Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Defi Reisna
"Rumah sehat merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi, sehingga penghuni dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal untuk mendukung berlangsungnya aktivitas sehari-hari mereka. Namun seiring meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diiringi ketersediaan lahan untuk perumahan, menjadikan masyarakat berpenghasilan rendah memilih tinggal di hunian liar dan kumuh yang kondisinya jauh dari sebuah rumah sehat. Apakah hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki keinginan untuk tinggal di rumah sehat. Untuk mengkaji mengenai prioritas rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dilihat dari sudut pandang Turner. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah menurut Turner yang terpenting dari sebuah rumah adalah dilihat dari sudut pandang what it does yakni bagaimana rumah memberikan kesempatan untuk dapat bertahan hidup dan memenuhi harapan-harapan mereka di masa mendatang, tanpa banyak memperhatikan bagaimana kondisi fisik rumah yang merujuk pada pendekatan sudut pandang what it is. Dengan demikian apakah rumah sehat mungkin dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan rendah - Bagaimana mereka mengupayakan rumah sehat pada huniannya - Untuk meninjau hal ini, dilakukan studi kasus dengan metode observasi dan wawancara pada ketiga penghuni rumah petak di Jalan Pinang, Pondok Labu yang merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Tinjauan dilakukan dengan melihat kaitan antara prioritas bertinggal dengan kondisi fisik rumah. Berdasarkan hasil telaah dari ketiga penghuni, pada dasarnya mereka memprioritaskan rumah dari sudut pandang what it does. Namun mereka juga tetap memperhatikan kondisi fisik rumah agar mampu mendukung kenyamanan bertinggal dan kesehatan penghuninya. Hal ini terlihat dengan adanya upaya dan solusi untuk menerapkan beberapa kriteria rumah sehat diantaranya mengenai pencahayaan dan penghawaan alami juga kondisi atap, dinding dan langit-langit yang tidak bocor. Dengan adanya upaya ini, menunjukkan bahwa rumah sehat juga menjadi satu hal yang diperhatikan oleh sebagian kecil masyarakat berpenghasilan rendah terhadap huniannya.
Healthy home is one requirement that have to fulfill, so that dweller can obtain an optimal health for supporting their daily activities. But the increasing number of people which is not accompanied by the availability of land for housing, making the lower class choose to live in slum which have conditions far from a healthy home. Does this indicate that they have no desire to live in a healthy home'. To assess the priority of housing for the lower class viewed from the standpoint of Turner. For the lower class, according to Turner's most important from a house is viewed from the standpoint of what it does: how the house provides an opportunity to survive and to make real their expectations, without much attention to how the physical condition of homes that refer to viewpoint approach to what it is. Thus, whether the healthy home may owned by the lower class' How did they effort a healthy home' For this review, a case study using observation and interviews at three residences at Jalan Pinang, Pondok Labu which is the lower class. Reviews carried out by looking at the link between dwelling priorities with the physical condition of the house. Based on the results of a review of the three occupants, they are basically prioritizing the house from the standpoint of what it does. But they also still considering the physical condition of the house to support comfortable and occupant health. This can be seen, with the effort and solution to apply of some criteria for healthy homes such as natural ventilation and natural lighting conditions, and also a roof, walls and ceilings that do not leak. Given these efforts, shows that healthy homes also become a thing noticed by small portion of the lower class of their house."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52354
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Riska Yuanda Silviana
"Tuberkulosis paru salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di dunia termasuk di wilayah Indonesia, dan masalah kesehatan ini memiliki kaitan dengan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber-PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2018-2020. Penelitian dilakukan dengan desain studi ekologi pada populasi kecamatan di Kabupaten Bogor sebanyak 40 kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru yaitu fasilitas kesehatan, dengan keeratan hubungan yang kuat dan berpola positif (r = 0.564). Variabel kepadatan penduduk juga berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru, dengan keeratan hubungan yang sedang dan berpola positif (r = 0.393). Sedangkan variabel cakupan rumah sehat dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru. Oleh sebab itu, perlu mengoptimalkan program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru terutama wilayah kecamatan dengan jumlah kasus yang tinggi.
Pulmonary Tuberculosis is one of the health problems in the world, including in Indonesia and it is related to the environment. This study aims to study the relationship between healthy home coverage, household PHBS coverage, health facilities, and population density in cases of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2018-2020. The research was conducted with an ecological study design on a population of as many as 40 sub - districts in Bogor District. The result of this research is the variable of a significant relation with pulmonary tuberculosis was health facilities, with strong relation and positive pattern correlation (r = 0.564). The population density variable was also significantly associated with pulmonary tuberculosis, with medium relation and positive pattern correlation (r = 0.393). Meanwhile the variables of healthy home coverage and PHBS household coverage do not have a significant correlation with pulmonary tuberculosis. Therefore, it is necessary to optimize the pulmonary tuberculosis prevention and control program, especially in sub-districts with a high number of cases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andri Kurnia
"
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun Indonesia. Tingginya kasus TB dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, di antaranya faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan meliputi cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, faktor perilaku meliputi cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, dan faktor pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan dan angka keberhasilan pengobatan TB (success rate) terhadap kejadian TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022. Penelitian ini memakai data sekunder selama lima tahun (2018-2022) yang berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi. Hasil dari penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif adalah variabel cakupan rumah sehat (r = -0,300), kepadatan penduduk (r = 0,343), dan fasilitas kesehatan (r = 0,302) dengan masing-masing keeratan hubungan sedang. Sementara itu, variabel cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan angka keberhasilan pengobatan TB tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prevalensi TB paru BTA positif. Variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022 adalah cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan seperti peningkatan kondisi rumah dan edukasi rumah sehat, perizinan pembangunan wilayah, dan pengkajian efektivitas fasilitas kesehatan.
Tuberculosis (TB) is an airborne disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis and is still a health problem in the world as well as Indonesia. The high incidence of TB is influenced by a variety of risk factors, including environmental factors, behavioral factors, and health care factors. The study aims to find out the relationship between environmental factors including healthy home coverage and population density, behavioral factors including coverage of families with clean and healthy living behavior, and health care factors including health facilities and the success rate of TB treatment against the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022. The research uses secondary data for five years (2018-2022) from the Central Statistical Agency of Surabaya and the Health Service of Surabaya with the method of ecological study. The results of the study showed that the variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis are the healthy home coverage variables (r = -0,300), population density (r =0,343), and health facilities (r = 0,302) with each of them having a moderate relationship. Meanwhile, the coverage of families with clean and healthy living behavior and the success rate of TB treatment, did not show a significant correlation with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis. Variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022 are the healthy home coverage variables, population density, and health facilities. Thus, efforts are needed to control associated risk factors such as improved housing conditions and healthy home education, territorial development permits, and evaluation of the effectiveness of health facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library