Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Mujiwinarno
"ABSTRAK
Sumber energi adalah hal yang sangat vital bagi suatu negara. Baik pada posisi
produsen maupun konsumen. Semua sektor industri membutuhkannya untuk
menggerakkan roda perekonomian secara keseluruhan. Sumber energi yang sudah dikenal
dan sudah dikonsumsi saat ini antara lain energi hidrokarbon (minyak bumi, gas dan
batubara), kinetik (air dan angin), energi cahaya (mataban) dan energi nuklir fisi. Ada
pula sumber energi yang masìh dikembangkan saat ini adalah energi nuklir fusi.
Minyak bumi adalah salah satu sumber energi yang masíh menjadi andalan bagi
bergeraknya roda perekonomian di dunia untuk saat ini dan untuk beberapa dekade
mendatang. Dibandingkan dengan sumber energi yang lain, minyak bumi masih terhitung
murah dalam memperolehnya. Investasi yang dilakukan untuk memperoleh minyak bumi
tidak sedikit, bahkan riset untuk memperoleh teknologi yang mutakhir untuk
mendapatkan minyak bumi secara efisien dan efektif terus dilakukan. Dengan harga jual
yang masih ?terjangkau? oleh konsumen, biaya investasi tersebut dapat kembali berikut
pro fitnya.
Indonesia sebagai salah satu produsen minyak bumi (terutama Migas) mempunyai
kepentingan atas naik turunnya harga minyak bumi dunia. Kepentingan ini menjadi lebih
besar karena pendapatan yang cukup signifikan pada anggaran negara dìperoleh dari
penjualan minyak bumi khususnya. Kenaikan atau penurunan harga minyak bumi di pasar
akan mempunyai pengaruh yang cukup besar kepada penerimaan negara. OIeh karena itu
penetapan harga minyak bumi yang akurat harus dilakukan dalam menyusun anggaran
negara agar tidak menimbulkan kesulitan di kemudian han akibat adanya penyimpangan
yang terlalu besar clati harga yang telah ditetapkan. Ketidakpastian ini dapat dihindari
dengan melakukan hndung nilai (hedging). Akan tetapi dalam melakukan lindung nilai
harus mempuflyai pengetahuan tentang pergerakan harga minyak bumi juga. Alih-alih
untuk memperoleb harga yang pasti, malah menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Hal yang menolong untuk memahami dan melakukan prakiraan atas pergerakan
harga minyak bumi adalah telah dijualnya kontrakfuiure komoditi minyak bumi (CL) di
NYMEX (New York Mercan tIle Exchange) sejak tahun 1983. Dengan adanya informasi
harga kontrak future dari minyak bumi jenis tersebut maka prakiraan harga spot-nya dapat
ditentukan (forward future price is unbiased predictor for spot price). Mekanisme/model
ekonomi yang mendasari penetapan harga kontrak/future untuk minyak bumi dengan teori
yang ada (cost-of-carry) tidak dapat menerangkan penyimpangan harga spot vs harga
future yang terjadi. Oleh karena itu harga kontrak future sebagai alat prakiraan tidak
mempunyai keakuratan yang baik. Ada sebuah mekanisme yang dapat memahami
hubungan pergerakan harga spot dengan barga kontrak future berdasarkan data historis
dan keduanya. Mekanisme tersebut adalah ECM (Error Correction Mechanism).
ECM adalah model ekonometrik dan dua atau lebih data historis berupa runtun
waktu (time series) yang melibatkan data stasioner dan data tidak stasioner di dalamnya.
Adanya gabungan data stasioner dan tidak stasioner secara matematis tidak dapat
diterima. Tetapi kemudian Engle-Granger membuktikan bahwa ada kombinasi linier dan
data yang tidak stasioner tersebut mempunyai sifat stasoner. Dua atau lebih runtun waktu
yang tidak stasioner tetapi mempunyai kombinasi linier yang stasioner dikatakan bahwa
runtun waktu-runtun waktu tersebut terkointegrasi (cointegrated time series). Implikasi
dan pembuktian ini memberikan interpretasi yang lengkap dari analisis suatu runtun
waktu, karena dari model ECM yang diperoleh dapat dilakukan interpretasi dari suatu
runtun waktu terbadap runtun waktu yang lain dalam kerangka keseimbangan jangka
panjang dan dinamika jankga pendeknya.
Minyak mentah Minas (SLC) yang merupakan jenis minyak bumi terbesar yang
diproduksi indonesia, bukan salah satu komoditi yang mendasari perdagangan kontrak
future minyak mentah di bursa NYMEX. Untuk memahami hubungan antara harga spot
Minas Indonesia dengan harga kontrak future diperlukan medìasi dan runtun waktu
lainnya yang menjadi dasar bagi perdagangan kontrak future minyak mentah. Di dalam
penelitian ini diambil jenis minyak West Texas Intermediate. Dengan adanya mediasi ini,
maka interpretasi atas hubungan harga spot Minas dengan harga kontrak future WTI
dilakukan secara tidak langsung. Untuk melengkapi interpretasi tidak langsung diperlukan
pula pelengkap berupa interpretasi langsung dan model ECM antara barga spot Minas
dengan harga kontrak future WTI (dalam hal ini dengan kontrak future untuk pengiriman
satu tahun).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari interpretasi langsung maupun tidak langsung
menunjukkan bahwa kenaikan harga kontrak future minyak WTI untuk pengiriman satu
tahun, dalam kerangka jangka panjang dapat digunakan sebagai indikator atas kenaikan
dan harga spot Minas. Perubahan jangka pendek dan harga spot minyak Minas tidak
tidak dapat ditentukan dan perubahan harga kontrak future minvak WTI untuk
pengiriman satu tahun.
Mengacu kepada model ECM yang dihasilkan dalam karya akhir ini, dapat
dilakukan analisis lebih lanjut untuk pemodelan antara harga spot Minas dengan harga
kontrak future WTI atau Iainnya dengan masukan data kualitatif Melalul model yang
lebih representatif ini, dapat dilakukan analisis mengenai timing untuk investasi dan
proses lindung nilai atas produk minyak Minas Indonesia.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulul Haq
"ABSTRAK
Sebagai salah satu negra pengekspor migas, Indonesia sangat menggantungkan
pendapatan negaranya pada komoditi ini. Rata-rata pendapatan nasional (GDP) Indonesia
dari sektor minyak dan gas bumi sekitar 10%.
Perubahan harga minyak mentah dunia sangat mempengaruhi perekonomian nasional.
Hal ini menyebabkan kebutuhan akan adanya perkiraan harga minyak yang cukup dekat
dengan realitas sehingga perekonomian dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Namun demikian tingginya tingkat fluktuasi harga minyak dunia akibat adanya
kepentingan pihak produsen dan konsumen menyebabkan perkiraan harga minyak dimasa
yang datang secara pasti sangat sulit dilakukan. Hal ini yang mendorong para praktisi
perminyakan untuk melakukan hedging (lindung nilal) terhadap resiko tersebut.
Perubahan lharga minyak di masa yang akan datang perlu dicermati karena hal ini
berkaitan dengan strategi hedging yang akan diterapkan.
Dalam melakukan hedging terhadap perubahan harga spot minyak kim, perlu
dilakukan peramalan terhadap harga spot yang akan terjadi di masa yang akan datang. Salah
satu cara untuk melakukan perkiraan harga spot tersebut dengan menggunakan salah satu
model ekonometrik yaitu error correction mechanism (ECM) yang melibatkan pengetahuan
mengenai kointegrasi dari suatu runtun waktu. Model ECM dari dua atau lebih runtun waktu
akan memberikan gambaran atas hubungan jangka panjang dan dinamika dari runtun waktu
yang dimaksud.
Dengan bantuan model ini kita dapat melakukan analisis peramalan terhadap harga
spot minyak kita di masa yang akan datang sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam melakukan hedging terhadap minyak nasional.
Penelitian ini merupakan studi lanjutan dan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ir Agus Mujiwinarno MM (KP/99) dimana dari penelitian tersebut diketahui bahwa
dengan menggunakan vector error correction model (VECM) dihasilkan hubungan yang kuat
antara harga spot minas dengan kontrak future West Texas Intermediate (WTI) terutama
untuk pengiriman satu tahun kedepan (CLYR).
Dari penelitìan lanjutan ini diketahui bahwa prediksi harga spot minas dengan dasar
harga kontrak future WTI untuk pengiriman 1 tahun (CLYR) tidak menghasilkan model
koreksi kesalahan (ECM) yang stabil. Hasil yang berbeda dihasilkan apabila dasar prediksi
yang digunakan adalah harga spot WTI (SWTJ) dimana dari hasil uji kekuatan peramalan
dihasilkan bahwa tidak adanya kekuatan peramalan dapat ditolak pada tingkat kepercayaan
95%.
Dalam penelitian ini pula dihasilkan bahwa untuk memprediksi harga spot WTI
dengan model ECM sebaiknya digunakan dasar harga kontrak futures untuk pengiriman 3
bulan kedepan (CLIQ).
Adapun aplikasi prcdlksi spot minas ini pada strategi hedging memperlihatkan bahwa
strategi ?cross hedging? terhadap minyak minas dengan pendekatan model koreksi kesalahan
(ECM) menghasiikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan strategi ?naive hedging?.
Untuk pengembangan peneitian selanjutnya perlu kiranya dibuktikan hasil penelitian
ini untuk data pada kurun waktu 2000 ? 2001 sehingga dapat dilihat kehandalan dari model
ini.
"
2001
T2463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library