengaruh terhadap harga sewa pada properti perkantoran di DKI Jakarta dengan mengaplikasikan model analisa harga hedonik. Pada bagian kedua, diteliti hubungan antara aksesibilitas, faktor makro ekonomi di Indonesia dan pasar mikro terkait sektor perkantoran di DKI Jakarta dengan menggunakan metode model sistem dinamik. Hasil analisa model harga hedonik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap harga sewa perkantoran adalah aspek aksesibilitas terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat berinteraksi di area Central Business District (CBD) dan aksesibilitas terhadap sarana/prasarana transportasi yaitu moda Kereta Api (KA) dan jalan tol dengan tingkat kepercayaan 80,7%. Selanjutnya dari analisa model sistem dinamik diperoleh bahwa dengan mengatur skenario faktor aksesibilitas terhadap moda KA dapat diperoleh harga sewa perkantoran sebesar Rp. 344.008,- per m2 per bulan pada tahun 2030, sedangkan dengan mengatur skenario faktor aksesibilitas terhadap jalan tol dapat diperoleh harga sewa perkantoran sebesar Rp. 327.291,- per m2 per bulan pada tahun 2030 dan dengan skenario tanpa melakukan perbaikan faktor aksesibilitas diperoleh harga sewa perkantoran sebesar Rp. 293.272,- per m2 per bulan pada tahun 2030. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar pemerintah lebih meningkatkan aksesibilitas terhadap sarana/prasarana transportasi di perkotaan, terutama moda KA dan jalan tol guna mendukung kemajuan dunia usaha dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian. ...... This thesis discusses the accessibility relation with the dominant factor which affects the fluctuations in the price of the rental office. In the first part, identification factors that predominantly affect the rent price on the property office in Jakarta is analized by applying hedonic price analysis model. In the second part, investigation to the relationship between accessibility of Indonesia's macroeconomic factors and market in relating to the micro sector offices in Jakarta is analized by using dynamical system models. The analysis of hedonic pricing model shows that the most dominant price factor to the rental office are accessibility aspects to the surrounding environment and how they can interact in the CBD area and furthermore the accessibility of facilities or infrastructure mode of transport such as railway and highway with a 80.7 % confidence level. From the analysis of the dynamic system model, by setting the scenario of accessibility factor to railway modes, office rental price can be obtained at Rp.344.008. - per m square per month in 2030, while by regulating accessibility to the motorway scenario, office rental price can be obtained at Rp.327.291. - per m square per month in 2030. Lastly, by applying scenario of without doing any repairs to the accessibility factor, office rental price can be obtained at Rp.293, 272. - per m square per month in 2030. Based on this study, it is suggested that the government should further improve the accessibility mainly the transport infrastructure in railway and toll road modes to support the expansion of the business in order to increase economic growth.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elifta Nurda
Abstrak :
Saat ini kafe bukan lagi hanya sekedar tempat makan, melainkan hiburan. Dimana pengusaha kafe tidak lagi sekedar menawarkan tempat makan tetapi juga hiburan seperti live music bahkan tempat berbelanja. Oleh sebab itu kafe termasuk dalam produk yang memberikan kesenangan (pleasure) dan membangkitkan emosi yang pada akhirnya memberikan pengalaman (experience). Istilah experience merujuk pada pendekatan yang melihat konsumsi sebagai symbolic meaning, hedonic response dan aesthetic. Konsumsi seperti ini terdapat pada produk yang berkaitan dengan hal-hal yang sensory dan experiential attributes yang disebut sebagai produk hedonik. Penelitian mengenai manfaat hedonik dan utilitarian pada suatu produk telah dilakukan oleh Swan dan Combs (1976), dan oleh Hirschman dan Holbrook (1982). Dengan demikian muncul anggapan bahwa orang membeli produk untuk dua manfaat yaitu manfaat hedonik dan utilitarian.

Penelitian mengenai kepuasan sudah ada sejak tahun 1970-an. Dalam penelitian-penelitian selanjutnya, beberapa peneliti melakukan penelitian pengukuran kepuasan untuk dua manfaat produk yang berbeda yaitu produk hedonik dan utilitarian. Salah satunya yaitu penelitian Mano dan Oliver (1993) yang menyatakan bahwa pengukuran kepuasan yang memiliki muatan afeksi yang tinggi dapat mengukur produk hedonik dengan lebih baik. Namun dalam penelitian Lee dan Wirtz (2000) menunjukkan bahwa pengukuran kepuasan yang memiliki muatan afeksi yang rendah (kognisi yang tinggi) bisa mengukur kepuasan produk hedonik lebih baik dibandingkan pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang tinggi.

Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan melalui focus group discussion menunjukkan bahwa kafe merupakan produk hedonik karena memberikan kesenangan (pleasure) dan membangkitkan emosi (arousal) melalui pengalaman (experience) yang dialami pengunjung. Berdasarkan hasil focus group discussion pengunjung KTS bertujuan menikmati suasana dan hiburan terutama pada malam hari. Dengan demikian KTS merupakan produk hedonik.

Hasil focus group discussion menunjukkan kafe menawarkan suasana dan hiburan (live music) sebagai produk utama, sedangan makanan dan minuman merupakan produk sampingan. Dimana pengunjung kafe memperhatikan dua atribut utama kafe yaitu suasana dan pelayanan. Oleh sebab itu penelitian ini mengukur kepuasan terhadap dua atribut kafe di KTS, yaitu suasana dan pelayanan.

Permasalahan yang diuji dalam penelitian adalah mengevaluasi muatan afeksi (pleasure dan arousal) dan kognisi (disconfirmation-of-expectations) pada pengukuran kepuasan pengunjung KTS. Disamping itu meneliti kualitas pengukuran kepuasan dilihat dart error variance, item reliability, dan muatan faktor untuk pengukuran kepuasan yang menggunakan satu item (single item) dan banyak item (multi items) pertanyaan, baik yang menggunakan skala semantik ataupun skala Likert. Secara terperinci tujuan penelitian ini: 1. Mengetahui besarnya pengaruh afeksi dan kognisi terhadap kepuasan pengunjung Kafe Taman Semanggi 2. Mengetahui muatan afeksi dan kognisi pada pengukuran kepuasan pengunjung Kafe Taman Semanggi (KTS). 3. Mengetahui kualitas pengukuran kepuasan yang menggunakan satu item (single item) dan banyak item (multi items) pertanyaan baik yang menggunakan skala semantik dan skala Likert. 4. Mengetahui Kafe Taman Semanggi sebagai produk hedonik. Afeksi yang diukur adalah kesenangan dan stimulasi (pleasure dan arousal) yang diukur dengan menggunakan 12 indikator (variabel teramati), kognisi yaitu diskonfirmasi menggunakan 5 indikator dan kepuasan menggunakan 6 indikator masing-masing untuk atribut suasana dan pelayanan. Pengolahan data dilakukan dengan metoda Structural Equation Modeling (SEM). Penggunaan metoda ini dengan pertimbangan adanya kovarians antar independent variable dan untuk menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan seeara bersamaan.

Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut: 1. Kesenangan dan stimulasi (afeksi) dengan kepuasan 2. Diskonfirmasi (kognisi) dengan kepuasan 3. Kesenangan dan stimulasi (afeksi) dengan diskonfirmasi (kognisi) memiliki hubungan kovarians.

Dan hasil penelitian ini ditemukan bahwa kesenangan dan stimulasi atau pleasure dan arousal (afeksi) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan dibandingkan diskonfirmasi atau disconfirmation-of expectations (kognisi).

Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa pengukuran kepuasan bukan merupakan fungsi dari manfaat produk. Dalam hal ini pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang tinggi temyata memiliki muatan faktor yang lebih rendah terhadap kepuasan dibandingkan pengukuran kepuasan dengan muatan afeksi yang lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa pengukuran dengan muatan afeksi yang lebih rendah dapat mengukur kepuasan produk hedonik dengan baik sama halnya dengan pengukuran yang memiliki muatan afeksi lebih tinggi. Dengan kata lain pengukuran kepuasan untuk produk hedonik (tinggi/rendahnya muatan faktor terhadap kepuasan) tidak dipengaruhi oleh tinggi/rendahnya muatan afeksi dan kognisi pada pengukuran kepuasan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lee dan Wirtz (2000).

Hasil penelitian ini membuktikan pula bahwa kualitas tiap pengukuran kepuasan yang menggunakan banyak item pertanyaan sama baiknya dengan pengukuran yang menggunakan satu item pertanyaan. Hasil penelitian ini tidak membuktikan penelitian sebelumnya yang menyatakan kualitas pengukuran banyak item pertanyaan lebih baik dari segi kesahihan dibandingkan satu item pertanyaan.

Hasil penelitian ini memperlihatkan pengukuran dengan skala Likert merupakan pengukuran dengan kualitas yang buruk dilihat dan muatan faktor yang rendah terhadap kepuasan. Sehingga kualitas pengukuran skala Likert kurang baik dibandingkan dengan skala semantik.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>