Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vidia Anugrah
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang perbandingan citra perempuan kepala keluarga yang digambarkan oleh Zinaida dalam novel ПЕРВАЯ ЛЮБОВЬ karya pengarang laki-laki Rusia Ivan Sergeevic Turgenev dengan tokoh Scarlett dalam novel Gone with the Wind karya pengarang perempuan Amerika Serikat Margaret Mitchell. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dan mengaitkannya dengan teori feminisme. Kedua tokoh ini berhasil menunjukkan kemampuan mereka untuk berada dalam posisi laki-laki sebagai kepala keluarga, namun ada yang berbeda dari tidakan yang mereka lakukan. Tindakan Zinaida tidak seaktif Scarlett. Hal ini disebabkan oleh Zinaida yang karya laki-laki dan Scarlett karya perempuan. ......This mini thesis compares about two women's image as the head of the family inside two novels, between the character of Zinaida in ПЕРВАЯ ЛЮБОВЬ by Russian male author, Ivan Sergeevic Turgenev and Scarlett in Gone with the Wind by American female author, Margaret Mitchell. This research is using the method of descriptive analysis combined with the feminism theory. Both of this characters have demonstrated their ability to be the head of their family, but they show differences in their acts. Zinaida is less active than Scarlett. This is caused by the difference of the author. Zinaida was written by a male author and Scarlett was written by a woman.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmah Fitriani
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor kesiapsiagaan yang berhubungan dengan tingkat ansietas kepala keluarga dalam menghadapi banjir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi cross sectional dan sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga sebanyak 225 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesiapsiagaan yang berhubungan dengan tingkat ansietas kepala keluarga adalah pengetahuan, pengalaman, rencana kedaruratan dan mobilisasi sumber daya p=0,001; ?=0,05 . Hasil multivariat didapatkan bahwa faktor yang paling berhubungan adalah pengalaman. Penelitian ini merekomendasikan kesiapsiagaan perlu ditingkatkan melalui pelatihan simulasi bencana dengan melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Pemerintah setempat dan Puskesmas.
This study discusses the factors preparedness related to anxiety level heads of family to cope with floods. The design of this research was descriptive correlation with cross sectional method and the sample were 225 head of family. The results indicated that factors preapredness related to anxiety level head of the family is the knowledge, the experience, the emergency plan and resource mobilization p 0,001 0,05 . Multivariate results obtained that experience of preparedness are the most associated of anxiety level head of family. This research recommends preparedness needs to be improved through simulated training disaster with the involvement of Regional Disaster Management Agency, Local Authorities and Health Centers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T47389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widaryoto
Abstrak :
Penggunaan jamban yang rendah merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan yang perlu mendapat perhatian karena peranannya dalam memutus mata rantai penularan penyakit. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan jamban yang diwujudkan melalui Proyek Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (Samijaga), Proyek Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, Proyek Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan jamban. Faktor-faktor yang diteliti antara lain adalah jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, jenis jamban, asal perolehan jamban, letak jamban, jarak jamban, luas jamban, pencahayaan, udara sekitar jamban, ketersediaan air, pembinaan tenaga kesehatan, dan perhatian tokoh masyarakat. Penelitian ini menggunakan rancangan studi "cross sectional". Survei dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terhadap 192 kepala keluarga yang memiliki jamban sebagai responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat dengan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menginformasikan bahwa pengguna jamban keluarga sebesar 82,8%. Dan analisis diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan jamban keluarga adalah faktor pengetahuan tentang jamban, udara sekitar jamban, ketersediaan air, dan pembinaan tenaga kesehatan. Faktor yang paling dominan berhubungan adalah faktor udara sekitar jamban dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 159,077 (95%CI: 8,885-2.848,070), yang berarti bahwa jamban dengan kondisi udara sekitar jamban baik mempunyai peluang untuk digunakan sebesar 159,077 kali dibanding jamban dengan kondisi udara sekitar kurang baik, setelah dikontrol variabel lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, masih adanya responden yang tidak mendapat pembinaan tenaga kesehatan dan masih adanya pemilik jamban yang tidak menggunakan jamban, maka penulis menyarankan agar pembinaan oleh tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan lingkungan khususnya tentang penggunaan jamban harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkala (minimal satu kali dalam sebulan). Disamping itu, memberdayakan kembali kader kesehatan lingkungan yang telah ada dan membentuk serta melatih kader kesehatan lingkungan bila belum ada, akan membantu dan menambah jangkauan pembinaan kesehatan lingkungan khususnya tentang penggunaan jamban sampai tingkat desa. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang jamban dalam praktik penggunaan jamban, penyebarluasan informasi tentang jamban kepada masyarakat perlu terus dilakukan, misalnya dengan pemberian leaflet tentang manfaat jamban. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam setiap kegiatan pembangunan jamban adalah menciptakan kondisi udara sekitar jamban yang baik (tidak bau), antara lain dengan cara mengupayakan agar lekukan pada leher angsa menampung air dengan baik dan membuat lubang ventilasi jamban yang memadai. Ketersediaan air di jamban juga perlu diperhatikan, yaitu dengan membuat fasilitas penyediaan air (bak air). Dan untuk menunjang keberhasilan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman, khususnya tentang penggunaan jamban, maka kerja sama dengan instansi terkait perlu dilakukan secara baik.
Low utilization of latrine have been one of health problems which needs more attention since it plays major role in cutting the chain of infectious diseases. Government has been conducted efforts to increase the latrine utilization implemented in projects such as drinking water facility and family latrine project (Samijaga), water supply and environmental health project, the residential environment health improvement project, etc. The aim of this research is to find out factors related to utilization of latrine. Factors under study included gender, education, knowledge, latrine type, source of latrine, placement of latrine, width of latrine, lighting, air surrounding the latrine, water supply, training by health personnel, and community leaders' concern. The research was using cross-sectional study design. Survey was conducted through interview using questionnaire to 192 heads of family who have their own latrine as respondent. Analysis conducted were univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis using multivariate logistic regression. The study found that the utilization of family latrine was 82,5%. The analysis showed that factors related to the use of latrine were knowledge, air surrounding the latrine, water supply, and training by health personnel. The most dominant factor was air surrounding the latrine with Odds Ratio (OR) of 159.077 (95% Cl: 8.8825-2848.070), which means that latrines with good surrounding air condition have 159.077 higher chance to be used compared to latrines with bad surrounding air condition, after controlled by other variables. Based on the study results, some respondents had not been trained by health personnel yet and some latrine owners who never use their latrine, researcher suggested that training by health personnel emphasizing the use latrine should be increased and conducted periodically (at least once a month): Beside that, there is a need to empower the existing environmental health cadres and to attract and train the new ones, in order to extend the community education and extension about the use of latrine down to village level. Considering the importance of using latrine, the information regarding it should be continuously implemented, for example through leaflet distribution. Important thing to be considered when building a latrine is air condition surrounding the latrine (should be good and not smelly), for example by making sure that the goose neck could hold water well and by providing sufficient air ventilation. Latrine's water supply needs to be concerned as well, by providing water supply facility (water basin). To support the success of residential environmental health activities, particularly the utilization of latrine, good coordination with other related institutions should be implemented.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library